Makalah Administrasi Konflik Siap Print


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Sepanjang kehidupan insan senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik baik itu secara individu maupun organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak sanggup dihindarkan. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi, setiap anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik entah itu konflik antar individu, konflik antar kelompok atau yang lain. Di dalam organisasai perubahan atau penemuan gres sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif). Dalam paradigma usang banyak orang percaya bahwa konflik akan menghambat organisasi berkembang. Namun dalam paradigma gres ada pandangan yang berbeda. Konflik memang sanggup menghambat, kalau tidak dikelola dengan baik, namun kalau dikelola dengan baik konflik sanggup menjadi pemicu berkembangnya organisasi menjadi lebih produktif.

B.     Rumusan masalah

1.      Apa definnisi dari konflik?
2.      Apa saja jenis-jenis konflik?
3.      Bagaimana level-level konflik?
4.      Apa saja penyebab konflik?
5.      Bagaimana aspek positif dan negatif konflik?
6.      Bagaimana cara manajemen konflik?

C.    Tujuan dan Manfaat
1.      Mengetahui definisi dari konflik
2.      Mengetahui apa saja jenis-jenis konflik
3.      Memahami macam-macam level konflik
4.      Mengetahui penyebab konflik
5.      Memahami bagaimana aspek positif dan negatif konflik
6.      Memahami cara manajemen konflik


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Konflik

      Menurut Nardjana (1994) Konflik yakni akhir situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
      Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut sanggup mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mensugesti efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4).
      Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
      Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri,Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya yakni menyangkut cirri fisik, kepandaian, pengetahuan, sopan santun istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang masuk akal dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
      Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak tepat sanggup membuat konflik.

B.       Jenis – Jenis Konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :

1.      Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan- peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).
2.      Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar geng).
3.      Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4.      Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).
5.      Konflik antar atau tidak antar agama.
6.      Konflik antar politik.
7.      konflik individu dengan kelompok.


Jenis jenis konflik dibedakan dalam beberapa perspektif. antara lain :

1.      Konflik intraindividu. Konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri lantaran adanya tekanan tugas dan ekpektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.
2.      Konflik antarindividu. Konflik yang terjadi antarindividu yang berada dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang berbeda.
3.      Konflik antarkelompok. Konflik yang bersifat kolektif antara satu kelompok dengan kelompok lain.
4.      Konflik organisasi. Konflik yang terjadi antara unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional. Contoh : konflik antara serpihan pemasaran dengan bagian produksi.


      Jenis Jenis konflik ditinjau dari jenisnya, yaitu : Konflik Konstruktif dan komflik Destruktif.
1.      Pengertian Konflik konstruktif yakni konflik yang mempunyai nilai positif bagi pengembangan organisasi.

2.      Pengertian Konflik Destruktif ialah konflik yang berdampak negatif bagi pengembangan organisasi.
Jenis Jenis Konflik dari segi instansionalnya, yaitu :

1.        Konflik kebutuhan individu dengan tugas yang dimainkan dala m organisasinya. Tidak jarang kebutuhan dan keinginan karyawan bertenta ngan atau tidak sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi. Hal ini dapat memunculkan konflik.
2.        Konflik peranan dengan peranan. Setiap karyawan dari organisasi mempunyai tugas yang berbeda-beda dan ada kalanya perbedaan tugas tiap individu tersebut memunculkan konflik lantaran setiap individu berusaha untuk memainkan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.
3.        Konflik individu dengan individu lainnya. Konflik ini seringkali muncul apabila seorang individu berinteraksi dengan individu lain, disebabkan oleh latarbelakang, pola tindak, pola pikir, kepribadian, persepsi, minat dan sejumlah karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Jenis Jenis Konflik ditinjau dari segi materi atau problem yang menjadi sumber konflik, yaitu :
1.      Konflik tujuan. Adanya perbedaan tujuan antarindividu, kelompok maupun organisasi sanggup memunculkan konflik.
2.      Konflik peranan. Setiap insan mempunyai tugas lebih dari satu. Peran yang dimainkan dengan jumlah yang banyak tersebut, seringkali memunculkan konflik.
3.      Konflik nilai. Nilai yang dianut seseorang seringkali tidak sejalan dengan sistem nilai yang diatur oleh organisasi atau kelompok. Hal ini sanggup berpotensi untuk memunculkan konflik.
4.      Konflik kebijakan. Konflik ini muncul karena seorang individu atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi.





C.      Macam-macam level konflik

            Menurut Prof. Dr. J. Winardi, SE. konflik terbagi menjadi empat tingkatan sebagai berikut:

