Jurnal Psikologi Perpustakaan Psikologi Berdasarkan Perspektif Barat & Islam





Abstrak
            Psikologi berasal dari perkataan Yunani ”Psyche” yang artinya jiwa, dan ”Logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari wacana jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakang nya.,adapun korelasi Psikologi dengan perpustakaan ialah wacana konsep kepribadian,dalam jurnal ini juga menjelaskan wacana Konsep- konsep insan yang dikemukakan berdasarkan teori Psikoanalisa, Behaviorisme,Humanistik., kognitif,Motivasi,Jiwa Perpustakaan. Dipandang dengan islam, maka psikologi islam tidak menolak dan juga tidak memebenarkan,tidak menolak  artinya konsep tersebut sanggup diterima dengan mendudukannya secara proposional dalam wilayah dan system komposisi struktur insan berdasarkan psikologi islami. Tidak memebenarkan artinya, kalau dimensi itu mirip dalam psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik, menjadi satu-satunya dimensi yang berperan dalam jiwa manusia, dan menafikan dimensi lainnya Jurnal ini ditulis berdasarkan kajian literatur dan hasil diskusi makalah Mata kuliah Psikologi perpustakaan yang dibimbing pribadi oleh dosen pengajar.
Kata kunci : Psikologi, perpustakaan,islam, Psikoanalisa, Behaviorisme,Humanistik., kognitif,Motivasi,Jiwa.
Abstrack : Psychology comes from the Greek word "Psyche", which means soul, and "Logos" which means science. Etymologically psychology means the study of the soul, both about the kinds of symptoms, the process and its background., While the relationship with the library Psychology is about the concept of personality, in this journal also describes human concepts put forward by the theory of Psychoanalysis, behaviorism, Humanistic., cognition, motivation, Soul Library. Is seen by Islam, then Islam does not reject psychology and also do not justify, do not reject the concept of acceptable means having him sit proportionately in the area of ​​human structures and system composition according to Islamic psychology. Does not justify the means, if that dimension as in psychoanalysis, behaviorism, and humanistic, being the only dimension that play a role in the human soul, and deny other dimensions.
This journal is written based on literature review and discussion papers library Psychology course tutored by lecturers.
Keywords: Psychology, library, Islam, Psychoanalysis, Behaviorism, Humanistic., Cognition, motivation, Soul.

 Pendahuluan
Pada zaman Yunani kuno, Plato dan Aristoteles dianggap sebagai penggerak besar dalam psikologi. Plato (427-347 SM) yang beranggapan jiwa insan terbagi atas dua bagian, yaitu jiwa rohaniah, dan jiwa badaniah. Jiwa rohaniah bersifat abadi, tidak pernah mati, sedangkan jiwa badaniah tidak. Selanjutnya wacana jiwa berdasarkan Plato yang terkenal dengan konsepsinya Trichotomi dalam diri insan terdapat jiwa yang meliputi pikiran atau kecerdasan (di kepala), kemauan (di dada), dan nafsu/perasaan (di perut). Sedangkan Aristoteles (384-323 SM) lebih dikenal dengan Dichotomi, di mana jiwa meliputi kecerdasan dan kemauan.
Pada tahun 1875, Wilhelm Wundt (1832-1920) yang berhasil mendemonstrasikan sensasi dan persepsi di Leipzig, bersamaan waktunya dengan Willian James, psikolog Amerika Serikat yang mendirikan laboratorium di Harvard. Sehingga tahun itu dikenal sebagai tahun berdirinya psikologi eksperimental (Boeree, 2005: 292; Madsen, 1991: 116-117). Kemudian pada tahun 1879, Wundt menjadikan murid pertama yag lulus sebagai peneliti psikologi sejati, itulah tonggak bersejarah yang lain. Pada tahun 1881, ia membentuk jurnal Philosophische Studien. Momentum lainnya pada tahun 1883, ia mulai pelajaran pertama yang berjudul Psikolgi Eksperimental, sedangakan pada tahun 1894, usahanya diberi penghargaan dengan membentuk secara resmi sebuah Institut Psikologi Eksperimental di Leipzig yang merupakan instasi psikologi pertama di dunia (Boeree, 2005: 292).
Suatu perkembangan lainnya dalam sejarah psikologi ialah yang dipelopori oleh Sigmund Freud, seorang psikiater Austria (1856-1939) yang secara sistematis dan empiris telah memperlihatkan bawa pergolakan jiwa insan tidak hanya melibatkan alam sadar bagi diri orang yang bersangkutan, tetapi juga melibatkan pergolakan yang tidak sadar (alam bawah sadar) pada diri orang tersebut. Kemudian teori dikembangkan oleh beberapa murid dan pengikut Freud.[1]

