BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan adanya sejarah, insan mengetahui hasil,kebudayaan masyarakat pada masa dahulunya dan sejarah juga berperan penting terhadap keperkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hasil pengetahuan pada masa lampau ketika ini banyak di tulis dalam bentuk buku, yang pada awalnya penulisannya di lakukan lembaran-lembaran kulit kayu yang pada zaman Mesir dikenal dengan papyrus, dan juga pada masa islam di tulis pada tulang dan kulit unta. Seiring berkembangnya zaman kesudahannya mesin cetak kertas di temukan dan hingga ketika sekaranng ini masyarakat bisa mencicipi dan memanfaatkan hasil karya-karya sejarah yang di tulis dalam bentuk buku.
Dan ketika kini ini hasil karya-karya masa lampau dalam bentuk buku dikumpulkan dalam suatu ruangan yang di kenal denagn nama perpustakaan. Pengumpulan buku-buku di perpustakaan dari awal hingga simpulan juga mengalami perkembangan dan mendapat kesulitan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa peradaban pada masa dahulunya.
Tiap-tiap ilmu pengetahuan dari masa dahulu hingga kini di tulis dalam bentuk buku. Tidak hanya ilmu lain yang perlu ditulis tapi ilmu perpustakan terutama kasus sejarah perlu juga di rangkum dalam bentuk makalah maupun buku, semoga kebudayaan perkembangan perpustakaan pada masa dahulunya di ketahui oleh masyarakat dan generasi muda ketika kini dan masa yang akan datang.
Begitu pentingnya kiprah sejarah dalam perkembangan ilmu pengetahui dan teknologi. Maka tiap pelajar ataupun orang yang berkecimpung dalam pendidikan sewajarnya mengetahui sejarah dari tiap ilmu. Terutama kasus perpustakaan, tiap orang sudah pernah berkecimpung dalam pendidikan tentu tidak pernah lepas dari yang namanya pustaka. Seharusnya orang yang telah berkecimpung dalam dunia pendidikan hendaknya mengetahui sejarah dari perpustakaan itu sendiri. Bagaimanakah perkembangan perpustakaan itu? hingga ketika hingga ketika ini orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan bisa memanfaatkan perpustakaan dengan sebaiknya.
1.2 . Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mencoba mengangkat kasus “Sejarah Perkembangan perpustakaan”. Mulai dari perpustakaan zaman kuno, perpustakaan pada Abad pertengahan, zaman Renaissance, dan perkembangan perpustakaan di beberapa Negara di Asia menyerupai Indonesia, Jepang, India, Pakistan dan Srilangka.
1.3 Tujuan
Karena begitu pentingnya sejarah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui Sejarah Perkembangan perpustakaan”. Mulai dari perpustakaan zaman kuno, perpustakaan pada Abad pertengahan, zaman Renaissance, dan perkembangan perpustakaan di beberapa Negara di Asia menyerupai Indonesia, Jepang, India, Pakistan dan Srilangka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Perpustakaan dari Orde Lama Sampai Sekarang
2.2.1 Perpustakaan Zaman Kuno atau Orde Lama
Sebenarnya perpustakaan bukan sesuatu hal yang baru, tetapi perpustakaan telah timbul sejalan dengan sejarah perkembangan sejarah insan di atas dunia ini semenjak beribu tahun yang lalu.
1. Asyria, Babylonia, Mesopotamia
Dari hasil penyelidikan yang didapat diketahui bahwa semenjak berabad-abad pepustakaan sudah dipandang sebagai faktor sosial yang penting. Kita kenal bahwa setiap peradaban insan di dunia ini memiliki suatu tradisi atau adat kebiasan untuk mengumpulkan buku-buku atau bacaan lainnya.
Perpustakaan tertua yang memiliki peninggalan sejarah yang penting didirikan dalam kala ke 7 SM. Oleh seorang raja Asyria yang berjulukan Asurbanipal (668-633) di kota Niniveh. Bahan-bahan bacaan yang di pergunakan ialah tablet-tablet tanah liat, yang berisi atau memuat cap, pokok duduk kasus dan terdapat pula penunjukan-penunjukan kepada sumber-sumber dan di mana pustaka itu bisa di temukan dalam perpustakaan.
2. Mesir, Alexandria
Di Mesir perpustakaan telah usang di kenal orang. Suatu bukti adanya sebuah perpustakaan mesir milik Raja Ramses. Perpustakaan kuno yang sangat termansyur di mesir ialah perpustakaan yang didirikan di Alexandria oleh raja Ptolemey (ptolemaeus) Soter (322-285 SM) raja pertama dinasti Diadoch. Perpustakaan ini menjadi sangat besar di bawah para penggantinya Ptolemey Philadelphus (285-247SM) dan Ptolemey Eurgetes ( 247-221 SM).