1.         Konflik intra perorangan
   Konflik intra perorangan ini muncul dalam diri seorang individu dengan pemikirannya sendiri. Makara ia mengalami semacam tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri secara emosional. Konflik ini sanggup disebabkan lantaran adanya konflik pendekatan-pendekatan, maksudnya si individu ini harus menentukan salah satu dari dua hal yang sama menariknya bagi dia. Konflik intra perorangan juga sanggup disebabkan lantaran seseorang harus menentukan dua pilihan yang sama sekali tidak disukainya. Konflik intra perorangan sanggup berbentuk pendekatan-menghindari. Makara konflik ini terjadi pada situasi dikala seseorang harus mengambil suatu keputusan yang sangat menyenangkan tetapi ada peningkatan resiko yang tidak disukai.
2.         Konflik Antar Perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan sikap setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap. Misalnya seorang manajer pemasaran merasa tidak bahagia dengan hasil kerja manajer produksi. Akan tetapi perasaan ini tidak selalu dilakukan secara terbuka. tapi sanggup juga secara diam-diam. Apabila ini berlangsung lebih lama, sanggup mengakibatkan ketidak selarasan dalam pengambilan keputusan.
3.         Konflik Antar Kelompok
Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi yakni konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami kontradiksi dengan unit-unit dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang harus sanggup menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan kontradiksi ini apabila dipertahankan maka akan menjadi koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
4.         Konflik Antar Keorganisasian
Konflik juga sanggup terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini sanggup terjadi lantaran adanya ketidak cocokan suaut tubuh terhadap kinerja suatu organisasi.
Sebagai pola tubuh serikat pekerja di cocok dengan perlakuan suatu perusahaan terhadap pekerja yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari ketidak sesuaian antara para manajer sebagai individu yang mewakili organisasi secara total.
Pada situasi konflik menyerupai ini para manajer tingkat menengah kebawah sanggup berperan sebagai penghubung-penghubung dengan pihak luar yang berafiliasi dengan bidangnya. Apabila konflik ini sanggup diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.

D.      Penyebab konflik

1.   Perbedaan individu, yang mencakup perbedaan pendirian dan perasaan.

       Setiap insan yakni individu yang unik. Artinya, setiap orang mempunyai pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang konkret ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, lantaran dalam menjalani korelasi sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu lantaran berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2.   Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola fatwa dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada karenanya akan menghasilkan perbedaan individu yang sanggup memicu konflik.
3.   Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

       Manusia mempunyai perasaan, pendirian maupun latar belakang kebuda yaan yang berbeda. Oleh lantaran itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang sanggup melaksanakan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda -beda. Sebagai contoh, contohnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi serpihan dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan dihentikan ditebang. Para petani menbang pohon-pohon lantaran dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon- pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapat uang dan membuka pekerjaan.
       Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan yakni serpihan dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini terang terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akhir perbedaan kepentingan ini sanggup pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosia l, dan budaya. Begitu pula sanggup terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, contohnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah


yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume perjuangan mereka.
4.   Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

       Perubahan yakni sesuatu yang lazim dan masuk akal terjadi, tetapi kalau perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut sanggup memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial lantaran nilai-nilai usang pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat menjelma nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu menyerupai nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang diubahsuaikan berdasarkan jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi korelasi struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan menjelma individualis dan nilai-nilai ihwal pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat menjelma pembagian waktu yang tegas menyerupai jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, kalau terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan lantaran dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
E.       Aspek positif dan negatif konflik

            a.  Dampak Positif Konflik

1.      Adanya yang memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum terang atau belum tuntas dipelajari.
2.      Adanya pembiasaan kembali norma dan nilai yang diserta dengan korelasi sosial dalam kelompok yang bersangkutan.
3.      Jalan untuk mengurangi ketegangan antarindividu dan antarkelompok
4.      Untuk mengurangi atau menekan adanya kontradiksi yang terjadi dalam masyarakat
5.      Membantu menghidupkan kembali norma usang dan membuat norma baru


           b.  Dampak Negatif Konflik

1.      Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2.      Keretakan hubungan antar anggota kelompok, seperti akibat konflik antarsuku.
3.      Menimbulkan perubahan kebribadian pada individu, menyerupai adanya rasa benci dan saling curiga akibat perang.
4.      Adanya kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
5.      Terdapat domoniasi, juga penaklukan, yang terjadi pada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

F.            Cara Manajemen Konflik

Konflik sanggup dicegah atau dikelola dengan:

                 a.  Disiplin

       Mempertahankan disiplin sanggup dipakai untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari pertolongan untuk memahaminya.
                b.  Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan

         Konflik sanggup dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat anabawang yang berprestasi sanggup dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi sanggup dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
            c.        Komunikasi

         Suatu Komunikasi yang baik akan membuat lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang sanggup dilakukan manajer untuk menghindari konflik yakni dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang karenanya sanggup dijadikan sebagai satu cara hidup.


           d.           Mendengarkan secara aktif

          Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah mempunyai pemahaman yang benar, mereka sanggup merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.


Teknik atau Keahlian untuk Mengelola Konflik :

1.    Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :

2.    Konflik itu sendiri

3.    Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya

4.    Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik

5.    Pentingnya gosip yang menimbulkan konflik

6.    Ketersediaan waktu dan tenaga.


BAB III
KESIMPULAN

Manajemen Konflik yakni suatu cara atau proses mengambil langkah- langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melaksanakan pendekatan, komunikasi dan penilaian untuk mendapat penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam Manajemen konflik ada 2 aspek yang sanggup muncul yaitu aspek positif dan aspek negatif. Konflik sanggup di sebabkna oleh beberapa hal yang menjadikan ke dua aspek (posif/negatif) tersebut sanggup terjadi.




Daftar Pustaka

 


http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=manajemen-konflik-definisi-ciri- sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik#Definisi_konflik

http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=manajemen-konflik-definisi-ciri- sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik#Jenis-jenis_konflik

http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=manajemen-konflik-definisi-ciri- sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik#penyebab_konflik

http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=manajemen-konflik-definisi-ciri- sumber

https://communicationista.wordpress.com/2010/02/07/manajemen-konflik-dalam- organisasi/

0 Response to "Makalah Administrasi Konflik Siap Print"