Keterampilan sosial (social skills) merupakan penggalan penting dari kemampuan hidup manusia. Tanpa mempunyai keterampilan ini insan tidak mulus dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga hidupnya kurang serasi (maladjusment).
Cartledge dan Milburn (1992: 8) menyatakan bahwa “social skills are one’s or society member ability with establishing relationship with others and his problems solving ability with which a harmoniuous society can be achieved”. Menurut definisi tersebut keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang atau warga masyarakat dalam mengadakan kekerabatan interaksi dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah, sehingga memperoleh penyesuaian yang serasi di masyarakat maupun lingkungan sekolah.
Keterampilan sosial sangat diharapkan ketika siswa memasuki kelompok sebaya. Beberapa fakta menerangkan siswa dengan keterampilan sosial rendah umumnya tidak disukai, dikucilkan, atau diabaikan oleh teman-teman. Siswa yang seringkali mengalami kegagalan dalam lingkungannya, akan mendapatkan evaluasi negatif dari lingkungannya, demikian juga siswa yang tidak mempunyai keterampilan sosial akan sulit mempertahankan dan menjalin kekerabatan dengan sobat lain, perilakunya seringkali merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga mengakibatkan reaksi negatif dari teman-teman lain.
Keterampilan sosial sanggup membawa anak untuk lebih berani menyatakan diri, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru sanggup merugikan diri sendiri dan orang lain.
Beberapa pendapat tersebut sanggup disimpulkan bahwa keterampilan sosial yakni suatu kemapuan hidup insan dalam dan segala aktifitas yang dilakukan sanggup terterima secara baik dilingkungan sosial mereka,
Aspek-Aspek Keterampilan Sosial
Menurut John Jarolimek (1993 : 9), Keterampilan sosial yang perlu dimiliki oleh siswa tersebut yakni: (1) bekerjasama, toleransi, menghormati hak- hak orang lain, dan mempunyai kepekaan sosial, (2) mempunyai kontrol diri, dan (3) menyebarkan pendapat dan pengalaman dengan orang lain.
Pernyataan Jarolimek tersebut menerangkan bahwa keterampilan sosial itu terdiri dari aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan bekerjasama, keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut.
Maka untuk meningkatkan keterampilan sosial tersebut diharapkan banyak sekali aspek-aspek keterampilan sosial, berdasarkan Janice.j Beaty (1998 : 147) menyebutkan bahwa keterampilan sosial atau disebut juga prosocial behavior (perilaku prososial) meliputi perilaku-perilaku sebagai berikut: a) tenggang rasa yang di dalamnya bawah umur mengekspresikan rasa haru dengan menawarkan perhatian kepada seseorang yang sedang tertekan alasannya yakni suatu problem dan mengungkapkan perasaan orang lain yang sedang mengalami konflik sebagai bentuk bahwa anak menyadari perasaan yang dialami orang lain; b) kemurahan hati atau kedermawanan yang di dalamnya bawah umur menyebarkan dan menawarkan suatu barang miliknya pada seseorang; c) kerjasama yang di dalamnya bawah umur mengambil giliran atau bergantian dan menuruti perintah secara sukarela tanpa mengakibatkan pertengkaran; dan d) memberi dukungan yang di dalamnya bawah umur membantu seseorang untuk melengkapi suatu kiprah dan membantu seseorang yang membutuhkan.
Ciri-ciri Keterampilan Sosial
Secara spesifik Elksninand dan Elksnin (dalam Adiyanti 1999; Program PDP “ Protec Ready Only”) mengidentifikasikan keterampilan sosial dalam beberapa ciri sebagai berikut.
a. Perilaku interpersonal
Merupakan sikap yang menyangkut keterampilan yang dipakai selama melaksanakan interaksi sosial, sikap sosial yang berlangsung antara dua orang atau lebih yang mencirikan proses-proses yang timbul sebagai satu hasil dari interaksi secara positif.
