Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen Melalui Iklan Terhadap Keputusan Pembelian Speedy DI Kabupaten Pidie
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Seiring
dengan kemajuan dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang
telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Komunikasi merupakan
suatu hal penting yang dianggap mampu membantu hidup manusia. Sejak
ditemukannya komunikasi, gerak hidup manusia menjadi berubah, lebih mudah dan
terasa dekat.
Semakin
lama pola pikir manusia berubah seiring perkembangan jaman, konsumen yang
dulunya hanya menggunakan alat komunikasi, kini membutuhkan layanan internet
service yang berkecepatan tinggi dari PT. Telkom yang berbasis teknologi.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi terbesar di Indonesia
maka berusaha untuk menciptakan image yang baik di hati masyarakat dengan cara
memberikan pelayanan dan fasilitas-fasilitas terbaik bagi konsumennya. Oleh
karena itu PT Telkom membuat produk agar masyarakat tertarik untuk mengakses
internet, namun tidak mudah untuk dilakukan mengingat para pesaing yang
memberikan layanan sama juga membekan fasilitas-fasilitas yang lebih baik, maka
PT. Telkom meluncurkan produk barunya yakni Telkom Speedy.
Speedy adalah layanan akses internet end-to-end berkecepatan tinggi dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
(PT. TELKOM),
berbasis teknologi akses Asymmetric Digital Subscriber
Line (ADSL),
yang memungkinkan terjadinya komunikasi data dan suara secara bersamaan
(simultan) melalui satu saluran telepon biasa (pada media jaringan akses kabel
tembaga).Berbeda dengan layanan internet dengan koneksi dial-up (seperti TelkomNet Instan), Telkom Speedy menggunakan saluran
telepon yang dapat dipergunakan untuk menelepon bersamaan dengan akses
internet. Namun, untuk dapat menikmati fasilitas saluran telepon dan internet
secara simultan, pelanggan Speedy harus mempergunakan splitter yang
dapat memisahkan saluran telepon dan saluran modem.
Sikap
merupakan konsep paling penting dalam studi perilaku konsumen. Setiap tahun
manajer pemasaran menghabiskan biaya yang besar untuk meneliti sikap konsumen
terhadap pengambilan keputusan pembelian. Kemudian mengeluarkan biaya tambahan
dalam mempengaruhi sikap-sikap yang ditemui melalui kegiatan periklanan,
promosi penjualan dan jenis-jenis iklan lainnya. Dengan mempengaruhi sikap
konsumen, para pemasar berharap dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen,
karena sikap telah menjadi suatu konsep kunci dalam psikologi.
Sikap
konsumen merupakan faktor psikologis penting yang perlu dipahami oleh pemasar
karena sikap dianggap mempunyai korelasi yang positif dan kuat dengan perilaku.
Bahkan sikap dipandang sebagai prediktor yang efektif untuk mengetahui perilaku
konsumen. (Suryani, 2008, hal.159)
Lebih
lanjut Suryani (2008 : 159) mengemukakan bahwa sikap konsumen merupakan faktor
psikologis penting yang perlu dipahami oleh pemasar karena sikap dianggap
mempunyai korelasi yang positif dan kuat mengenai nilai informasi dan keputusan
membeli, hal ini disebabkan karena konsumen yang suka atau bersikap positif
terhadap suatu produk diperoleh dari nilai informasi yang terkandung dari
produk tersebut, sehingga memiliki keyakinan membeli yang kuat untuk memilih
dan membeli produk yang disukainya.
Simamora
(2008, hal.173) berpendapat bahwa salah satu pendekatan yang secara langsung
dapat mempengaruhi sikap konsumen tanpa perlu mengubah kepercayaan konsumen
terhadap produk adalah melalui iklan. Ini dilakukan oleh pemasar dalam rangka
membujuk konsumen membeli produk dengan merek tersebut.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa para konsumen mengembangkan sikap mereka terhadap
iklan, seperti sikap para konsumen terhadap suatu produk. Sikap konsumen
terhadap iklan dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek suatu produk.
PT. Telkom
merupakan salah satu operator penyedia jasa layanan Telekomunikasi dan
informasi yang cukup disegani dalam persaingan bisnis Telekomunikasi di
Indonesia, hal ini mudah dipahami karena perusahaan ini telah bergerak dan
tumbuh lebih dahulu dibandingkan dengan operator-operator lainnya, bahkan
sebagian besar saham masih milik pemerintah sehingga tidak heran jika
perusahaan mendapatkan sebutan sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang Telekomunikasi dimana dalam penelitian ini penulis
memfokuskan pada produk Speedy. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
konsumen melalui iklan adalah meliputi : nilai informasi, isi pesan dan
dorongan iklan. Ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Speedy DI Kabupaten Pidie.
Berkaitan
pengaruh sikap konsumen melalui iklan terhadap keputusan pembelian Speedy, maka
penulis melakukan penelitian pada konsumen karena mengingat perusahaan ini
memiliki pelanggan yang banyak dan selain itu rata-rata konsumen memiliki minat
dalam pembelian produk speedy, oleh karena itu untuk melihat sejauh mana sikap
konsumen terhadap keputusan pembelian speedy, maka akan dilakukan penilaian
terhadap sikap konsumen mengenai keputusan pembelian. Berdasarkan uraian
tersebut diatas penulis mengangkat tema ini lebih jauh dengan memilih judul
skripsi ini sebagai berikut : “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen Melalui Iklan Terhadap
Keputusan Pembelian Speedy DI Kabupaten Pidie”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian di atas, penulis akan merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
- Bagaimana
pengaruh nilai informasi, isi pesan, dorongan iklan terhadap keputusan
pembelian Speedy?
- Dari faktor nilai informasi, isi pesan dan dorongan iklan manakah yang paling dominan terhadap keputusan pembelian DI Kabupaten Pidie?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah :
- Untuk
menganalisis pengaruh sikap konsumen melalui iklan yang terdiri dari nilai
informasi, isi pesan dan dorongan iklan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian Speedy DI Kabupaten Pidie.
- Untuk
mengetahui diantara nilai infomasi,isi pesan dan dorongan iklan yang
paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian DI Kabupaten Pidie.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari
hasil penelitian ini adalah :
- Penelitian
dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan keilmuan dan sebagai sarana
penerapan ilmu pengetahuan yang selama ini penulis peroleh dari bangku
kuliah.
- Bagi
Perusahaan, dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber
masukan bagi perusahaan untuk dapat mengetahui faktor mana yang paling
dominan dalam mengetahui informasi iklan yang ditawarkan sehingga
perusahaan dapat menentukan strategi dimasa mendatang khususnya mengenai
faktor yang mempengaruhi sikap konsumen melalui iklan terhadap keputusan
pembelian Speedy DI Kabupaten Pidie.
- Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik mengangkat pemasalahan serupa.
1.5
Sistematika Pembahasan
Untuk
memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membagi ke dalam enam bab dengan
sistematika sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan tentang latar belakang masalah,
masalah pokok, tujuan dan kegunaan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka meliputi pengertian
pemasaran, pengertian sikap, teori sikap, factor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap, pengertian perilaku konsumen, pengertian iklan,faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap konsumen melalui iklan, sikap konsumen terhadap iklan,
pengertian pengambilan keputusan, kerangka pikir,hipotesis.
Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari daerah dan
waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, populasi dan
sampel, metode analisis, definisi operasional.
Bab IV : Gambaran umum perusahaan yang berisikan
sejarah singkat berdirinya PT.Telkom,
strukur organisasi, uraian tugas.
Bab V : Merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari
penelitian yang telah dilakukan.
Bab VI : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran-saran guna memecahkan masalah yang ditemukan .
