Determinan Investasi Pada Sektor Perumahan Di Kota Makassar Kurun 2000 – 2010 (Ke-67)



            Kegiatan investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, yang mana kenaikan pada investasi akan meningkatkan seruan agregat dan pendapatan nasional (Sukirno, 2003).
Indonesia merupakan  negara sedang berkembang yang kini ini ulet melaksanakan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan meliputi di segala sektor. Pembangunan di segala sektor diharapkan sanggup mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh sehingga bisa berperan dalam perekonomian nasional.
Sejalan dengan arah pembangunan nasional, maka pembangunan di setiap propinsi maupun nasional mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tiap propinsi membutuhkan pembangunan dalam bentuk sarana dan prasarana fisik untuk menunjang laju pertumbuhan perekonomian. Adanya pertumbuhan penduduk yang pesat dan kebutuhan akan kemudahan tempat tinggal dengan banyak sekali kelas, gedung pabrik, perkantoran, jalan, jembatan, pelabuhan merupakan perwujudan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan industri, khususnya di kawasan perkotaan yang semakin pesat perlu didukung dengan sistem pembangunan permukiman yang baik. Perkembangan aktivitas di bidang perekonomian, industri dan sektor-sektor lainnya memerlukan sarana dan prasarana, khususnya di bidang permukiman, biar sanggup tumbuh selaras dalam suatu pengembangan wilayah yang terencana, lantaran pertumbuhan industri akan mempercepat pertumbuhan penduduk yang ingin mencari kerja. Pertumbuhan tersebut menjadikan kompleksitas permasalahan permukiman di kawasan perkotaan yang padat penduduk (Setyoriawan, 2007).