Abad ke-20 melihat reaksi Edward Titchener kritik 's empirisme Wundt. Ini berkontribusi pada perumusan behaviorisme oleh John B. Watson , yang dipopulerkan oleh BF Skinner . Behaviorisme diusulkan menekankan studi sikap terbuka, lantaran yang bisa diukur dan gampang diukur. Behavioris awal dianggap studi wacana " pikiran "terlalu samar untuk penelitian ilmiah produktif. Namun, Skinner dan rekan-rekannya melaksanakan studi berpikir sebagai bentuk sikap diam-diam yang mereka bisa menerapkan prinsip yang sama mirip nyata (diamati publik) perilaku. Dekade tamat masa ke-20 melihat munculnya ilmu kognitif , pendekatan interdisipliner untuk mempelajari pikiran manusia. Ilmu kognitif lagi menganggap "pikiran" sebagai subjek untuk penyelidikan, memakai alat-alat psikologi evolusioner , linguistik , ilmu komputer , filsafat , behaviorisme , dan neurobiologi . Bentuk penyelidikan telah mengusulkan bahwa pemahaman yang luas dari pikiran insan ialah mungkin, dan bahwa pemahaman semacam itu sanggup diterapkan untuk domain penelitian lain, mirip kecerdasan buatan .

Pembahasan
A.    Sejarah Perkembangan Psikologi
psikologi mempunyai sejarah singkat sebagai disiplin ilmu meskipun telah dipelajari semenjak zaman kuno di bawah fakultas filsafat. psikologi kata itu berasal dari bahasa Yunani kata 'jiwa' dan 'logo' arti harfiah dari yang 'jiwa' dan 'studi' masing-masing. Definisi psikologi pernah di proses perubahan semenjak ketika itu. perkembangan psikologi sanggup secara luas ditelusuri ke dalam empat periode: Kuno Greekperiod, per-modern periode, periode modern dan status ketika ini.
1.      masa Yunani: filsuf Yunani telah menyampaikan donasi banyak untuk pengembangan psikologi. beberapa kontributor kunci yang Socrates tertarik mempelajari reinkarnasi jiwa. jiwa atau pikiran dianggap sebagai representasi individu. plato, seorang mahasiswa cerah Socrates diperluas konsep Socrates dalam filsafat wacana kehidupan dan jiwa. itu Aristoteles yang menulis buku pertama di psikologi disebut para jiwa; Tentang pikiran atau jiwa. dalam buku, ia memperkenalkan ide-ide dasar dalam psikologi ketika ini, mirip aturan asosiasi. Namun, gagasan psikologi terutama terkait untuk mempelajari jiwa atau pikiran pada tahap itu. Kemudian ditemukan bahwa eksistensi fisik jiwa diragukan. Juga, ada kontroversi dalam mendefinisikan jiwa dan nnd antara filsuf. Kontributor dari periode tidak pernah berfokus pada sikap individu. itu sebabnya perhatiannya dialihkan dari studi wacana jiwa atau pikiran .
2.       Periode modern: Strukturalis dan fungsionalis segera ditantang oleh behavioristrs mirip JB Wastson Ivan Pavlov dan BF Skinner. Behavioris mengusulkan bahwa psikologi harus mempelajari sikap terlihat yang sanggup obyektif dirasakan dan dilihat. Psikolog ini didefinisikan psikologi sebagai ilmu perilaku. mereka dianggap konsep-konsep aneh mirip pikiran dan kesadaran ans perlu untuk belajar. Definisi psikologi yang diajukan oleh behavioris juga mempunyai keterbatasan tertentu. Mereka hanya terfokus sikap diamati o dan mengabaikan kiprah proses mental. Juga, mereka merusak kiprah pikiran bawah sadar dan keturunan dalam perilaku. Inilah sebabnya mengapa definisi ini telah dimodifikasi[2].
3.      periode pra-modern itu selama 1800an psikologi bahwa didirikan sebagai disiplin yang independen. itu ialah karya Wilhelm Wundt dan William James yang berkontribusi banyak dalam bidang psikologi. Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman dan mempelajari pengalaman sadar yang berbeda dalam t laboratorium. Wundt didefinisikan psikologi sebagai ilmu kesadaran atau pengalaman sadar. ia mengusulkan Theron disebut strukturalisme; sekolah psikologi yang mencoba untuk mengidentifikasi elemen-elemen dasar pengalaman dan menggambarkan elemen dasar dari berpengalaman dan menjelaskan aturan dan keadaan di mana unsur-unsur ini bergabung untuk membentuk struktur mental.