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Pemasaran
Kekuatan global
akan terus mempengaruhi kehidupan bisnis dan pribadi setiap orang. Produksi
akan pindah ke lokasi yang lebih menguntungkan secara ekonomi, atau tindakan pemerintah
yang proteksionis akan menghentikan perpindahan produksi itu namun menaikkan
biaya bagi setiap orang. Teknologi akan terus maju, jadi ada dorongan yang
terus menerus kearah deregulasi sector ekonomi. Semakin banyak orang, di
semakin banyak negara, yakni bahwa pasar bekerja lebih baik di bawah kondisi
yang relatif bebas dimana para pembeli dapat memutuskan apa dan dimana harus
membeli dan perusahaan bebas untuk memusatkan apa yang harus dibuat dan dijual.
Banyaknya Negara memprivatisasikan perusahan-perusahaan milik Negara untuk
segera menuai manfaat yang ditimbulkan oleh pesaing. (Firdaus, 2008, hal. 160)
Pemasaran
berurusan dengan pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan manusia. Salah satu
definisi paling singkat tentang pemasaran adalah "memenuhi kebutuhan
dengan cara yang menguntungkan". ( Firdaus, 2008, hal 160)
Menurut Rangkuti
(2004, hal.37) mengemukakan :
"Pemasaran adalah kegiatan mencari
pembeli dalam rangka meningkatkan pangsa pasar dan pertumbuhan penjualan."
Selanjutnya
Firdaus (2008, hal. 161) "Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu
sama lain."
Kemudian Oesman
(2010, hal.19) berpendapat bahwa : "Pemasaran adalah suatu fungsi secara
organisasi dan seperangkat proses dari penciptaan, komunikasi dan penyampaian
nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola kerelasian pelanggan dengan cara
yang bermanfaat baik bagi organisasi maupun bagi stakeholders."
2.2
Pengertian
Sikap
Sikap konsumen
merupakan faktor psikologi penting yang perlu dipahami oleh pemasar karena
sikap dianggap mempunyai korelasi yang positif dan kuat dengan perilaku. Bahkan
sikap dipandang sebagai prediktor yang efektif untuk mengetahui perilaku
konsumen. (Suryani, 2008, hal.159)
Konsumen yang
suka atau bersikap positif terhadap suatu produk akan cenderung memiliki
keinginan yang kuat untuk memilih dan membeli produk yang disukainya tesebut.
Sebaliknya, kalau konsumen bersikap negatif terhadap suatu produk, maka
biasanya akan tidak memperhitungkan produk tersebut sebagai pilihan pembelian,
bahkan tidak jarang akan menyampaikan ketidaksukaannya tersebut kepada teman,
kerabat atau tetangganya. (Suryani,2008, hal. 160)
Terdapat hubungan
yang erat antara sikap dan perilaku inilah yang menyebabkan sikap dipandang
penting. Berbagai upaya dilakukan oleh pemasar untuk mengembangkan sikap
positif, baik terhadap merek, terhadap produk maupun terhadap perusahaan. Berbagai program
komunikasi pemasaran didesain semenarik mungkin untuk mengembangkan sikap
postif serta mengubah sikap yang netral maupun negatif ke arah sikap positif.
Kita biasa melihat televisi, mendengar radio, maupun membaca media cetak
pesan-pesan iklan yang sebagian besar tujuannya tidak lain adalah mengembangkan
sikap positif konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Ungkapan-ungkapan yang
menyatakan manfaat dan kelebihan produk yang ditawarkan tidak lain tujuannya
untuk mengubah atau membentuk sikap positif konsumen. (Suryani,2008, hal.160)
Sumarwan (2003, hal.137) mengemukakan bahwa :
"Sikap adalah
gambaran perasaan dari seseorang konsumen, dan perasaan tersebut akan
direfleksikan oleh perilakunya."
Selanjutnya Sutisna (2003, hal. 99) menyatakan bahwa :
"Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu
obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara
konsisten."
Sikap adalah proses pengorganisasian motivasi, emosi,
persepsi, dan kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek
lingkungan di sekitarnya. Demikian dapat dikatakan bahwa sikap bersifat menetap
karena sikap memiliki kecenderungan berproses dalam kurun waktu panjang hasil
dari pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan respon yang konsisten
baik itu respon positif maupun negatif terhadap suatu objek sebagai hasil dari
proses. Dalam ungkapan yang sederhana, sikap adalah bagaimana kita berpikir,
merasa dan bertindak terhadap objek tertentu dalam lingkungan misalkan terhadap
took, iklan produk tertentu atau bahkan terhadap jasa. (Ferrinadewi, 2008,
hal.94)
Sebagaimana konsumen cenderung memiliki keyakinan bahwa
mereka akan berhadapan dengan situasi yang sama di masa yang akan datang. Sikap
menjadi wujud dari antisipasi mereka ketika harus berada dalam situasi
tersebut. Sikap merupakan suatu kondisi psikologi yang mendahului tindakan dan
setiap orang dapat memiliki sikap yang berbeda untuk sebuah objek yang sama. (Ferrinadewi,
2008, hal. 94)
Dalam setiap
definisi yang ada diatas, terlihat sebagai bahwa adanya konsep-konsep, Simamora
(2008, hal 155) :
1. Objek
Dalam bersikap,
ada objek yang disikapi. Objek disini mempunyai arti yang luas seperti : issues (masalah,pokok persoalan),
tindakan perilaku, cara kerja, orang atau peristiwa. Dalam konteks perilaku
konsumen, objek dapat diartikan sebagai kategori produk, brand (merek), service (jasa,
iklan, harga, penyalur dan sebagainya. Bila dilakukan riset tentang sikap
konsumen terhadap merek sabun, misalnya, seseorang mengamati merek-merek
seperti Lux, Giv, Nuvo, dan sebagainya. Setiap merek adalah
objek sikap.
2. Sikap
adalah suatu predisposisi yang dipelajari (learned
presdisposition)
Presdisposisi disebut juga kecenderungan
umum. Dalam sikap, ada kecenderngan umum yang dipelajari atau dibentuk dan
karena itu sikap memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong konsumen
kepada suatu perilaku tertentu. Dalam terapan pemasaran, sikap yang relevan
terhadap perilaku beli terbentuk dari pengalaman langsung menggunakan produk,
dari informasi yang diperoleh dari orang lain atau dari media massa . Pengertian tentang bagaimana sikap
terbentuk dan bagaimana sikap bisa berubah merupakan implikasi penting dalam
kiat-kiat pemasaran.
3. Sikap
itu konsistensi
Secara relatif,
sikap selaku konsisten dengan perilaku yang diperlihatkannya. Jadi, apabila
suatu segmen konsumen menyatakan bahwa mereka menyukai film Fuji, maka pemasar
berharap mereka selalu membeli dan menggunakan film Fuji manakala mereka ingin
memotret.
4. Sikap
terjadi dalam suatu situasi
Situasi
adalah peristiwa atau keadaan pada saat pengamatan. Situasi ini mempengaruhi
hubungan antara sikap dan perilaku. Seseorang membutuhkan sabun mandi, padahal
saat itu hujan deras, sementara dia tinggal ditempat yang jauh dari pertokoan.
5. Sikap
itu terarah dan mempunyai intensitas tertentu
Dikatakan terarah karena sikap
menyebabkan orang mempunyai pendangan negatif atau positif terhadap objek
sikap. Seberapa besar ketidaksukaannya atau kesukaannya terhadap objek sikap
dinyatakan oleh intensitas sikap itu.
