Sejarah Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Menyambut hari kemerdekaan RI yang ke 68, kurang afdol rasanya jikalau kita tidak melihat sedikit usaha yang telah dilakukan para pejuang bangsa untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.

Berikut ialah sedikit kilas-balik sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia secara singkat :

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) untuk lebih menegaskan impian dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga mengakibatkan Jepang mengalah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur bahari Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan menunjukkan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar gosip lewat radio bahwa Jepang telah mengalah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah berkemas-kemas memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar wacana dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah mendapatkan ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para perjaka terutama para pendukung Syahrir.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyampaikan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera menunjukkan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan sanggup dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, ketika Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak semoga Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan alasannya menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu tipu muslihat Jepang, alasannya Jepang setiap ketika sudah harus mengalah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir wacana hasil pertemuan di Dalat.

Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan memakai kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.

Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI ketika itu sanggup menjadikan pertumpahan darah yang besar, dan sanggup berakibat sangat fatal jikalau para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan alasannya itu ialah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI ialah tubuh buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang mengalah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia alasannya Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan renta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan renta tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada ketika proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah tubuh yang dibuat oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan derma Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol no. 1. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum mendapatkan konfirmasi serta masih menunggu arahan dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang bekerjasama dengan Undang-Undang Dasar yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan alasannya Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi insiden Rengasdengklok.

Sejarah dan Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok
Detik-detik Pembacaan Teks Proklamasi Indonesia


0 Response to "Sejarah Kemerdekaan Bangsa Indonesia"