B.     Perpustakaan
Menurut sulistyo basuki pengertian perpustakaan ialah sebuah ruangan , agian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang dipakai untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan berdasarkan tata susunan tertentu untuk dipakai pembaca, bukan untuk dijual.[3]
a)      Visi Perpustakaan
Visi merupakan pandangan mengenai masa depan yang dianggap ideal untuk dicapai. Suwarno (2011: 18) menyebutkan bahwa visi perpustakaan pada umumnya untuk mewujudkan masyarakat informasi atau masyarakat yang cerdas. Untuk perpustakaan sekolah mempunyai visi secara umum membuat lulusan dan tamatan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berakhlak mulia, cerdas, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai aset bangsa dan negara.
b)      Misi Perpustakaan
Sebuah visi harus dijabarkan dalam misi. Misi merupakan penjabaran dari misi yang berupa langkah-langkah atau kegiatan yang ditempuh untuk mewujudkan dan melaksanakan visi. Suwarno (2011: 19) menjabarkan bahwa misi perpustakaan secara umum ialah sebagai berikut:

1.      Menciptakan dan memantapkan kebiasaan membaca masyarakat sesuai dengan jenis perpustakaan dan pemakainya
2.      Mendukung pendidikan perorangan secara berdikari maupun pendidikan formal pada semua jenjang
3.      Memberikan kesempatan atau stimulasi bagi pengembangan kreativitas dan imajinasi pribadi maupun masyarakat
4.      Meningkatkan kesadaran terhadap warisan budaya, apresiasi seni, dan hasil temuan ilmiah
5.      Menyediakan terusan pada ekspresi-ekspresi kebudayaan dan perubahan
6.      Mendorong obrolan antar umat beragama oleh lantaran keaneka ragaman budaya
7.      Menyediakan layanan informasi sesuai dengan kebutuhan pemakainya
8.      Memberikan kemudahan kepada pengembangan informasi peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan[4]
9.      Mendukung dan berpartisipasi dalam program-program perpustakaan bagi masyarakat pemakainya Ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti luas

C.    Hubungan psikologi dengan perpustakaan

Psikologi perpustakaan merupakan bagian  khusus psikologi  dalam aspek pekerjaan.Psikologi perpustakaan ialah suatu ilmu yang mempelajari wacana jiwa insan (pustakawan dan pemustaka) baik sifat ataupun prilakunya dan abjad materi pustaka sebagai objek pendukung.Adapun Tujuan psikologi Perpustakaan antara lain :
1.      Mengenal Manusia
Tidaklah gampang untuk memahami pengertian manusia. Dari aspek biologis insan ialah makhluk mamalia yang tergolong dalam kelompok primata. Namun ternyata bahwa insan bukan sekedar salah satu jenis binatang tertentu, melainkan mempunyai ciri-ciri khas insan yang tidak dimiliki oleh hewan. Oleh lantaran itu kita akan salah kalau meninjau definisi insan hanya dari aspek biologis saja. Hal ini mengharuskan pada kita untuk memahami insan dari aspek agama. Salah satu pengertian insan dari aspek agama, menyebutkan bahwa insan ialah makhluk yang terpilih dan dilengkapi dengan nalar dan kekuatan untuk membuat pilihan. Karena insan mempunyai kekuatan nalar dan kekuatan untuk bisa menentukan pilihan, maka ia ditunjuk untuk patuh kepada kehendak-kehendak Allah serta patuh kepada hukum-hukum-Nya. Dengan nalar yang merupakan hidayah Allah, insan sanggup menentukan apakah ia akan terbuai dalam lumpur endapan yang terdapat dalam dirinya ataukah ia akan meningkatkan dirinya menuju ke kutub mulia yakni menyerahkan diri kepada Allah. Dalam menentukan kehendak itu, terjadilah pertarungan terus-menerus dalam diri manusia.