Sikap memiliki
empat fungsi untuk seseorang, menurut Simamora (2008, hal. 157) yaitu :
1. Fungsi
penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengarahkan kepada
objek yang menyenangkan atau mendatangkan manfaat serta menjauhkan orang-orang
dari objek yang tidak menarik atau tidak diinginkan. Dalam konteks ini berlaku
konsep memaksimalkan peruntungan dan meminimalkan kerugian. Oleh karena itu,
sikap konsumen bergantung pada persepsi mengenai apa saja yang memenuhi
kebutuhan atau yang malah mendatangkan kerugian. Mengingat persepsi konsumen
terhadap produk atau toko adalah dalam konteks memenuhi atau tidak memenuhi
kebutuhan, sudah jelas bahwa sikap terhadap kedua objek tersebut berbeda sesuai
pengalaman.
2. Fungsi
pertahanan ego
Sikap yang terbentuk untuk melindungi
ego merupakan wujud dari fungsi pertahanan ego. Pada kenyataannya, banyak
ekspresi sikap yang mencerminkan kebalikan dari apa yang dipersepsikan
orang-orang semata-mata untuk mempertahankan ego.
Sikap
konsumen sering kali merupakan sarana bagi konsumen untuk melindungi atau
mempertahankan egonya. Sikap digunakan sebagai sarana untuk melindungi diri
dari kebenaran mendasar tentang dirinya atau sesuatu yang akan mengancam.
Seorang remaja yang merasa kurang macho mungkin akan bersikap positif terhadap
rokok agar tidak mendapat penghinaan dari teman-temannya. Atas dasar hal ini
pemasar dalam iklannya berusaha mempengaruhi konsumen dengan memberikan pesan
pada promosinya bahwa produknya dapat melindungi ego konsumen dari penghinaan
orang lain.
3. Fungsi
ekspresi nilai
Dengan sikap, seseorang dimungkinkan
untuk mengekspresikan nilai-nilai yang diyakininya. Artinya, setiap orang akan
berusaha untuk menerjemahkan nilai-nilai yang diyakininya ke dalam konteks
sikap yang lebih nyata.
Sikap dapat terbentuk sebagai fungsi
dari keinginan individu untuk mengekspresikan nilai-nilai individu kepada orang
lain. Ekspresi sikap digunakan oleh individu untuk menunjukkan konsep dirinya.
Hampir sebagian besar konsumen dalam perilaku pembelian, terutama ketika
memilih suatu produk atau merek tidak terlepas dari keinginannya untuk
menunjukkan nilai-nilai yang dianutnya dan dijunjung tinggi kepada konsumen
lain atau masyarakat.
4. Fungsi
pengetahuan
Manusia memiliki kecenderungan untuk
memandang dunianya dari sudut pandang keteraturan. Kecenderungan ini memaksa
manusia untuk berpegang pada konsistensi, definisi, stabilitas, dan pengertian
tentang dunianya. Kecenderungan itu pula yang menentukan apa yang perlu
dipelajari dan apa yang ingin diketahui.
Sikap
konsumen merupakan fungsi dari pengetahuan dan pengalaman konsumen mengenai objek
sikapnya. Sikap juga digunakan individu sebagai dasar untuk memahami. Melalui
sikap yang ditunjukkan akan dapat diketahui bahwa dirinya memiliki pengetahuan
yang cukup, yang banyak atau tidak tahu sama sekali mengenai objek sikap. Oleh
karena pengetahuan merupakan komponen penting dari sikap, maka pemasar perlu
memberikan informasi, wawasan mengenai produk atau objek sikap lainnya kepada
konsumen.
Dengan
penjelasan diatas, sikap mempunyai fungsi yang berbeda-beda bergantung pada
kondisi yang melingkupi seseorang, Fungsi yang diperankan akan mempengaruhi
evaluasi secara keseluruhan atas suatu objek. Jika konsumen lebih mementingkan
ekspresi dan aktualisasi diri, maka sikap yang dikembangkan terhadap suatu
merek produk akan disesuaikan dengan kebutuhan ekspresi dan aktualisasi
dirinya. Dalam pembelian produknya konsumen akan mengembangkan criteria
berdasarkan kemampuan produk itu mengekspresikan nilai-nilai dirinya. Merek
produk yang membantu mengekspresikan dirinya akan dipilih untuk dibeli, dan
tentu saja dia akan bersikap positif. Sebaliknya jika merek produk itu tidak
mampu mengekspresikan nilai-nilai dirinya, maka konsumen tidak akan membeli
produk itu, dan dia akan bersikap negatif terhadap merek produk itu.
Secara
garis besar, Sumarwan (2003, hal.82) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
model sikap, antara lain :
Secara garis besar, Sumarwan
(2003, hal. :82) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa model sikap, antara lain
:
1.
The Tricomponent Attitude Model (Triandis). Sikap konsumen
terhadap suatu produk terbentuk dari tiga komponen yaitu kepercayaan
(kognitif), emosi (afektif), dan keinginan berperilaku (konatif).
2.
Multi Attribute Attitude Model (Fishbein). Model multiatribut
menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu model sikap (produk atau merek)
sangat ditentkan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi.
Model tersebut disebut multiatribut karena evaluasi konsumen terhadap objek
berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek
tersebut.
3.
Ideal Point Model (Model Angka-Ideal) menjelaskan
bahwa model angka ideal ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen
terhadap merek suatu produk dan sekaligus bisa memberikan informasi mengenai
merek yang ideal yang dirasakan konsumen.
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk melalui pembelajaran yang dilakukan oleh
individu. Oleh karena itu, terbentuknya sikap tidak terlepas dari lingkungan
dimana konsumen melakukan pembelajaran. Menurut Suryani (2008, hal.175) faktor-faktor
yang berperan penting dalam pembentukan sikap, yaitu :
1. Pengalaman
langsung
Pengalaman konsumen mengenai obyek sikap
dari waktu akan membentuk sikap tertentu pada konsumen. Seorang konsumen remaja
putri sangat menyukai produk-produk keluaran Sari Ayu, karena dia merasa puas
ketika membeli bedak, dia merasa cocok ketika membeli susu pembersih dan
lipstiknya. Ketika dia membutuhkan produk tersebut juga selalu tersedia, serta
tenaga jual yang melayaninya memberikan pelayanan yang sangat memuaskan.
2. Pengaruh
keluarga
Keluarga memiliki peran penting dalam
membentuk sikap perilaku. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat
karena konsumen melakukan interaksi lebih intensif dibandingkan dengan
lingkungan yang lain. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sikap konsumen
terhadap produk tertentu memiliki hubungan yang kuat dengan sikap orang tuanya
terhadap produk tersebut. Seorang anak remaja menggunakan berbagai produk
kecantikan dan perawatan tubuh seperti yang digunakan orang tuanya karena
merasa sudah cocok dan terbiasa.
3. Teman
sebaya
Teman sebaya punya tenaga yang cukup
besar terutama bagi anak-anak remaja dalam pembentukan sikap. Adanya
kecenderungan untuk mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya,
mendorong para anak muda mudah di pengaruhi oleh kelompoknya dibandingkan
sumber-sumber lainnya. Contoh kesukaan terhadap merek sepatu, tas, pakaian pada
konsumen remaja cenderung anak dipengaruhi oleh rekan-rekan sebayanya. Sikap positif terhadap merek ini juga terbentuk karena
pengaruh teman-temannya.
4. Pemasaran
langsung
Mulai banyaknya perusahaan yang
menggunakan pemasaran langsung atas produk ang ditawarkan secara tidak langsung
berpengaruh dalam pembentukan sikap konsumen. Pemasaran langsung yang dilakukan
Citibank, Bank Niaga, atau beberapa produsen lainnya merupakan sarana yang
potensial untuk membentuk sikap konsumen. Melalui komunikasi lewat telepon, surat yang disampaikan
konsumen akan mendapatkan banyak informasi yang ini amat penting perannya dalam
pembentukan skap.