Perpustakaan tersebut dibangun Ptolemey dengan maksud mengumpulkan dan memelihara selengkapnya semua karya kesusastraan Yunani. Perntingnya perpustakaan di mesir pad waktu itu ditandai dengan diketahuinya beberapa orang yang bekerja di sana seperti: Zenodotus, Erastothenes, Aristophanes, Aristarchus, Callimachus dan Apollonius sekitar kala tiga dan dua SM. Koleksi yangnya kira-kira 490000 gulungan pada masa Callimachus dan kira-kira 700000 gulungan pada masa Caesar..
3. Pergamun
Setelah perpustakan di Alexsandria, muncullah perpustakaan di Pergamun yang didirikan oleh dinasti Attalid. Pada masa pemerintahan dinasti Attalid kota Pergamun sangat termansur di kota kecil dan di seluruh dunia usang alasannya hasil seni dan kebudayaannya. Akhirnya ditemukan materi yang mutunya lebih baik dari papyrus ialah parchemen atau parkemen yang dibentuk dari kulit binatang.
4. Yunani (Pra-Hellinisme)
Di Yuanani masa penyair keliling (penipu lara) menuturkan kisahnya dari kota kekota kepada raja-raja yang berkuasa, kesusastraan yang tertulis belum ada. Bahkan pada masa perang Persia bukti adanya perpustakaan tidak terdapat. Aulus Gellias mencatat pada kala ke 3 SM. Bahwa Pisasratus tyran dari pertama dan menyatakan bahwa perpustakan tersebut dipindahkan ke Persia oleh Xerxes I (485-465) dan kemudian dikembalikan ke Athena oleh Seleucus I raja dari kekaisaran Seleucid (306-280).
5. Roma
Perpustakan yang ada di Roma pada waktu itu ialah perpustakan perorangan yamg sebagian besar terdiri dari hasil rampasan perang dan bisanya mereka ialah panglima-panglima perang. Yulias Caesar ialah orang pertama-tama menganjurkan didirikannya perpustakaan umum di Roma.
2.1.2 Era Sebelum Penjajahan
Pada zaman sebelum perang (1942) Indonesia mengenal perpustakaan sewa, disebut huurbibliothek. Pada awalnya openbare leeszalen dengan huurbibliotheek sering “bersaing” dalam memenuhi kebutuhan bacaan pemakainya, kemudian secara alamiah terjadi penjurusan yang berbeda. Bila openbare leeszalen lebih banyak menyediakan bacaan ilmiah dan ilmiah populer, maka huurbibliotheek cenderung menyediakan bacaan berupa roman dalam bahasa Belanda, Inggris dan Prancis serta buku untuk remaja.
Huurbibliotheek terdapat di Batavia, Soerabaia, Malang, Jogjakarta, Madioen dan Solo, dikelola oleh penerbit forma G. Kolff & Co. Toko buku Visser mendirikan huurbibliotheek di Bandoeng. Huurbibliotheek lainnya ialah Viribus Unitis di Batavia, C.G. van Wijhe di Soerabaia serta Leesbibliotheek Favoriet di Batavia. Lazimnya ketiga perpustakaan sewa yang disebut terakhir ini menyediakan materi bacaan yang dibeli dari pedagang buku loakan serta aneka macam roman kuno yang dibeli dari tangan kedua sehingga peranan mereka dalam persewaan buku tidaklah maknawi Masih ada perpustakaan lain, yaitu yang didirikan oleh kraton, contohnya perpustakaan Radyo Poestoko di Yogyakarta dan perpustakaan serupa di lingkungan Mangkunegaraan, Surakarta. Di pulau Penyengat sekitar simpulan kala 18 diketahui adanya sebuah perpustakaan umum yang didirikan oleh penguasa setempat.
2.2.3 Era Pemerintahan Hindia- Belanda
Perpustakaan pertama di Indonesia yang tercatat ialah sebuah perpustakaan gereja di Batavia yang bersama-sama telah dirintis semenjak tahun 1624 namun jawaban aneka macam hambatan gres diresmikan pada 27 April 1643, bersamaan dengan pengangkatan pendeta Ds (Dominus) Abraham Fierenius sebagai kepalanya. Pada masa itu layanan peminjaman buku yang diselenggarakan perpustakaan gereja Batavia tersebut tidak hanya dibuka untuk perawat rumah sakit Batavia, namun juga untuk pemakai yang berada di semarang dan Juana. Perpustakaan di Indonesia yang tercatat keberadaannya sehabis itu ialah perpustakaan milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Perpustakaan ini didirikan pada 24 April 1778, semasa Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berdiri atas prakarsa Mr J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie. Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia dengan judul Bibliotecae Artiumcientiarumquae Batavia Floret Catalogue Systematicus, hasil suntingan P.Bleeker. Edisi kedua terbit tahun 1848 dengan judul dalam bahasa Belanda.
Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen merupakan perpustakaan khusus alasannya koleksinya bersifat khusus serta pemakainya terbatas pada peneliti. Ketika pemerintah Belanda meluncurkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur stelsel) muncullah perkebunan dan balai penelitian bidang pertanian. Sistem Tanam Paksa secara tidak pribadi mendorong pendirian perpustakaan penelitian bidang pertanian serta tumbuhnya majalah pertanian di Indonesia. Salah satu perpustakaan pertanian yang paling renta serta masih sintas hingga ketika ini ialah Bibliotheek’s Lands Plantentuin te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1842. Pada tahun 1911 namanya diubah menjadi Centra Natuurwetenschappelijke Bibliotheek van het Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel. Nama tersebut kemudian diubah lagi menjadi Biblioteca Bogoriensis. Perpustakaan pada volkschool disebut Volksbibliotheek dengan koleksi dipasok oleh Volkslectuur (kelak menjelma Balai Pustaka).
2.2.4 Era Pemerintahan Jepang
Pada zaman pendudukan Jepang tidak ada acara kepustakawanan, alasannya Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan mesin perang. Pada awal kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa Belanda, Inggris dan bahasa Eropa lainnya. Semua perguruan ditutup. Baru ketika Jepang mulai terdesak beberapa perguruan dibuka kembali, untuk keperluan Jepang. Akhirnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan di Jakarta dan Rijksmuseum di Amsterdam semenjak tahun 1995 telah memulai adanya kerjasama dalam pelestarian warisan budaya bangsa. Pada tahap pertama dikhususkan pada gambar-gambar yang dibentuk oleh Johannes Rach (1720-1783). Koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI sebanyak 202 buah gambar merupakan jumlah terbesar dari seluruh gambar Rach yang merekam insiden penting di Indonesia dan beberapa negara di Asia.
2.2.5 Era Pemerintahan Republik Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, di tengah konsentrasi untuk mempertahankan kemerdekaan dari invasi pasukan Inggris dan Belanda, serta kesibukan menghadapi pemberontakan di beberapa daerah, pada tahun 1948 pemerintah mendirikan Perpustakaan Negara Republik Indonesia di Yogyakarta. Ketika kondisi negara mulai mapan, pada kurun waktu tahun 1950-1960 pemerintah Republik Indonesia mulai menyebarkan perpustakaan melalui pendirian Taman Pustaka Rakyat /TPR (Sumiati dan Arief, 2004). Ada tiga tipe Taman Pustaka Rakyat :
1. Tipe A untuk pedesaan, dengan komposisi koleksi 40 % bacaan setingkat SD dan 60 % setingkat SMP
2. Tipe B untuk kabupaten, dengan komposisi koleksi 40 % bacaan setingkat Sekolah Menengah Pertama dan 60 % bacaan setingkat SMA
3. Tipe C untuk provinsi, dengan komposisi koleksi 40 % bacaan setingkat Sekolah Menengan Atas dan 60 % bacaan setingkat Perguruan Tinggi.
Pada tahun 1956, menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 29103, Pepustakaan Negara didirikan di beberapa wilayah di Indonesia. Pendirian perpustakaan tersebut dimaksudkan antara lain untuk membantu perkembangan perpustakaan dan menyelenggarakan kerjasama antar perpustakaan yang ada. Perhatian Pemerintah terhadap pengembangan perpustakaan terus meningkat, dan pada tahun 1969 dialokasikan dana untuk mendirikan Perpustakaan Negara di 26 Provinsi. Lembaga tersebut difungsikan sebagai Perpustakaan Wilayah, di bawah binaan Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Seiring dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 67 Tahun 2000, Perpustakaan Nasional Provinsi menjadi perangkat daerah, dengan sebutan Perpustakaan Umum Daerah. Mulai ketika itu penyelenggaraan perpustakaan diserahkan kepada kebijakan Pemda masing-masing. Kemudian dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 perihal Perpustakaan, diperlukan perkembangan perpustakaan di Indonesia menjadi semakin meningkat, alasannya adanya payung aturan yang kokoh.
