Analisis Imbas Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Rentabilitas Pada Pt Semen ….. (Ke-59)



Dalam menghadapi krisis finansial yang terjadi kini ini, sebuah perusahaan ataupun forum perjuangan baik milik pemerintah maupun swasta dituntut untuk lebih memaksimalkan kinerjanya dalam banyak sekali hal terutama dalam hal memperoleh keuntungan lantaran pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau keuntungan yang semaksimal mungkin demi menjamin kelangsungan hidup perusahaan tersebut semoga tetap bertahan hingga masa yang akan  datang. Untuk mencapai tujuan tersebut, sangat dibutuhkan adanya kerjasama yang baik antara manajer bersama para karyawannya dalam memanfaatkan dan mengelola sumber-sumber dana yang ada dalam lingkungan perusahaan tersebut secara efisien dan efektif.

Besarnya jumlah keuntungan yang dicapai oleh suatu perusahaan bukanlah merupakan suatu jaminan atau ukuran bahwa suatu perusahaan tersebut telah memanfaatkan sumber dana yang ada secara efektif, melainkan masih ada faktor lain yang ikut mempengaruhi. Faktor lain tersebut yaitu perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan jumlah seluiruh modal yang dipakai untuk meghasilkan keuntungan tersebut yang dinamakan dengan  rentabilitas. Dengan demikian, yang harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu tidak hanya bagaimana perjuangan untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting yaitu perjuangan untuk mempertinggi rentabilitasnya. Oleh alasannya yaitu itu, perusahaan lebih berusaha untuk mendapat titik rentabilitas maksimal daripada keuntungan maksimal
Dalam menjalankan perusahaan, manajer perusahaan tidak akan terlepas dari permodalan perusahaan yaitu pemenuhan modal kerja maupun investasi. Apabila perusahaan telah mencapai posisi tertentu sanggup melaksanakan perluasan atau perluasan usaha. Dalam melaksanakan ekspansi, suatu perusahaan tidak akan terlepas dari kebutuhan akan modal. Pemenuhan kebutuhan modal tersebut sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara, antara lain dengan modal sendiri yang terdiri dari saldo laba, modal dari pemegang saham dan dari sumber lainnya yaitu modal proteksi atau sanggup pula diperoleh dengan mengkombinasikan keduanya.
Modal kerja merupakan duduk kasus pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, lantaran hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan potongan yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, contohnya : untuk memperlihatkan persekot pembelian materi mentah, membiayai upah honor pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan sanggup kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh lantaran itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai keuntungan yang optimal.

Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, lantaran mencakup pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak sanggup memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak bisa memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk sanggup menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jikalau perusahaan tetapkan modal kerja yang berlebih akan mengakibatkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada duduk kasus adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan rentabilitas (Van Horne,1997: 217). Jika perusahaan tetapkan memutuskan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang besar akan menurun yang pada risikonya berdampak pada menurunnya rentabilitas. Sebaliknya jikalau perusahaan ingin memaksimalkan tingkat rentabilitas, kemungkinan sanggup menghipnotis tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin sepakat posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh lantaran terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan sanggup membayar kewajibannya sempurna pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan lantaran berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang bekerjsama sanggup dipakai untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,1995 : 157). Keseimbangan antara likuiditas dan rentabilitas senantiasa harus diperhatikan. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo, sedangkan rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Jadi, jikalau perusahaan terlalu likuid, artinya banyak modal yang tersimpan dalam bentuk kas, hal ini menimbulkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila kas tersebut ditanamkan. Namun sebaliknya perusahaan juga dihentikan menanamkan seluruh uang yang dimiliki dalam usaha, sehingga saat dibutuhkan dana cair mengalami kesulitan.
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi lantaran adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya overinvestment dalam kas dan berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas pada risikonya perusahan tersebut akan masuk dalam keadaan “illikuid“ apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Penilaian kinerja keuangan umumnya memakai analisa rentabilitas. Rentabilitas suatu perusahaan merupakan perbandingan  Rentabilitas sanggup dicapai jikalau tingkat efisiensi dalam perusahaan sanggup diwujudkan yaitu dengan memakai sumber modal yang ada secara optimal begitupun dengan tingkat likuiditas yang dicapai perusahaan. Tingkat rentabilitas sangat penting bagi PT Semen Bosowa Maros lantaran rentabilitas sanggup mencerminkan kemampuan modal suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.  Semakin tinggi tingkat rentabilitas suatu perusahaan berarti semakin tinggi pula tingkat efisiensi penggunaan modalnya.
PT Semen Bosowa Maros sebagai perusahaan yang bergerak di bidang  pembuatan dan produksi semen membutuhkan metode pendanaan dan pengelolaan dana keuangan yang efektif. Pengelolaan dana yang dimaksud yaitu pengelolaan yang wajib mempertimbangkan tingkat keamanan, tingkat hasil, dan tingkat rentabilitas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Analisis modal kerja dan likuiditas terhadap rentabilitas pada PT Semen Bosowa Maros bertujuan untuk mengetahui bagaimana perusahaan tersebut memakai modal yang ada serta tingkat likuiditas yang dicapai  sehingga besar lengan berkuasa terhadap keuntungan yang diperoleh . Untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya perencanaan yang sistematis dalam penggunaan modal
Berikut yaitu citra wacana modal kerja, likuiditas  dan rentabilitas pada PT Semen Bosowa Maros Periode 2005 – 2009.
Tabel 1.1
PT Semen Bosowa Maros
Modal Kerja, Likuiditas dan Rentabilitas
Periode 2005-2009
( dalam rupiah )