5. Tayangan
media massa
Media massa yang merupakan saran komunikasi yang
hampir setiap saat dijumpai konsumen dapat membentuk sikap konsumen. Karena
peran media ini sangat penting dalam pembentukan sikap, maka pemasaran perlu
mengetahui medai apa yang biasanya dikonsumsi oleh pasar sasarannya dan melalui
media tersebut dengan rancangan pesan yang tepat, sikap positif dapat dibentuk.
2.4 Pengertian Perilaku Konsumen
Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan
serta keinginan target market. Bidang ilmu perilaku konsumen mempelajari
bagaiman individunkelompok,dan orgnisasi memilih, membeli, memakai, serta
memanfaatkan jasa, barang, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan
kebutuhan dan hasrat mereka. (Rangkuti, 2004, hal. 36).
Perilaku konsumen merupakan bagian dari manajemen
pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran. Otomatis, riset
perilaku konsumen juga merupakan bagian dari riset pemasaran. (Rangkuti, 2004,
hal.36).
Perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh persepsi konsumen
terhadap perekonomian dan pendapatan konsumen. Salah satu hasil penelitian yang
dilakukan Katona dalam buku Sumarwan (2003, hal. 30) menunjukkan bahwa konsumen
yang memiliki persepsi yang baik mengenai pendapatnya pada masa datang ternyata
cenderung melakukan pembelian barang-barang tahan lama melalui kredit. Ini
membuktikan bahwa konsumen berani melakukan pembelian melalui kredit karena
mereka merasa yakin bahwa pendapatan masa datang akan bisa melunasi kredit
tersebut.
Perilaku konsumen sebagai kegiatan-kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan
jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Simamora (2008, hal. 2) berpendapat bahwa :
"Perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik
individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi
personal."
Selanjutnya Amirullah (2002, hal. 2) : "Perilaku
konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara
fisik yang melibatkan dalam mengevaluasi , memperoleh, dan menggunakan atau
dapat mempergunakan barang-barang dan jasa."
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan,
yaitu :
1. Perilaku
konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.
2. Perilaku
suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh,
memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk.
3. Mengetahui
perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang
dibelanjakan, kapan, dengan siapa,oleh siapa,dan bagaiman barang yang sudah
dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang dimiliki konsumen,
kebutuhan pribadi, persepsi,bagaimana mereka mengevaluasi alternatif, dan apa
yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang
bermacam-macam.
Setiap
hari konsumen mengambil berbagai keputusan membeli. Perusahaan besar pada
umunya melakukan riset dengan cermat tentang keputusan konsumen membeli produk,
untuk mengetahui sesuatu yang dibeli oleh konsumen,empat,alasan,dan cara merek
membeli serta tingkat harga yang mereka bayar. Mengkaji alasan perilaku-perilaku
pembelian konsumen dan proses keputusan untuk membeli bukan hal yang mudah,
karena alasan tersebut berada didalam pikiran konsumen. ( Amirullah, 2002,hal.
1)
Perilaku
konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian. Proses
tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia
untuk membeli suatu barang atau jasa dakam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Proses pengambilan keputusan untuk membeli sama untuk setiap orang, hanya seluruh proses tersebut tidak
selalu dilaksanakan oleh konsumen. Proses dalam perilaku konsumen adalah suatu
disiplin terapaan. (Amirullah 2002, hal. 2)
Perilaku
konsumen yang loyal terhadap suatu produk tentu saja menguntungkan bagi produsennya
karena konsumen akan terus berusaha mencari produk yang diinginkannya. Namun
demikian, jika konsumen terus menerus kesulitan mencari produk yang
diinginkannya, maka lama-lama konsumen akan mencoba merek yang lain. Sementara
itu perilaku konsumen yang tidak loyal atau dengan perkataan lain membeli suatu
produk hanya karena kebebasan saja, perlu memperhatikan aspek-aspek lain secara
lebih serius. (Simamora, 2008,
hal.7)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen,
menurut Simamora (2008, hal.7) yaitu :
1. Faktor
kebudayaan
Faktor kebudayaan mempunyai yang paling
luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran
yang dimainkan oleh :
a.
Kultur, adalah faktor paling pokok dari
keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntut
oleh naluri. Sedangkan manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari lingkungan
sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antara seorang
yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada
di lingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk
melihat pergeseran kultur tersebut agar dapt menyediakan produk-produk baru
yang diinginkan konsumen.
b. Subkultur, tiap kultur mempunyai mempunyai subkultur yang
lebih kecil, atau kelompok orang dengan sistem nilai yang sama berdasarkan
pengalaman dari situasi hidup yang sama. Seperti kelompok kebangsaan yang
bertempat tinggal pada suatu daerah mempunyai citarasa dan minat etnik yang
khas. Demikian
pula halnya dengan kelompok keagamaan.
c. Kelas
sosial, adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat
yang anggotanya mempunyai nilai,minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial
ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan tetapi diukur sebagai kombinasi
pekerjaan, pendapatan, kekayaan dan variabel lainnya. Kelas sosial
memperlihatkan preferensi produk dan merek yang berbeda.
2. Faktor
sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor
sosial, seperti : kelompok kecil,keluarga, peran dan status sosial dari
konsumen. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh karena
itu pemasar harus benar-benar memperhitungkannya untuk menyusun strategi
pemasaran.
a. Kelompok,
perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Anggotanya disebut
kelomok keanggotaaan. Ada
yang disebut dengan kelompok primer, di mana anggotanya berinteraksi secara tidak
formal seperti keluarga,teman dan sebagainya. Ada pula yang disebut dengan kelompok
sekunder, yaitu seseorang berinteraksi secara formal tetapi tidak reguler.
Kelompok rujukan adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan atau tatap
muka atau tak langsung dalam pembentukan sikap seseorang. Orang sering
dipengaruhi oleh kelompok rujukan dimana ia tidak menjadi anggotanya.
b. Keluarga,
anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembeli. Keluarga orientasi adalah kelarga yang terdiri dari orangtua yang
memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik, ekonomi dan harga diri.
Bahkan jika pembeli sudah tidak berhubungan lagi dengan orang tua, pengaruh
terhadap perilaku tetap ada. Sedangkan pada keluarga prokreasi, yaitu keluarga
yang tediri atas suami-istri dan anak pengaruh pembelian itu akan sangat
terasa.
c. Peran
dan status, posisi seorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi peran
dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh
masyarakat.
3. Faktor
pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti :
a. Usia
dan tahap daur hidup, orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli
sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai
dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga
pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat pembelian yang terjadi yang
berhubungan dengan daur hidup manusia.
b. Pekerjaan,
pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya dengan jabatan
yang mempunyai minat diatas rata-rata terhadap produk mereka.
c. Keadaan
ekonomi, keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang
produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan
kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Jadi
indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat
mencari jalan untuk menetepkan posisi produknya.
d. Gaya
hidup, orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama
dapat mempunyai gaya
hidup yang berbeda. Gaya
hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang
tercermin dalm kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar
secara cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus
berubah dan bagimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
e. Gaya
hidup, orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama
dapat mempunyai gaya
hidup yang berbeda. Gaya
hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang
tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasaran
secar cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yanterus
berubah dan bagaiman nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
f. Kepribadian
dan konsep diri, tiap orang mempunyai kepribadian yang khas dan ini akan
mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karekteristik
psikologi yang unik yang menimbulkan tanggapan realtif konstan terhadap
lingkungannya sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis
perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau merek.