2.      Memahami Kepribadian Manusia
Untuk sanggup memahami kepribadian tidak gampang lantaran kepribadian merupakan masalah yang kompleks. Kepribadian itu sendiri bukan hanya menempel pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil suatu pertumbuhan yang usang dalam suatu lingkungan budaya. Para hebat menyebutkan bahwa kepribadian ialah kesan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang, mirip cara berpakaian, sifat jasmaniah, daya pikat dan sebagainya. Disebutkan juga bahwa kepribadian ialah organisasi dinamis dalam individu sebagai makhluk yang bersifat psikofisik yang menentukan pembiasaan dirinya secara unik terhadap lingkungan. Ahli lain mengklasifikasikan seluruh ranah kepribadian dalam enam tipe yang sangat menonjol, yaitu tipe realistik, tipe penyelidik atau investigatif, tipe artistik, tipe sosial, tipe perintis atau enterpristing dan tipe konvensional. Kepribadian seseorang akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. Beberapa faktor yang mensugesti perkembangan kepribadian antara lain: perasaan bersalah, benci, cemas, kepercayaan yang diemban, harapan yang dicamkan dan kasih sayang yang diterima dari lingkungan. Dengan kita mencoba mengenal dan kemudian memahami istilah kepribadian, maka kemudian diharapkan akan mempermudah mengenal diri sendiri, baik kekuatan atau kelemahan yang ada. Dengan kita sudah mengenal diri sendiri akan sangat bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, terutama memperlancar kiprah profesional kita.

3.      PERSEPSI DAN INTERAKSI SOSIAL(Pemahaman wacana persepsi)
Persepsi mempunyai dua pengertian, yaitu menunjuk kepada proses dan mengacu pada hasil proses itu sendiri. Persepsi bermula dari penginderaan, diolah ke alam pikiran dan berakhir dengan penafsiran. Persepsi dibedakan atas persepsi wacana benda dan persepsi sosial. Persepsi sosial banyak mengandung unsur-unsur subjektif. Persepsi diri berhubungan dengan konsepsi diri, harga diri, dan kepercayaan diri seseorang. Penilaian terhadap diri sendiri sangat menentukan sikap dan sikap individu. Untuk membangun konsep diri yang positif dan harga diri yang kuat perlu pengenalan dan pengembangan diri.
Interaksi Sosial
Faktor penting yang menentukan terjadinya interaksi sosial ialah persepsi kita terhadap diri kita sendiri dan lingkungan. Daya tarik antarpribadi menjadi faktor yang menentukan juga untuk terwujudnya interaksi sosial. Yang mensugesti daya tarik antarpribadi, di antaranya ialah kesempatan untuk berinteraksi, baik yang berhubungan jarak fisik maupun jarak psikologis. Pendekatan untuk mengetahui daya tarik antar- pribadi, sanggup dilakukan melalui pendekatan kognitif dan pendekatan formulasi pada hukum-hukum belajar.

