Analisis Faktor-Faktor Yang Besar Lengan Berkuasa Terhadap Rasio Pembayaran Deviden Pada Perusahaan Manufaktur Yang Membagikan Deviden Dan Terdaftar Di Bej Tahun 2003-2005 (Ak-46)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan harmonis dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan perusahaan yakni acara investasi. Dalam acara investasi manajer harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk investasi yang sanggup menghasilkan keuntungan dimasa depan. Dalam acara investasi tersebut perlu mempertimbangkan sumber pendanaan investasi tersebut apakah dari sumber internal atau dari sumber eksternal sehingga keuntungan yang dihasilkan sanggup maksimal.


Kebijakan investasi berafiliasi dengan pendanaan apabila investasi sebagian besar dibiayai dengan internal equity maka akan mensugesti besarnya deviden yang dibagikan. Semakin besar investasi maka semakin berkurang deviden yang dibagikan. Dan apabila dana internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka sanggup dipenuhi dari external khususnya dari utang.

Perusahaan yang cenderung memakai sumber dana eksternal untuk mendanai perhiasan investasi akan membagikan deviden yang lebih besar. Untuk itulah manajer harus sanggup memilih kebijakan deviden yang menunjukkan keuntungan kepada investor, disisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Pembagian deviden bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai saham. Untuk mencapai tujuan tersebut melibatkan dua pihak yang berkepentingan dalam pembagian deviden yaitu investor dan emiten.


Dari sisi investor, deviden merupakan salah satu penyebab timbulnya motivasi investor menanamkan dananya di pasar modal. Investor lebih menyukai deviden daripada capital gain, alasanya yakni deviden merupakan penerimaan yang lebih niscaya dibanding dengan capital gain. Mereka menganggap bahwa deviden kini lebih berharga dari pada capital gain yang diterima dikemudian hari. Kerena gosip yang dimiliki investor di pasar modal sangat terbatas, maka perubahan devidenlah yang akan dijadikan sebagai sinyal untuk mengetahui performance perusahaan. Sehingga perusahaan sering memakai pengumuman deviden untuk menaikkan harga saham.

Dari sisi emiten, sangat penting untuk memilih apakah sebagian keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan akan lebih banyak dipakai untuk membayar deviden dibandingkan dengan retained earning atau justru sebaliknya. Apabila proporsi keuntungan yang dibagikan sebagai deviden lebih besar dari keuntungan ditahan, alhasil yakni dana internal yang dimiliki perusahaan turun, dan perusahaan perlu mencari dana dari luar perusaahaaan bila perusahaan ingin melaksanakan ekspansi. Penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai deviden atau untuk dipakai di dalam perusahaan disebut dengan politik deviden atau kebijakan deviden.

Kebijakan deviden merupakan kepingan yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden memilih jumlah keuntungan yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar keuntungan ditahan semakin sedikit jumlah keuntungan yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Aspek utama dalam kebijakan deviden yakni alokasi penentuan keuntungan sebagai deviden dan keuntungan ditahan.

Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai deviden seluruhnya dan sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang berasal dari modal sendiri dan merupakan modal yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.

Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga sanggup membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti semakin sedikit keuntungan yang ditahan, dan sebagai alhasil ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap didalam perusahaan, berarti bahwa kepingan dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran deviden yakni semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash deviden” disebut devidend payout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya devidend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001:266). Kebijakan deviden yang optimal (optimal dividend policy) ialah kebijakan deviden yang membuat keseimbangan diantara deviden ketika ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan (Bringham 2001:198).

Bringham (2001:198) menyebutkan terdapat dua teori mengenai kebijakan deviden yaitu:

1. Devidend irrelevance theory.
Devidend irrelevance theory yakni suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak memiliki dampak baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya devidend payout ratio, tetapi ditentukan oleh keuntungan higienis sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan deviden tidak relevan untuk dipersoalkan.
2. Bird in the hand-Theory
Bird in the hand-Theory di ungkapkan oleh Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik kalau devidend payout ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka mendapatkan deviden daripada capital gains.

Dari kedua teori diatas sanggup diketahui bahwa kebijakan deviden merupakan kebijakan yang masih mengundang kontroversi untuk itulah sangat bervariasi kebijakan deviden yang dijalankan dalam perusahaan. Dewasa ini diperoleh fenomena perusahaan yang terdaftar di BEJ hanya sedikit yang membagikan deviden. Seperti data yang didapat dari perusahaan manufaktur di peroleh hasil bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ di tahun 2001 dari 155 perusahaan hanya 53 perusahaan yang membagikan deviden. Pada tahun 2002, dari 155 perusahaan hanya 50 perusahaan yang membagikan deviden. Rasio deviden yang dibagikan pada tahun tersebut sangat bervariatif sekali, banyak perusahaan yang membagikan deviden dengan proporsi yang sangat kecil dan sebaliknya ada pula yang membagikan dengan proporsi yang sangat besar. 

Ada beberapa faktor yang mensugesti rasio pembayaran deviden, antara lain yang dikemukakan oleh Riyanto (2001:267), bahwa kebijakan deviden itu dipengaruhi oleh likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan, dan pengawasan terhadap perusahaan. Sedangkan yang dikemukakan oleh Hanafi (2004:378), bahwa rasio pembayaran deviden itu dipengaruhi oleh kesempatan investasi, profitabilitas, likuiditas, susukan ke pasar uang, stabilitas pendapatan dan pembatasan-pembatasan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Sudarsi (2002), wacana “analisis faktor-faktor yang mensugesti devidend payout ratio pada industri perbankan yang listed di BEJ” di peroleh hasil bahwa cash position, profitabilitas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan debt to eqity ratio tidak memiliki dampak terhadap devidend payout ratio. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Riyanto dan Hanafi.

Dari fenomena dan teori yang diungkapkan di atas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian wacana deviden. Penelitian ini memakai variabel penelitian devidend payout ratio sebagai variabel dependen dan cash position, profitability, firm size dan debt to equity ratio sebagai variabel independent, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Rasio Pembayaran Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Deviden dan Terdaftar di BEJ Tahun 2003-2005”. Dari penelitian ini dibutuhkan sanggup menghasilkan bantuan gres wacana kebijakan deviden sehingga sanggup menunjukkan perhiasan acuan dalam memilih kebijakan deviden yang optimal.





0 Response to "Analisis Faktor-Faktor Yang Besar Lengan Berkuasa Terhadap Rasio Pembayaran Deviden Pada Perusahaan Manufaktur Yang Membagikan Deviden Dan Terdaftar Di Bej Tahun 2003-2005 (Ak-46)"