4. Faktor
psikologis
Pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai banyak
kebutuhan baik yang bersifat biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan
fisiologis tertentu seperti rasa lapar, haus, dan sebagainya. Sedangkan
kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan
fisiologi tertentu seperti kebuthan untuk diakui,harga diri, atau kebutuhan
untuk diterima oleh lingkungannya. Pihak pembelian seseorang juga dipengaruhi
oleh faktor psikologi yang utama, yaitu :
a. Motivasi,
kebanyakan dari kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang
untuk bertindak pada suatu saat tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi
motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu
kebutuhan yang cukuo menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.
b. Persepsi,
seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana orang itu bertindak
dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang dalam kondisi motivasi
yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin bertindak secara berbeda karena
perbedaan persepsi mereka terhadap situasi itu. Persepsi sebagai proses di mana
individu memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
c. Proses
belajar (learning), proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah
hasil proses belajar. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui
dorongan, rangsangan, isyarat,tanggapan, dan penguatan. Para
pemasar dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya dengan
dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi, dan dengan memberikan
penguatan yang posiitif.
d.
Kepercayaan dan sikap, melalui tindakan
dan proses belajar, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian
mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif
yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Sedangkan sikap adalah organisasi dan motivasi, perasaan
emosional,persepsi, dan proses kognitif kepada suatu aspek.
2.5 Pengertian Periklanan
Setiap hari kita
dijejali oleh ratusan tampilan iklan, baik ditelevisi,radio, surat kabar, majalah atau media yang lainnya.
Ada iklan yang
menarik, kurang menarik atau bahkan sama sekali tidak menarik, sehingga kita
tidak pernah ingat akan iklan yang tidak menarik tersebut. Nampaknya iklan
dipercayai sebagai cara untuk mendongkrak penjualan oleh kebayakan
pengusaha yang punya anggaran yang besar
untuk kegiatan promosi. (Subagyo
2010,hal.137)
Definisi standar dari periklanan biasanya mengandung enam
elemen. Pertama, periklanan adalah bentuk informasi bentuk komunikasi yang
dibayar, walaupun beberapa bentuk periklanan seperti iklan layanan masyarakat,
biasanya menggunakan ruang khusus yang gartis, atau walaupun harus membayar
tapi dengan jumlah yang sedikit. Kedua, selain pesan yang disampaikan harus
dibayar, dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan
hanya menampilkan pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, tapi juga
sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai perusakan yang
memproduksi produk yang ditawarkan, tapi juga sekaligus menyampaikan pesan agar
konsumen sadar mengenai perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan itu,
sehingga kita sering mendengarkan atau melihat iklan yang selain menawarkan
produknya tapi juga menyampaikan siapa produsen. Maksud utama kebayakan iklan
adalah untuk membujuk atau mempengaruhi konsumen untuk melakukan sesuatu. Dalam
iklan, pesan dirancang sedemikian rupa agar bisa membujuk atau mempengaruhi
konsumen. Upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen mrupakan elemen ketiga dalam
definisi periklanan. Keempat, periklanan memerlukan medai massa sebagai media
penyampai pesan. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada
audiens sasaran. Penggunaan media massa ini menjadikan periklanan mempunyai
sifat bukan pribadi (non personal). Sifat non personal ni merupakan elemen
kelima dalam definisi perikalanan. Elemen keenam adalah audiens. Dalam
perancangan iklan, harus jelas ditentukan kelompok konsumen yang akan jadi
sasaran pesan. Tanpa identifikasi audiens yang jelas, pesan yang disampaikan
dalam iklan tidak akan efektif. Subagyo (2010, hal.136)
Menurut Machfoedz (2010, hal. 139) bahwa : "Iklan
adalah segala bentuk penyajian informasi dan promosi secara tidak langsung yang
dilakukan oleh sponsor untuk menawarkan ide, barang atau jasa."
Subagyo ( 2010, hal. 136) mengemukakan bahwa :
"Iklan adalah promosi produksi atau pelayanan non individu yang dilakukan
oleh sponsor/perusahaan perorangan tertentu yang bisa diidentifikasi dan yang
membayar biaya komunikasi."
Dari kedua definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
iklan merupakan suatu bentuk komunikasi massa; radio, surat kabar, majalah dan
sebagainya. Sehingga advertising mempunyai sifat non personal dan merupakan
suatu alat untuk mempromosikan produk dan jasa tanpa mengadakan kontak langsung
serta pemasang iklan harus membayar dengan tarif tertentu yang berlaku. Machfoedz
(2010, hal. 141)
2.5.1
Fungsi dan Tujuan Periklanan
Dalam mengembangkan program periklanan, harus selalu mulai dengan
mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian mengambil lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan
(Kotler, 2000, hal. 658), yang disebut lima
M :
1. Mission (misi) yaitu tujuan dari
periklanan.
2. Money (uang) yaitu besarnya pengeluaran
untuk periklanan
3. Message (pesan) yaitu pesan apa yang akan
disampaikan.
4. Media (media) yaitu media apa yang
seharusnya digunakan
5. Measurement ( pengukuran) yaitu bagaimana
seharusnya hasil periklanan itu dievaluasi.
Menurut Shimp (2003, hal. 357)
fungsi-fungsi periklanan meliputi :
1.
Informing (memberi informasi)
Periklanan dapat memberitahukan pasar tentang suatu produk baru dan
perubahan harga, menyusulkan kegunaan
suatu produk baru menjelaskan cara kerja, dan membangun citra perusahaan.
2.
Persuading (membujuk)
Periklanan dapat membentuk preferensi merek, mengubah persepsi
konsumen tentang atribut produk, mengajak konsumen untuk mencoba produk atau
jasa yang diiklankan dan membujuk konsumen untuk membeli sekarang.
3.
Reminding (mengingatkan)
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para
konsumen dan meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada.
4.
Adding Value (memberikan nilai
tambah)
Periklanan memberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi
persepsi konsumen, sehingga seringkali merek dipandang sebagai lebih elegen,
lebih bergaya,dan biasa lebih unggul dari tawaran pesaing.
Terence A. Shimp (2003, hal.375) Kemudian mengungkapkan bahwa tujuan
periklanan adalah penyataan spesifik tentang eksekusi periklanan yang
direncanakan dalam pengertian tentang apa yang khususnya hendak dicapai oleh
iklan tersebut. Tujuan ini didasarkan pada situasi persaingan terkini, atau
situasi yang akan diantisipasi dalam ketagori produk. kriteria yang harus
dipenuhi tujuan periklanan yang baik, antara lain :
1.
Mencakup suatu pernyataan yang
pasti tentang siapa (who),apa(what),dan kapan (when)
2.
Kuantitatif dan dapat diukur
3.
Menyatakan jumlah atau besarnya
perubahan yang diinginkan
4.
Realistis
5.
Konsisten secara internal
6.
Jelas dan tertulis
Sementara menurut Kotler (2000, hal.659) tujuan periklanan harus
berdasarkan pada target pasar, penentuan posisi pasar, dan bauran pemasaran.
Tujuan periklanan dapat digolongkan berdasarkan sasarannya, yaitu :
1.
Informative advertising,
diadakan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk, tujuannya
adalah untuk membentuk permintaan pertama.
2.
Persuasive advertising, penting
untuk dilakukan dalam tahap persaingan, tujuannya adalah membentuk permintaan
selektif atas suatu merek tertentu.
3.
Reminder advertising, sangat
penting untuk produk yang sudah mapan, tujuannya adalah untuk mengingatkan
kembali konsumen terhadap produk yang sudah dikenal dan meyakinkan konsumen
bahwa mereka telah melakukan pembelian yang tepat terhadap produk tersebut.
2.5.2
Jenis-jenis Media Iklan
Jenis media iklan beserta kelebihan dan kekurangannya menurut Kotler
(2002, hal. 670) adalah sebagai berikut :
a.
Surat kabar :
memiliki kelebihan diantaranya tepat waktu, jangkauan yang luas, sangat
dipercaya, dan fleksibel. Sedangkan kekurangannya yakni jangka waktu yang
pendek, mutu reproduksi yang buruk, “penerusan” ke audiens berikutnya kecil.
b.
