Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan, Tingkat Kemahalan Harga Saham, Return Saham, Dan Likuiditas Saham Perusahaan Yg Melaksanakan Stock Split (Ke-04)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pemecahan saham merupakan fenomena dalam literature ekonomi keuangan perusahaan secara sederhana pemecahan saham berarti memecah selembar saham menjadi lembar saham. Pemecahan saham menimbulkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. tindakan pemecahan saham akan menawarkan dampak fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seakan-akan menjadi lebih makmur memegang jumlah saham yang lebih banyak. Makara pemecahan saham sebetulnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. (Marwata, 2001).

Meskipun pemecahan saham tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi banyak insiden pemecahan saham di pasar modal menawarkan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat yang penting dalam praktek pasar modal (Marwata, 2001). Pemecahan saham telah menjadi salah satu alat yang dipakai oleh administrasi untuk membentuk harga pasar perusahaan.

Harga pasar dari saham akan mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi sebaliknya. Oleh alasannya ialah itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat memperhatikan harga sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering dikaitkan dengan kinerja perusahaan yang kurang baik. Namun jika harga
saham terlalu tinggi (overprice) sanggup mengurangi kemampuan investor untuk membeli sehingga mengakibatkan harga saham akan sulit untuk meningkat lagi. Dalam mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan melaksanakan pemecahan saham.
Secara teoritis pemecahan saham tidak akan menambah kekayaan pemegang saham, alasannya ialah di satu sisi jumlah lembar saham yang dimiliki investor bertambah tetapi di sisi lain harga saham turun secara proporsional. Namun dengan melaksanakan pemecahan saham dibutuhkan likuiditas sahamnya akan meningkat, alasannya ialah investor sanggup membeli saham dengan harga yang relatif lebih rendah (Muazaroh dan Iramani, 2005). Meskipun pemecahan saham tidak menawarkan nilai hemat bagi pemegang saham, namun tindakan ini sering dilakukan oleh perusahaan.

Teori yang mendukung insiden pemecahan saham ini antar lain Signaling Theory dan Trading Range Theory. Menurut Signaling Theory, pemecahan saham. Merupakan suatu sinyal dari manajer bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang baik. Manajer ingin memberikan info yang lengkap dan akurat perihal kondisi ataupun prospek perusahaan kepada pihak yang membutuhkan info sebelum dilakukan pemecahan saham, pihak luar tidak mendapat info yang cukup guna mengetahui kondisi perusahaan. Dengan adanya suatu sinyal yang baik berupa info disampaikan perusahaan, pihak luar sanggup mengetahui kinerja keuangan yang sanggup dilihat dari ROI dan EPS-nya. Sedangkan berdasarkan Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) mengakibatkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang bisa bertransaksi. Dengan adanya penataan harga ke rentang yang lebih rendah maka menimbulkan reaksi yang positif dari pasar. Para analis maupun pelaku pasar sanggup mengetahui tingkat kemahalan harga saham melalui PER dan PBV-nya. Hal ini juga diperkuat oleh pendapatnya Marwata (2001).

Dalam dunia bisnis, terutama dalam perdagangan saham yang terdapat di pasar modal, banyak sekali acara perdagangan yang dilakukan oleh para investor untuk memperoleh keuntungan (return). Pemecahan saham menawarkan info kepada investor perihal prospek peningkatan return masa depan yang substansial (Marwata, 2001). Return yang meningkat tersebut sanggup diprediksi dan merupakan sinyal perihal keuntungan jangka pendek dan jangka panjang (Bar-Josef dan Brown, 1997), dalam Marwata (2001). Dengan melihat rettrn yang bisa diperoleh, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi, jadi return merupakan salah satu faktor yang mendasari investor untuk membeli saham.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang sanggup mensugesti keputusan pemecahan saham, alasannya ialah kinerja keuangan merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mencerminkan kondisi suatu perusahaan Copeland (1979;116) dalam Marwata (2001), menyatakan bahwa salah satu citra prospek manis ialah kinerja keuangan yang manis perusahaan yang melaksanakan pemecahan saham memerlukan cukup biaya, oleh alasannya ialah itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek manis saja yang bisa melakukan.

Sampel pada penelitian ini ialah perusahaan manufaktur dari banyak sekali jenis industri. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham pada perusahaan manufaktur antara yang melaksanakan stock split dengan perusahaan yang tidak melaksanakan stock split. Sehingga dari hasil penelitian ini sanggup menawarkan info apakah ada perbedaan yang melaksanakan stock split atau yang tidak melaksanakan stock split dalam kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham. Untuk selanjutnya sanggup dijadikan tolok ukur dan pertimbangan bagi investor untuk membeli saham saham yang akan dipilihnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh apakah ada perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham pada perusahaan yang melaksanakan stock split dan perusahaan yang tidak melaksanakan stock split yang dituangkan dalam judul "ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ) (PERIODE 2000-2005).

1.2 Perumusan Masalah
Perumusan duduk kasus dalam penelitian ini ialah :
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham perusahaan yang melaksanakan stock split dengan perusahaan yang tidak melaksanakan stock split pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) diukur dengan ROI, EPS, PER, PBV, R dan TVA.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan, tingkat kemahalan harga saham, return saham, dan likuiditas saham perusahaan yang melaksanakan stock split dengan perusahaan yang tidak melaksanakan stock split pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) diukur dengan ROI, EPS, PER, PBV, R dan TVA.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibutuhkan sanggup memberi manfaat bagi :
1. Peneliti
Peneliti sanggup menawarkan teori-teori dan faktor-faktor perihal pemecahan saham untuk menambah pengetahuan dan kemampuan penulis.

2. Perusahaan
Hasil penelitian ini dibutuhkan sanggup menawarkan manfaat bagi perusahaan biar bisa mempertimbangkan keputusan yang sempurna mengenai pemecahan saham.
3. Investor
Hasil penelitian ini dibutuhkan sanggup menawarkan masukan bagi investor dalam mengambil keputusan melaksanakan pemecahan saham.
4. Pihak Lain
Penelitian ini dibutuhkan sanggup menawarkan tunjangan contoh bagi peneliti yang akan meneliti duduk kasus serupa sehingga membantu mempercepat penyempurnaan penelitian.

Judul : ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YG MELAKUKAN STOCK SPLIT  (KE-04))

0 Response to "Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan, Tingkat Kemahalan Harga Saham, Return Saham, Dan Likuiditas Saham Perusahaan Yg Melaksanakan Stock Split (Ke-04)"