Bentuk sikap interpersonal antara lain : 1) mendapatkan kepemimpinan; 2) mengatasi konflik; 3) memberi perhatian; 4) membantu orang lain; 5) memulai percakapan; 6) bergaul dengan teman; 7) sikap positif kepada orang lain; 8) bisa mengorganisasikan kelompok; dan 9) menghormati privasi pribadi dan orang lain.
b. Perilaku berafiliasi dengan diri sendiri
Merupakan sikap seseorang yang sanggup mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, sikap sosial yang dimunculkan alasannya yakni adanya pertimbangan dan penghayatan dalam diri. Beberapa bentuk sikap ini antara lain : 1) sikap etis, yaitu perbuatan atau acara yang didasarkan pada hal baik atau jelek sesuai dengan penerimaan sosial; 2) lisan perasaan, yaitu ungkapan atau pernyataan perasaan yang sanggup terlihat melalui ucapan dan reaksi gerak arahan yang menjadi ciri khas emosi- emosi; 3) sikap positif terhadap diri, yaitu tingkah laris untuk mereaksi keadaan diri dengan mendapatkan kelebihan dan kekurangan yang ada; 4) sikap bertanggung jawab; 5) mendapatkan konsekuensi terhadap hal-hal yang telah dilakukan; dan 6) merawat diri.
c. Perilaku yang berafiliasi dengan kesuksesan akademik,
Merupakan sikap sosial yang dimunculkan alasannya yakni adanya tuntutan dan kewajiban yang harus dilakukan untuk mendapatkan penghargaan sosial.
d. Penerimaan sobat sebaya,
Merupakan sikap yang berafiliasi dengan penerimaan sebaya contohnya member salam, memberi dan meminta informasi, mengajak sobat terlibat dalam suatu aktifitas dan sanggup menangkap dengan sempurna emosi orang lain.
e. Keterampilan berkomunikasi,
merupakan keterampilan yang diharapkan untuk menjalin kekerabatan sosial yang baik. Kemampuan anak sanggup dilihat dari beberapa bentuk antara lain menjadi pendengar responsive, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan menawarkan umpan balik terhadap sobat bicara
Keterampilan sosial bukanlah kemampuan yang dibawa individu semenjak lahir tetapi diperoleh melalui proses belajar, baik berguru dari orang renta sebagai figure yang paling akrab dengan anak maupun berguru dari sobat sebaya dan lingkungan masyarakat. Michelson, dkk. ( dalam Ramdani, 1994; acara pdp “ protect read only”) menyebutkan bahwa keterampilan social merupakan sesuatu keterampilan yang diperoleh individu melalui proses belajar, mengenai cara-cara mengatasi atau melaksanakan kekerabatan social dengan sempurna dan baik.
Sedangkan Kelly, ( dalam Ramdani , 1994; Program Pdp “ Protect Read Only”) menyampaikan bahwa keterampilan sosial yakni perilaku-perilaku yang dipelajari yang dipakai individu dalam situasi-situasi interpersonal untuk memperoleh atau memelihara pengukuh dan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka sanggup disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan mengatur pikiran, emosi dan sikap untuk memulai dan memelihara kekerabatan atau interaksi dengan lingkungan sosial secara efektif dengan mempertimbangkan norma dan kepentingan sosial serta tujuan pribadi.
Faktor-Faktor Mempengaruhi Keterampilan Sosial
Perkembangan keterampilan sosial anak tergantung pada banyak sekali faktor. Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial, sebagaimana diungkapkan Fajar (2007: 1) diantaranya sebagai berikut:
a. kondisi
ada beberapa kondisi siswa yang mempengaruhi keterampilan sosialnya, antaralain tempramen siswa,regulasi emosi serta kemampuan social kognitif,
b. interaksi siswa dengan lingkungan
keterampilan sosial siswa terutama dipengaruhi oleh proses sosialisasinya dengan orang renta yang terjalin semenjak awal kelahiran. Melalui proses inilah orang renta menjamin bahwa anak mereka mempunyai standar perilaku, sikap dan keterampilan dan motif-motif yang sedapat mungkin sesuai dengan diinginkan atau sempurna dengan kiprahnya dalam masyarakat.
Dari beberapa faktor-faktor tersebut sangat mempunyai efek besar terhadap perkembangan keterampilan sosial siswa kini ini, alasannya yakni dizaman kurun globalisasi ketika ini lingkungan sosial itu dengan gampang menawarkan imbas negative terhadap sikap keterampilan sosial siswa itu sendiri.
0 Response to "Pengertian Keterampilan Sosial , Aspek-Aspek Keterampilan Sosial"