Penggunaan Media Visual Dalam Mengefektifkan Proses Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sdn Ii Demuk (Pai-35)



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Setiap individu dilahirkan dalam keadaan fitrah, mirip kertas putih yang belum pernah tercemar oleh apapun. Hal ini sesuai dengan pedoman John Lock bahwa perkembangan pribadi seseorang ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama pendidikan.
Dalam hadits disebutkan :
مَامِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ اِلًّاعَلَى اْلفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يَهَوٍّدَانِهِ اَوْيُنْصِّرَانِهِ اَوْيُمَجِّسَا نِهِ (رَوَاهُ مُسْلِمْ عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ)
Artinya :
“Anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanya yang sanggup menjadikannya Yahudi, Kristen ataupun Majusi” (HR. Muslim).[1]

Di sini orang bau tanah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadia bagi anak.  Jadi terbentuknya kepribadian insan itu tergantung bagaimana ia menjalani pendidikan, dimana ia menjalani proses pendidikan, dan media apa yang menunjang pendidikan individu tersebut. 
Pendidikan yaitu segala pengalaman mencar ilmu yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan yaitu segala situasi hidup yang mensugesti individu.[2] Oleh karenannya setiap perjuangan pendidikan selalu akan menjadi topipembicaraan masyarakat. Bagi orang yang mempunyai biaya lebih selalu berfikir dan bertanya apakah sekolah itu berkualitas? Atau bagaimanakah prestasi sekolah tersebut? Akan tetapi lain halnya bagi orang-orang yang tidak cukup biaya, adakala pertanyaannya adalah, berapakah biaya untuk menyekolahkan anaknya di sekolahan tersebut? Masalah kualitas atau prestasi no dilema alasannya beliau berfikir bahwa sanggup sekolah saja sudah untung dari pada tidak sekolah sama sekali.
Prestasi mencar ilmu seringkali dilihat dari kecakapan anak didik dalam mencapai angka yang lebih, sanggup naik tingkat selanjutnya, lulus dengan nilai yang anggun dan lain-lain. Kebahagiaan akan dirasakan oleh anak didik, orang tua, guru yang mengajar dan juga masyarakat yang menjadi daerah tinggalnya. Akan tetapi, bila kegagalan yang dialami oleh anak didik dalam pencapaian prestasi belajar, maka beliau akan mencicipi kesedihan, orang bau tanah marah, guru ikut murung dan masyarakat pun telah menunjukkan ‘stempel’ kurang berilmu pada anak didik tersebut alasannya ketidak berhasilannya dalam studi.

Prestasi mencar ilmu yang berupa kemampuan kognitif memang sangat perlu, akan tetapi kemampuan afektif dan psikomotorik juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan kemampuan intelektual sehabis berhasil mencapai prestasi belajarnya dengan gemilang.
Orang bau tanah manapun dan guru apapun sangat senang bila anak didiknya telah berhasil dalam menghadapi ujian dan telah berhasil dengan nilai yang camerlang. Kebahagiaan akan bercampur jadi satu manakala pengumuman yang ditunggu-tunggu itu menyatkan bahwa anak didik kita telah berhasil. Jika ujian yang dihadapi dengan segala macam persiapan itu ternyata risikonya kurang memuaskan atau bahkan sangat mengecewakan, serasa dunia ini sudah kiamat, pupus sudah segala harapan dan impian, aib yang teramat sangat besar akan ditanggung sepanjang masa dan merasa terkucilkan dari lingkungan pergaulan.
Ada berbagai hal-hal yang berkaitan dengan prestasi mencar ilmu siswa. Karena karakteristik siswa itu berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Sehingga semua anak tidak sanggup diukur dan diperlakukan sama. Karakteristik siswa yaitu keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada diri siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga memilih rujukan aktifitas dalam meraih cita-cita. [3]
Sebuah keharusan bagi guru untuk mengetahui lebih dalam lagi karakteristik setiap anak didiknya. Guru hendaknya sanggup memperlakukan akseptor didiknya dengan melihat karakteristik yang ada pada setiap anak didik. Ada tiga hal karakteristik anak didik, yaitu:
1.    Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan anak atau prereguisite skill, mirip kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotorik dan lain-lain.
2.  Karakteristik yang berafiliasi dengan larat belakang dan status sosial (sociocultural).
3.    Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian mirip sikap, minat dan lain-lain.[4]
 Kita memahami karakteristik anak didik, maka guru pun akan memperlakukan mereka sesuai dengan karakteristiknya. Namun, hal itu juga sulit, alasannya harus ada penilaian mencar ilmu yang akan diikuti oleh akseptor didik secara tolong-menolong dengan yang lain. Evaluasi dipakai untuk mendapat data pembuktian yang akan mengukur akseptor didik dalam mencapai tujuan kurikulum atau pengajaran.
Secara garis besar dalam proses mencar ilmu mengajar, penilaian mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
1.  Sebagai alat guna mengetahui apakah akseptor didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2.    Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan akseptor didik dalam melaksanakan acara belajar.
3.    Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam acara belajar.
4.    Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5.    Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan mencar ilmu siswa.
6.    Sebagai bahan utama laporan hasil mencar ilmu kepada para orang tua.[5]
Tetapi untuk mencapai itu semua, prestasi yang gemilang membutuhkan proses dan proses membutuhkan media sebagai karena untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Di dalam QS. Ar-Ra’d: 30 Alloh berfirman:


“Demikianlah, kami Telah mengutus kau pada suatu umat yang sungguh Telah berlalu beberapa umat sebelumnya, biar kau membacakan kepada mereka (Al-Quran) yang kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dia-lah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; Hanya kepada-Nya Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya Aku bertaubat”. (Qs. Ar-Ra’d:30)[6]

Ini menunjukan bahwasannya Alloh SWT juga membutuhkan media untuk memberikan firmannya kepada umatnya. Makara tugas media itu sangat besar sekali manfaatnya. Media pembelajaran menunjukkan efek yang tidak kecil bagi keberlengsungan proses mencar ilmu mengajar dalam rangka pencapaian prestasi belajar.
Ketersediaan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sanggup menunjukkan bantuan yang besar guna pencapaian hasil yang maksimal. Hanya saja, pertanyaannya, sudah mampukah SDM dalam hal ini guru untuk memanfaatkan beberapa media pembelajaran sebagai penunjang keberhasilan prestasi mencar ilmu anak didik dalam setiap proses mencar ilmu mengajar.
Kalau kita lihat kedepan, media pembelajaran yang sanggup dipakai ketika ini sudah banyak tersedia. Kita sanggup memanfaatkan media elektronik dan teknologi yang sudah modern pula. Dengan media-media tersebut mestinya sanggup menghasilkan suatu prestasi mencar ilmu yang bermutu tinggi. Inilah yang akan menjadi latar belakang peneliti dalam skripsi ini. Kemudian peneliti menggali lebih dalam lagi perihal media pembelajaran tersebut dengan mengajukan judul “Penggunaan Media Visual Dalam Mengefektifkan Proses  Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN II Demuk Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung”.

0 Response to "Penggunaan Media Visual Dalam Mengefektifkan Proses Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sdn Ii Demuk (Pai-35)"