Untuk mengatasi permasalahan permukiman maka dibutuhkan suatu investasi yang sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat akan permukiman dan sarana prasarana. Investasi yang berafiliasi dengan kebutuhan tersebut yaitu investasi sektor perumahan. Seiring dengan terbukanya peluang bisnis perumahan, maka  secara otomatis akan memberi peluang bagi bisnis-bisnis pendukung menyerupai konsultan, pialang, agen-agen property dan industri yang menopang bisnis perumahan ini.
Perumahan tergolong dalam sektor konstruksi yang merupakan salah satu sektor potensial bagi pembangunan lantaran bisa mendatangkan penerimaan pemerintah. Sektor perumahan bisa menawarkan dampak berganda (multiplier effect) pada peningkatan kesejahteraan, baik secara eksklusif (melalui penciptaan lapangan pekerjaan) maupun tidak eksklusif (melalui kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto).
Investasi perumahan yang teratur sangat dibutuhkan untuk meningkatkan nilai investasi di sektor perumahan, akan tetapi hal tersebut sulit terpenuhi lantaran adanya jeda waktu antara investasi yang dilakukan dengan terwujudnya nilai tambah produk perumahan. Dalam melaksanakan investasi di sektor perumahan membutuhkan waktu yang usang untuk mendapat nilai tambah produk perumahan, maka para pengembang atau para pengusaha perumahan terlebih dahulu melaksanakan estimasi secara cermat biar para pengembang bisa mendapat nilai tambah produk dan laba yang lebih tinggi. Keuntungan yang tinggi akan mendorong para investor untuk melaksanakan investasi.
Investasi di sektor perumahan sangat menjanjikan lantaran pertumbuhan penduduk terus meningkat sedangkan jumlah tanah rigid, maka harga perumahan akan terus naik. Namun untuk mendapat nilai tambah dan laba yang tinggi investasi sektor perumahan juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana yang dibutuhkan dalam melaksanakan investasi sektor perumahan banyak, lantaran sektor ini merupakan sektor yang padat modal, sehingga para pengembang atau para pengusaha memerlukan pinjaman kredit bank untuk menjalankan usaha, dengan adanya kredit dari bank maka besar kecilnya bunga secara otomatis mensugesti harapan investor untuk melaksanakan investasi di bidang ini.
Suku bunga yang tinggi akan menghambat investasi perumahan lantaran para pengembang yang meminjam dana akan dikenakan biaya bunga yang tinggi sehingga para pengembang berpikir terlebih dahulu sebelum melaksanakan investasi, kalau laba sanggup menutup biaya bunga maka para pengembang bisa melaksanakan investasi tetapi apabila biaya bunga lebih tinggi dari laba maka para pengembang tidak melaksanakan investasi.
Selain kuat terhadap para pengembang tingkat suku bunga juga sanggup mensugesti konsumen, khususnya konsumen perumahan yang tidak mempunyai dana yang cukup dan mengharapkan pinjaman kredit dari bank untuk membeli rumah tersebut. Suku bunga kredit yang tinggi akan menjadikan para kreditur tidak bisa membayar pinjaman sehingga menjadikan kredit macet. Akibat yang disebabkan dengan adanya kredit macet maka banyak pengangguran para pekerja akhir perusahaan yang tidak bisa mengembalikan kredit kepada bank, selain itu banyak bank yang mengalami kerugian yang besar sehingga banyak bank yang dinyatakan pailit. Apabila banyak terdapat perkara menyerupai ini, secara umum akan memperburuk perekonomian (Dornbusch, 1989 : 97).
Apabila keadaan perekonomian memburuk maka inflasi akan semakin tinggi dan investasi properti akan terpengaruh. Di bidang properti ini perkembangan indikator moneter menyerupai inflasi, deflasi dan tingkat suku bunga akan mensugesti prospek pendanaan dan penerimaan investasi di bidang properti (Sri Mulyani, 1996 : 110 ).
Tingkat inflasi sanggup memperburuk tingkat investasi tetapi tingkat inflasi disatu pihak, memang menguntungkan bagi sektor perumahan. Diakui bahwa tanah dan bangunan merupakan sasaran yang menarik dalam keadaan inflasi untuk melindungi  diri dari penurunan nilai riil finansial. Namun demikian, inflasi yang tinggi menurunkan nilai riil pendapatan dan kekayaan masyarakat sehingga mengurangi daya belinya untuk membeli atau menyewa rumah.
Kota Makassar merupakan salah satu kota yang mempunyai jumlah penduduk paling banyak di Sulawesi Selatan, dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka kebutuhan akan perumahan dan permukiman juga semakin tinggi. Selain itu bisnis properti di Makassar dalam lima tahun terakhir terlihat berkembang cukup pesat. Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) mencatat pembangunan proyek properti, baik residensial, sentra perbelanjaan, maupun pertokoan, makin marak. PSPI mencatat pertumbuhan sektor properti Makassar berada di posisi ketiga di Indonesia sehabis Jakarta dan Surabaya. Hal ini terlihat, rata-rata dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan properti di Makassar mencapai 25% per tahun.
Apalagi dengan rampungnya pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar semakin memantapkan posisinya sebagai sentra pertumbuhan di kepingan timur Indonesia. Dengan populasi penduduk hanya satu juta jiwa, pertumbuhan sektor properti di Makassar memang fenomenal. Hal ini terlihat dari lonjakan harga tanah yang melambung tinggi. Bahkan, kini ada lokasi yang harga tanahnya sudah menyentuh angka Rp. 8 juta per meter persegi.
Properti yang akan berkembang di Kota Makassar yaitu perumahan, toko, kantor, dan perhotelan. Misalnya untuk perumahan, dukungan agenda kerja REI Sulawesi Selatan yang akan menyediakan rumah murah secara konsorsium sampai 5.000 unit diharapkan bisa tercapai di 2012. Sehingga geliat bisnis properti bisa semakin meningkat.
Pertumbuhan properti khususnya rumah di Makassar cukup besar. Itu bisa dilihat dari realisasi kredit kepemilikan rumah (KPR). Tahun 2010, total kredit yang disalurkan BRI KPR sebanyak Rp. 542 miliar. Pada Oktober 2011, realisasinya sudah sebanyak Rp.702 miliar. Rumah yang didanai jenisnya beragam. Mulai dari kelas bawah yakni Rp.100 juta ke bawah, sampai kelas menengah yakni Rp.100 juta sampai Rp.500 juta. Dari segi persentase, pembiayaan rumah kelas bawah sebesar 15% dari total pembiayaan tahun 2010 dan 2011. Sedangkan kelas menengah cukup besar yakni 75%, sisanya yaitu jenis mewah. Peningkatan KPR tak hanya terjadi di BRI saja. Di BCA, KPRnya meningkat 50% per Juni 2011. Pada semester I/2010, realisasi pencairan kredit gres hanya Rp.99 miliar. Sementara pada semester I/2011 meningkat menjadi Rp.150 miliar.
Sektor perumahan merupakan sektor yang paling padat modal dan memerlukan pendanaan yang cukup besar dalam jangka panjang. Mengetahui faktor-faktor yang kuat terhadap investasi sektor perumahan sangat penting sebelum melaksanakan investasi, lantaran sanggup dipakai oleh pemerintah maupun pengembang perumahan dalam menjaga kelangsungan pertumbuhan sektor tersebut dan menjaga stabilitas perekonomian.

0 Response to "Determinan Investasi Pada Sektor Perumahan Di Kota Makassar Kurun 2000 – 2010 (Ke-67)"