2.3 Sejarah Perkembangan Perpustakaan Pada Saat Sekarang
Pada perkembangannya, perpustakaan tidak selalu menjadi tempat yang membosankan. Saat ini, perpustakaan tidak hanya menjadi sarana edukatif saja, akan tetapi juga menjadi sarana rekreatif. Walaupun menjadi sarana rekreatif tetap tidak mengurangi fungsi utama dari perpustakaan tersebut. Perpustakaan zaman kini sudah bisa menciptakaan dan share informasi, inilah perbedaanya dengan perpustakaan zaman orde usang yang hanya menyediakan info untuk para pengguna perpustakaan. Tidak hanya itu, dengan semakin majunya teknologi informasi, perpustakaan pun menyesuaikan dengan pengaplikasian TV dan video, merupakan hal yang sudah biasa, alasannya media tersebut juga menjadi sarana temu informasi. Akan tetapi, pada zaman orde usang sarana tersebut dihentikan diaplikasikan alasannya akan mengganggu pengakses perpustakaan. Dari tahun ke tahun, perpustakaan semakin berkembang ke arah yang lebih baik dan menjadi tempat yang nyaman bagi para penggunanya.
Saat ini, perpustakaan tidak hanya dijadikan sebagai tempat penyimpanan buku, tetapi juga sebagai pusat info oleh para disiplin ilmu. Di perpustakaan para disiplin ilmu bisa mengakses sumber-sumber info dari buku terbitan jaman dulu hingga jaman sekarang. Saat ini, buku-buku terbitan usang tidak hanya disimpan dalam bentuk cetaknya saja, tetapi para pustakawan juga telah menciptakan versi digitalnya juga.
Pada intinya, perkembangan perpustakaan sangatlah pesat, banyak sekali perbedaan perpustakaan zaman dulu dan zaman sekarang. Kesan ‘angker’ yang dulu sangatlah menempel pada perpustakaan lambat laun mulai luntur. Justru ketika ini perpustakaan menjadi tempat yang menghibur dan menyenangkan. Perkembangangan perpustakaan yang begitu cepat tetapi juga tidak melupakan fungsi utama dari perpustakaan tersebut, yaitu perpustakaan sebagai tempat tumpuan informasi. Yang perlu diingat, tanpa adanya perpustakaan jaman dulu, perpustakaan jaman kini juga tidak akan menjadi perpustakaan menyerupai ketika ini. Sekarang, perpustakaan-perpustakaan modern yang kita ketahui sudah sanggup di pakai untuk masyarakat umum juga. Kita sanggup membaca, mengerjakan tugas, mencari info di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang menyediakan wifi serta komputer untuk memfasilitasi kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan perpustakaan mulai dari zaman kuno, pada zaman Mesir penulisan dilakukan di dalam kulit Kulit kayu yang di sebut papyrus, kesudahannya papyrus tidak di pakai lagi dialihkan mengunakan kulit binatang yaitu pada zaman Pergamun. Dapatnya masyarakat menikmati buku-buku di perpustakaan ketika kini ini berkat kiprah peradaban zaman dahulu yang telah mencoba memikirkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan insan selanjutnya. Perpustakaan zaman orde usang masih berkutat pada bagaimana memberi info pada pengguna, hal ini menciptakan pengguna tidak bisa berdikari dalam mengakses informasi.
Dengan stigma bahwa perpustakaan merupakan tempat yang sunyi, sepi, membosankan disertai dengan penjaga perpustakaan yang tidak ramah menciptakan perpustakaan zaman dahulu menjadi tempat yang enggan untuk dikunjungi. Tidak hanya itu, koleksi yang disediakan pun terbatas dan tidak semua koleksi bisa diakses oleh pengguna. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya zaman ke arah globalisasi perpustakaan pun turut berubah mengikuti zaman. perpustakaan-perpustakaan modern yang kita ketahui sudah sanggup di pakai untuk masyarakat umum juga. Kita sanggup membaca, mengerjakan tugas, mencari info di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang menyediakan wifi serta komputer untuk memfasilitasi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Suharyanti. Pengantar Dasar Ilmu Perpustakaan. 2008. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Pencetakan (UNS Press) Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.
Basuky, Subastyo. Pengantar Perpustakaan
Sulistyo-Basuki (1978). Uraian Singkat perihal Sejarah Perpustakaan di Indonesia. Majalah Ikatan Pustakawan Indonesia, vol. 5, no. 1-2.
Sulistyo-Basuki (1994). Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tjoen, Mohamad Joesoef dan S. Pardede (1966). Perpustakaan di Indonesia dari dari Zaman ke zaman. Jakarta: Kantor Bibliografi Nasional, Departemen P.D. dan K.
(Ditulis oleh: Abdul Rahman Saleh sebagai donasi untuk Naskah Akademik Rancangan Undang-undang Perpustakaan).
0 Response to "Perkembangan Sejarah Perpustakaan Periode Orde Usang Hingga Sekarang"