Televisi : Kelebihannya yakni
dapat menggabungkan gambar, suara, dan gerak merangsang indera, perhatian yang
tinggi, serta jangkauan yang luas. Sedangkan kekurangannya yakni biaya yang
sangat tinggi, pengelompokan yang tinggi, paparan bergerak cepat sehingga sulit
dilihat, audiens dipilih secara kurang baik.
c.
Radio : Kelebihan yaitu
penggunaan massal, pilihan geografis dan demografis tinggi, serta biaya rendah.
Sedangkan kekurangannya yakni hanya penyajian suara, perhatian lebih rendah
daripada televisi, struktur harga tidak standar, dan tidak ada jaminan posisi.
d.
Majalah : Kelebihannya yaitu
pilihan geografis dan demografis tinggi, kredibilitas dan gengsi, mutu
reproduksi tinggi, serta jangka waktu yang panjang. Sedangkan kekurangannya
yaiu ada peredaran yang sia-sia serta tidak ada jaminan posisi produk.
e.
Brosur : Kelebihannya yaitu
lentur, sangat terkendali, peluang interaktif, biaya relatif lebih mudah.
Sedangkan kelemahannya yaitu produksi yang berlebihan bisa mengakibatkan
pemborosan biaya.
f.
Internet : Kelebihannya yaitu
selektifitas tinggi, adanya kemungkinan interaktif, biaya relatif lebih rendah.
Sedangkan kekurangannya yaitu media yang relatif baru yang penggunanya relatif
rendah pada beberapa daerah.
g.
Direct mail : Kelebihannya
yaitu sasaran terpilih, fleksibel, tidak ada persaingan, serta bersifat
personal. Sedangkan kekurangannya yaitu biaya relatif tinggi.
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen Melalui Iklan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap konsumen melalui iklan dapat dikemukakan sebagi berikut
:
1.
Nilai Informasi
Menurut Sutabri (2005, hal. 23)
menyatakan bahwa : "Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau
diolah atau di interprestasi untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan. "
Menurut Sutabri (2005, hal. 31), "Nilai
informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkan
informasi tersebut. Suatu informasi dapat dikatakan bernilai bila manfaatnya
lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya. Sebagian besar
informasi tidak dapat ditaksir secara pasti nilai keuntungannya (dalam satuan
uang), tetapi kita dapat menaksir nilai efektifitas dari informasi tersebut."
Sasaran
mungkin tahu mengenai perusahaan atau produk, tetapi tidak mengetahui
lebih banyak dari itu. Untuk itulah tugas komunikatorlah untuk untuk membangun
pengetahuan melalui sejumlah informasi mengenai produk yang ditawarkan sebagai
sasaran utama komunikasi (Kotler, 2005 : 110).
2. Isi
Pesan
Isi pesan iklan dapat dibagi dua yaitu komponen verbal (lisan) dan
visual ( tulisan). Baik komponen verbal
maupun visual mungkin mempengaruhi pembentukan kepercayaan konsumen terhadap
atribut produk serta perasaan dan emosi. (Simammora, 2008. hal. 175)
Menetapkan tujuan yang jelas akan membantu memusatkan isi pesan.
Komunikator seharusnya hanya memasukkan informasi yang penting, yang relevan
dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Informasi yang tidak releven
harus disingkirkan atau dibuang jauh-jauh. Bila informasi yang tidak penting
dimasukkan dalam pesan-pesan yang akan disampaikan, inti pesan akan kabur, dan
waktu pun akan terbuang percuma. Pada akhirnya, penyampaian pesan tidak akan
mencapai sasaran yang dikehendaki. (Purwanto, 2006, hal. 70)
3.
Dorongan Iklan
Iklan yang menarik adalah iklan yang mempunyai daya tarik, yaitu
memiliki kemampuan untuk menarik perhatian pasar (audience) sasaran. Pesan-pesan
yang akan disampikan dapat disajikan dalam gaya penyampaian yang berbeda-beda,
yaitu dengan menampilkan : cuplikan kehidupan individu atau kelompok, gaya
hidup individu, fantasi tentang produk, suasan hati (mood) atau citra seputar
produk, musik untuk lebih menghidupkan pesan, symbol kepribadian untuk
menciptakan karakter yang mempersonifikasikan produk, memamerkan keahlian dan
pengalaman perusahaan dalam menghasilkan produk, bukti-bukti ilmiah keunggulan
produk, bukti kesaksian dari orang-orang terkenal (Morrisan, 2010, hal 17). Menurut
Morrisan (2010, hal 345) dalam menampilkan gaya penyampaian tersebut dapat digunakan
tiga jenis pendekatan daya tarik, yaitu :
1.
Daya tarik rasional atau informatif menekankan
pada pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap aspek praktis, fungsional, dan
kegunaan suatu produk dan juga menekankan pada atribut yang dimiliki suatu
produk dan/atau manfaat atau alasan memiliki atau menggunakan merek produk
tertentu. Iklan dengan daya tarik rasional bertujuan membujuk target konsumen untuk
membeli karena produk bersangkutan adalah yang terbaik atau produk yang paling
dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
2.
Daya tarik emosional, berusaha
membangkitkan emosi positif atau negative yang dapat memotivasi pembelian.
Emosi positif berupa perasaan bangga, senang, cinta jika menggunakan produk
yang diiklankan. Sedangkan emosi negative berupa perasaan tajut, bersalah, malu
yang membuat orang merasa memerlukan merek yang diiklankan (misalnya produk
parfum, pasta gigi, dan asuransi) atau bahkan menghentikan penggunaannya.
3.
Daya tarik moral, pendekatan
ini berkaitan dengan apa yang benar, apa yang tepat, atau apa yang seharusnya,
misalnya anjuran donor darah, anjuran kebersihan lingkungan pada iklan demam
berdarah.
Daya tarik iklan (advertising appeal) mengacu pada pendekatan yang
digunakan untuk menarik perhatian konsumen dan/ atau mempengaruhi perasaan
mereka terhadap suatu produk (barang dan jasa). Suatu daya tarik iklan dapat
pula dipahami sebagai something that
moves people, speaks to their wants or needs, and excites their interest (
sesuatu yang menggerakkan orang, berbicara mengenai keinginan atau kebutuhan
mereka, dan membangkitkan ketertarikan mereka). (Morrison, 2010 :342)
2.7 Sikap Konsumen Terhadap
Iklan
Sikap konsumen terhadap iklan merupakan sikap suka tidak suka
konsumen terhadap stimulus iklan tertentu pada saat penayangan iklan. Sikap
konsumen terhadap iklan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi :
isi pesan iklan, pengaruh suatu iklan terhadap suasana hati dan emosi konsumen.
Faktor-faktor tersebut sudah terbukti dapat mempengaruhi sikap konsumen
terhadap merek baik dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah atau tinggi
dalam melakukan keputusan merek maupun konsumen yang sudah mengenal atau belum
mengenal merek.(Simamora,2008:173)
Dalam menilai sikap konsumen terhadap sebuah iklan, para peneliti
menemukan bahwa sangatlah penting membedakan antara mengukur evaluasi kognitif
terhadap iklan dan respon afektif terhadap iklan. Evaluasi kognitif mencakup
penilaian tentang iklan apakah iklan trsebut bersifat humoris atau informatif.
Respon afektif mencakup pengalaman dari pemaparan sebuah iklan seperti suasana
takut, tersenyum atau gelak tawa.(Simamora 2008 :173)
Pada saat situasi keterlibatan konsumen tinggi dalam pembelian suatu
produk maka faktor-faktor sentral seperti argumen pesan iklan atau isi
informasi, dari suatu iklan, sangat berperan dalam mempengaruhi konsumen.
(Simamora, 2008. hal. 177)
2.8 Pengertian Keputusan
Pembelian
Menurut Engel et. Al (2000:31) Keputusan pembelian adalah proses merumuskan
berbagai alternatif tindakan guna
menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan
pembelian.