Tahun
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Modal Kerja (Aktiva Lncar-Hutang Lancar)
Current Ratio
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
ROA
2005
     196,602,891,521
   174,222,345,734
        22,380,545,787
112.85%
  (76,266,768,279)
   1,246,911,401,975
-6.12%
2006
     205,716,729,051
   224,922,193,615
      (19,205,464,564)
91.46%
  (51,433,374,777)
   1,212,216,644,721
-4.24%
2007
     340,931,935,006
   371,622,472,516
      (30,690,537,510)
91.74%
  (58,595,299,124)
   1,253,197,873,979
-4.68%
2008
     276,767,886,115
   160,355,559,940
      116,412,326,175
172.60%
  (61,992,545,901)
   1,126,505,022,480
-5.50%
2009
     303,306,729,866
   211,751,326,640
        91,555,403,226
143.24%
    (3,778,336,985)
   1,111,940,982,587
-0.34%
Sumber: Laporan Keuangan PT Semen Bosowa Maros

Dari tabel 1.1 di atas sanggup dilihat bahwa hasil perhitungan modal kerja selama 5 tahun mengalami fluktuasi. Dapat dilihat pada tahun 2005 modal kerja sebesar Rp 22,380,545,787 dan mengalami penurunan dan terjadi kerugian modal kerja pada tahun 2006 yaitu senilai Rp 19,205,464,564. Begitupun pada tahun 2007 masih mengalami kerugian modal kerja yaitu sebesar Rp 30,690,537,510. Namun sanggup dilihat pada tahun 2008 perusahaan telah bisa menutupi kekurangan / kerugian  modal kerjanya sehingga nilainya menjadi Rp 116,412,326,175 dan pada tahun 2009 menurun menjadi Rp 91,555,403,226.
Tingkat likuiditas perusahaan sanggup dilihat pada perhitungan current ratio dari tahun 2005 hingga tahun 2009 current ratio tetinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu senilai 172.60 %  artinya perusahaan mampun menutupi hutang jangka pendeknya pada tahun ini  dan terendah pada tahun 2006 yaitu senilai 91.46%  yang berarti perusahaan dalam keadaan belum bisa menutupi segala kewajiban jangka pendeknya d atas aktiva lancar.
Sedangkan perubahan rentabilitas yang dinyatakan dalam Return On Assets ( ROA) sanggup dilihat pada tabel di atas bahwa perubahan rentabilitas juga  berfluktuasi. Namun, selama 5 tahun nilai rentabilitas yang dicapai memperlihatkan adanya kerugian yang disebabkan lantaran selama 5 tahun ini perusahaan mengalami kerugian dalam memperoleh laba.
Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, sanggup dilihat bahwa pada bebrapa periode jumlah modal kerja dan rentabilitas berbanding terbalik, apabila jumlah modal kerja tinggi, tingkat rentabilitas menurun dan apabila jumlah modal kerja menurun, rentabilitas meningkat. Begitupun dengan tingkat likuiditas yang tidak sejalan dengan perkembangan rentabilitas. Kenyataan tersebut menyimpang dari teori yang ada, dimana secara teori apabila perusahaan mempunyai tingkat modal kerja yang tinggi maka tingkat rentabilitasnya juga tinggi.. Begitupun hubungannya dengan tingkat likuiditas yang diperoleh perusahaan yang mempunyai imbas terhadap tingkat rentabilitas.
 Oleh lantaran itu, perlu penelitian untuk mengetahui imbas penggunaan modal kerja di dalam memperoleh keuntungan serta tingkat likuiditasyang diperoleh ditinjau dari tingkat rentabilitas yang dicapai perusahaan.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, sehinnga penulis mengajukan judul skripsi:
“Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Rentabilitas Pada PT Semen Bosowa Maros”.

0 Response to "Analisis Imbas Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Rentabilitas Pada Pt Semen ….. (Ke-59)"