Suatu proses membeli bukan sekedar
mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan
peran dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Menurut Simamora (2008, hal. 15) terdapat lima
peran yang tejadi dalam keputusan membeli :
- Pemrakarsa (initiator). Orang yang
pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu.
- Pemberi pengaruh (influencer). Orang
yang pandangan/nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.
- Pengambilan keputusan (decider). Orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.
2.8.1
Proses Keputusan Membeli
Menurut
(Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan
membeli melewati lima tahap, yaitu:
a. Pengenalan masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan
masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan
nyata dan keadaan yang diinginkan.
b. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait
mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan
konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen
kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan
dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan
kebutuhan tersebut.
Pengaruh relatif dari sumber informasi ini
bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian
besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan
oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi.
Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian
jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi
membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada
umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya
kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.
c. Evaluasi alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu
ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam
perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi
konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai
kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting
berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik
masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan
keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut.
Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat
atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda
lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu
prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif
barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi
membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan
dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya
sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan
dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil
keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk
bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian.
Pemasar harus mempelajari pembeli untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila
mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat
langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli.
d. Keputusan membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat
peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan
membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor
dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor
pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga,
merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak
diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan
tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.
e. Tingkah laku pasca pembelian
Tahap
dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah
membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli
merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan
antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk
tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan
konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.
Konsumen
mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual,
teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi
produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan.
Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar
ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan
yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.
2.9 Kerangka Pikir
Dari beberapa teori yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa faktor-faktor penting yang mempengaruhi sikap konsumen
melalui iklan, antara lain: Nilai informasi, isi pesan dan dorongan iklan.
Masing-masing faktor tersebut memiliki peran penting dalam proses pengambilan
keputusan.
Sikap konsumen terhadap iklan adalah salah satu kegiatan yang
digunakan untuk menginformasikan, membujuk dan mempengaruhi konsumen atas
produk yang diiklankan dalam hal ini adalah Speedy. Terdapat berbagai macam
perilaku konsumen dalam melihat iklan Speedy, dimana sebelum mereka melihat
iklan tersebut mereka tidak mengetahui keunggulan dan kelebihan terhadap produk
Speedy.
Untuk lebih jelasnya akan dkemukakan melalui model penelitian yang
disusun berdasarkan sistematika, analisis dan alat analisis yang digunakan
dalam memecahkan masalah sebagai berikut :
MODEL PENELITIAN
SKEMA 1
2.10
Hipotesis
Dari
perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam
kerangka pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
1.
Diduga
bahwa faktor-faktor sikap konsumen
melalui iklan yang meliputi nilai informasi, isi pesan dan dorongan iklan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian Speedy DI Kabupaten Pidie
2.
Diduga
bahwa nilai informasi yang paling
dominan terhadap keputusan pembelian Speedy DI Kabupaten Pidie
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Daerah dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada masyarakat Kota Makassar yang memakai Speedy. Sedangkan waktu penelitian yang dijadwalkan hingga
rampung hasil penelitian ini diperkirakan kurang lebih tiga bulan dimulain dari
bulan Maret samapai dengan bulan Mei tahun 2012.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan datan yang penulis tempuh dalam usaha memperoleh daya tang relevan
ntuk pemecahan dan penganalisaan permasalahan. Data-data tersebut dapat
diperoleh melalui dua cara, yaitu:
1.
Penelitian
Pustaka (Library research), yaitu
pengumpulan data teoritis dengan cara menelaah berbagai literatur dan bahan
pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah yang di teliti.
2. Penelitian
lapang (Field research), yaitu dengan
cara :
a. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara langsung
dengan pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu para masyarakat wilayah Makassar
yang terpilih sebagai responden guna mendapatkan data-data yang diperlukan.
b. Kuesioner
Kuesioner yang dibagikan secara langsung
oleh penulis kepada responden yang ditemui di wilayah Makassar yang menggunakan Speedy.
3.3 Jenis
dan Sumber Data
Data
yang dikumpulkan harus dapat dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, sesuai dan
dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang digunakan adalah:
1.
Data
Kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka yang dapat dihitung, yang diperoleh
dari perhitungan kuesioner yang akan dilakukan yang berhubungan dengan masalah
yang teliti.
2.
Data
Kualitatif, yaitu data yang bukan dalam bentuk angka, yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan pelanggan yang berhubungan dengan masalah yang teliti.
Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Data Primer adalah data yang diperoleh
melalui hasil penyebaran kuesioner kepada sejumlah responden yang menjadi
sampel dari penelitian ini yakni mengenai sikap konsumen melalui iklan terhadap
keputusan pembelian Speedy.
b) Data Sekunder adalah data
pendukung yang biasanya dapat diperoleh dari literatur-literatur bahan
kepustakaan dan dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti.
3.4
Populasi dan Sampel
Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah pelanggan/pengguna Speedy DI Kabupaten Pidie bulan
Maret tahun 2012 yakni sebesar 20.966. Kemudian sampel adalah bagian dari
populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi yang
dianggap mewakili sehingga dapar digeneralisasikan secara keseluruhan. Teknik
purposive sampling, yaitu sampel ditentukan dengan cara memilih siapa saja yang
ditemui pada saat penelitian atau pengumpulan data berlangsung sesuai dengan
waktu yang ditentukan oleh peneliti sampai memenuhi jumlah sampel minimum
berdasarkan ketentuan hasil perhitungan jumlah sampel, dalam hal ini wawancara
atau pemberian kuesioner diberikan pada saat peneliti bertemu dengan pengguna
Speedy yang dipandang sesuai dengan kriteria sebagai sumber data.
Untuk menentukan ukuran sampel,
maka digunakan rumus Slovin, sebagai berikut :
N
n = ----------
1 + Ne²
20.966
n =
-------------------------
1 + 20.966 (0,10)²
20.966
n =
------------------------
210,66
n = 99,52 atau dibulatkan menjadi 100 responden
3.5 Definisi
Operasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan
definisi operasioanl variabel agar menjadi petunjuk dalam penelitian ini. Definisi operasional tersebut adalah :
1.
Nilai informasi (X1)
2.
Isi pesan (X2 )
3.
Dorongan Iklan (X3 )
4.
Keputusan pembelian produk ( Y )
Tabel 3.1 : tabel definisi Variabel
Variabel
|
Indikator
|
Satuan Ukur
|
1. Nilai Informasi
(X1)
|
·
Iklan merupakan sumber informasi yang bernilai
untuk mengetahui keunggulan produk yang ditawarkan
· Iklan memberitahu saya karakteristik
yang sedang saya butuhkan
· Iklan membantu saya untuk mengetahui
secara terus-menerus produk-produk yang tersedia
·
Iklan Speedy sangat menarik perhatian saya
·
Nilai informasi produk yang diperoleh melalui
iklan Speedy setara dengan manfaat dan biaya yang digunakan
|
Diukur dengan kepahaman konsumen. Dan
setiap indokator diukur dengan skala likert.
|
2. Isi
pesan (X2
)
|
· Iklan speedy berisikan pesan-pesan
informasi
· Iklan speedy memberikan informasi kepada
publik
· Dengan melihat iklan speedy, saya dapat
memahami dengan jelas isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut
· Pesan yang disampaikan dengan iklan
speedy menyadarkan bahwa saya tidak asing dengan produk yang ditawarkan
· Pesan yang disampaikan dalam iklan
speedy mampu membuat saya untuk selalu ingat dengan produk tersebut
|
Diukur dengan ketertarikan konsumen. Dan
setiap indokator diukur dengan skala likert.
|
3.
Dorongan Iklan
(X3 )
|
·
Dengan adanya iklan speedy dapat menimbulkan
keinginan konsumen untuk pembelian
· Iklan speedy memberikan informasi kepada
publik mengenai keunggulannya
· Setelah melihat iklan speedy, saya
merasa bahwa iklan tersebut pantas untuk saya ingat
· Iklan speedy membuat saya menjadi kenal
akan merek tersebut
· Dengan melihat iklan speedy, saya
memiliki kesan bahwa iklan speedy lebih baik dari iklan produk lain yang
sejenis.
|
Diukur dengan kepahaman dan ketertarikan
konsumen. Dan setiap indokator diukur dengan skala likert.
|
4.
Keputusan Pembelian (X4 )
|
·
Adanya kepercayaan masyarakat terhadap produk
speedy yang ditawarkan
·
Citra yang melekat pada produk speedy membuat
konsumen untuk membeli
·
Nilai fungsional yang melekat pada Speedy
mempengaruhi keputusan pembelian
·
Iklan speedy membuat saya ingin menjadikan
speedy sebagai pilihan utama
·
Dengan melihat iklan speedy, saya jadi
memiliki kepercayaan terhadap produk tersebut.
|
Diukur
dengan kepercayaan dan keyakinan konsumen untuk menggunakan produk tersebut.
Dan setiap indokator diukur dengan skala likert.
|
3.6 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah :.
1. Analisis deskriptif yaitu suatu analisis yang
menguraikan sikap konsumen melalui iklan terhadap keputusan pembelian Speedy DI
Kabupaten Pidie
2. Analisis regresi berganda adalah suatu
analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
konsumen melalui iklan terhadap keputusan pembelian, dengan menggunakan rumus :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana :
Y =
Keputusan Pembelian
X1
= Nilai Informasi
X2 = Isi Pesan
X3 =
Dorongan Iklan
bo, b1,
b2 , b3 = Koefisien regresi
Setiap indikator yang pertanyakan dari kuesioner
menggunakan skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala social (Ridwan dan Akdom, 2007, hal.16). Dalam
kuesioner yang digunakan penulis, setiap pertanyaan terdiri dari 5 (lima)
kategori jawaban, yaitu STS = 1, TS = 2,
N = 3, S = 4, SS = 5.
3.7 Pengujian Hipotesis
1.
Analisis Koefisien Determinasi ( R²)
Pada linear berganda ini, akan dilihat besarnya konstribusi untuk
variable bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien
determinasi totalnya ( R²). Jika ( R²) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka
dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variable bebas
terhadap variabel terikat.
2.
Uji T (Uji Parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variable bebasnya
secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variable
terikatnya. Dimana Ttabel > Thitung, H0 diterima.
Dan jika Ttabel < Thitung, maka H1 diterima, begitupun
jika sig > a
(0.05), maka H0 diterima H1
ditolak dan jika sig < a (0,05), maka maka H0 ditolak H1 diterima.
3.
Uji F ( Parsial)
Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variable bebas secara
bersama-sama terhadap variable terikat. Untuk mengetahui apakah secara
simultan, koefisien regresi variable bebas mempunyai pengaruh nyata atau tidak
terhadap variable terikat, maka dilakukan uji hipotesis. Digunakan Fhitung untuk menguji apakah model persamaan
regresi yang diajukan dapat diterima dan ditolak. Menurut Sugiyono (2006),
nilai dengan Fhitung dikonstantakan dengan Ftabel, dengan menggunakan tingkat
keyakinan 95% dengan taraf kesalahan (a) yang digunakan yaitu 5%
atau 0,05 maka, Fhitung lebih besar dari Ftabel berarti
variabel bebasnya secara bersama-sama memberikan pengaruh yang bermakna
terhadap variabel terikat atau hipotesis pertama sehingga dapat diterima.
4.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur derajat ketetapan dalm penelitian
tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Uji validitas akan dilakukan
dengan menghitung koefisien korelasi antar subjek pada item pertanyaan dengan
skor yang diperoleh dari hasil kuesioner, yaitu dengan mencari nilai koefisien
korelasi ( r ) dari masing-masing pertanyaan dan dibandingkan dengan nilai
kritik tabel korelasi r . Bila r
hitung > r tabel, maka pertanyaan/ variabel tersebut adalah signifikan.
5.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji keandalan butir instrumen
penelitian, penguji reliabilitas terhadap butir instrument penelitian yang reliable jika nilai cronbach alpha di atas 0,6
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah 2002, Perilaku Konsumen, edisi pertama, cetakan pertama,
Penerbit : Graha Ilmu, Jakarta
Engel, et all. 2000. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid I. Binarupa Aksara,
Jakarta
Ferrinadewi Ema, 2008, Merek & Psikologi Konsumen, edisi
pertama, cetakan pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakart
Firdaus, Muhammad, 2008, Manajemen Agribisnis, cetakan pertama,
Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta
Ghosali Iman, 2006, Aplikasi
Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Badan Penerbit : Universitas
Diponegoro, Jakarta
Jonathan Sarwono. 2010. Teori Analisis, Mengenal Analisis Korelasi, (online). (http://www.jonathansarwono.info)/,diakses 4mei 2012)
Junaidi Chaniago,2008. Transformasi Data Ordinal Ke Interval dengan Exel kasus kategori Tidak
Terisi. Junaidi FE-UNJA, (online). (http://junaidichaniago.wordpress.com, diakses 4 Mei 2012)
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium Jilid I.
PT. Prenhallindo, Jakarta
____________.2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium jilid 2. Alih bahasa :
Hendra Teguh, dkk. Penerbit : Prenhalindo. Jakarta.
____________.2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11 jilid 2. Alih bahasa :
Benyamin Molan. Penerbit Indeks. Jakarta
Machfoedz, Mahmud, 2005, Pengantar Pemasaran Modern,
cetakan pertama, Penerbit: UPP-AMP YKPM, Yogyakart
Morrison, M.A, 2010, Periklanan
Komunikasi Pemasaran Terpadu, cetakan pertama, Penerbit : Kencana Prenada
Media Group
Oesman, Marty Yevis, 2010, Sukses Mengelola Marketing
Mix, CRM, Customer
Purwanto, Djoko, 2006,
Komunkasi Bisnis, edisi ketiga, Penerbit : Erlangga. Jakarta
Rangkuti Freddy, 2004, Flexible Marketing, Teknik Agar Tetap
Tumbuh dalam Situasi Binis yang Bergejolak
dan Analisis Kasus, Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama, Jakart
Ridwan dan Akdom, 2007, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik,
cetakan kedua, Penerbit: Alfabeta, Bandung
Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, edisi
keempat, Penerbit: Salemba Empat, Jakarta
Shimp, Terence A. 2003. Perikanan
Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Edisi 5 Jilid 1.
Erlangga. Jakarta
Simamora, Bilson, 2008, Panduan Riset
Perilaku Konsumen, cetakan ketiga, Penerbit: PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Administrasi, dilengkapi
dengan Metode R&D, edisi revisi cetakan ketujuhbelas, Penerbit :
Alfabeta, Bandung
Subagyo Ahmad, 2010, Marketing In Business, Studi
Kasus UMK & LKM, edisi pertama, Penerbit: Mitra Wacana Media, Jakarta
Sumarwan, Ujang, 2003, Perilaku Konsumen Teori & Penerapannya Dalam
Pemasaran, Cetakan Pertama, Penerbit: Ghalia Indonesia, Jakarta
Suryani, Tatik, 2008, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi
Pemasaran, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Jakarta.
Sutabri, Tata, 2005, Sistem
Informasi Manajemen, Penerbit : Andi, Jakarta
Sutisna, 2003, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, cetakan
ketiga, Penerbit: Remaja Rosdakarya, Bandung
0 Response to "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen Melalui Iklan Terhadap Keputusan Pembelian Speedy DI Kabupaten Pidie"