4.      MEMAHAMI MOTIVASI KERJA(kebutuhan dan motivasi)
Kebutuhan dan motivasi insan sangat kuat terhadap produktivitas insan tersebut. Menurut Maslow kebutuhan manusia, diklasifikasikan ke dalam lima tingkat yang berbeda yaitu:
a)      Fisiologis
b)      Keamanan
c)      Sosial
d)     Ego/harga diri
e)      Perwujudan diri
Dengan mengetahui tingkat-tingkat kebutuhan tersebut maka seorang pemimpin suatu forum sanggup memotivasi bawahannya berdasarkan tingkat kebutuhan karyawan yang bersangkutan secara individual.
D.    Teori Perkembangan Manusia

a)      Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan insan ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawah oleh individu pada waktu dilahirkan (natus), jadi perkembangan individu itu semata-mata tergantung kepada dasar. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan sanggup dikatakan tidak kuat terhadap perkembangan individu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhouer. Para hebat yang temasuk dalam golongan ini ialah Plato, Descartes, Lombroso, dan pengikut-pengikutnya yang lain.
Para hebat yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan memperlihatkan banyak sekali kesamaan atau kemiripan antara orang bau tanah dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya hebat musik maka kemungkinannya ialah besar bahwa anaknya juga akan menjadi hebat musik; kalau ayahnya seorang pelukis, maka anaknya juga akan menjadi pelukis; kalau ayahnya spesialis fisika, maka anaknya ternyata juga menjadi hebat fisika, dan sebagainya. Pokoknya keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki orang bau tanah juga dimiliki oleh anaknya. Memang benar kenyataan memperlihatkan adanya kesamaan atau kemiripan yang besar antara orang bau tanah dengan anak-anaknya.[5] Akan tetapi hal ini pantas diragukan apakah kesamaan yang ada antara orang bau tanah dengan anaknya itu benar-benar dasar yang dibawa semenjak lahir. Sebab, jikalau sekiranya anak spesialis musik juga menjadi hebat musik, apakah hal itu benar-benar berakar pada keturunan atau dasar? Apakah mustahil lantaran adanya fasilitas-fasilitas untuk sanggup maju dalam bidang seni musik maka dia kemudian menjadi spesialis musik (misalnya adanya alat-alat musik, buku-buku musik, dan sebagainya sehingga anaknya juga menjadi hebat musik)[6].

b)      Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seorang individu ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu itu, termasuk pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu yang dilahirkan mirip kertas putih higienis yang belum ada tulisan-tulisannya, akan menjadi apakah individu itu kemudian tergantung pada apa yang akan dituliskan di atasnya. Peranan para pendidik dalam hal ini sangat besar, pendidiklah yang akan menentukan keadaan individu itu dikemudian hari. Teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimis yang memandang bahwa pendidikan merupakan perjuangan yang cukup bisa untuk membentuk pribadi individu.[7] Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering disebut dengan teori tabula rasa (jiwa insan yang gres lahir itu ialah mirip meja atau papan lilin yang belum tergores), yang memandang keturunan atau pembawaannya tidak mempunyai peranan.
c)      Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori adonan (konvergensi) dari kedua teori sebelumnya. William Stern mengemukakan bahwa baik pembawaan semenjak lahir (faktor endogen) maupun pengalaman atau lingkungan (faktor eksogen) mempunyai peranan yang penting didalam perkembangan individu. Penelitian dari Stern menyampaikan bukti wacana kebenaran dari teorinya. Ia mengadakan penelitian dengan belum dewasa kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor endogen anak yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang sanggup dikatakan sama. Anak-anak tersebut dipisahkan dan ditempatkan pada imbas lingkungan yang berbeda. Pemisahan ini dilaksanakan setelah kelahiran. Ternyata pada kesudahannya mereka mempunyai sifat-sifat yang berbeda satu dengan yang lain, sekalipun secara keturunan mereka sanggup dikatakan relatif mempunyai kesamaan, hal ini disebabkan imbas lingkungan dimana mereka berada. Faktor pembawaan tidak menentukan secara mutlak atau bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi seseorang[8].

Manusia Menurut Al-Qur’an
Prof. Abbas Mahmud El-Aqqad dalam bukunya “Haqaiqul Islam Qa Abathilu Khusumihi” telah merumuskan pandangan Al-Qur’an wacana insan dengan amat baik sekali.
Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, dia mendefinisikan insan sebagai berikut: “manusia ialah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan”.
Definisi ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
1.    Manusia sebagai ciptaan Allah.
2.    Manusia bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya, yang berdasarkan Al-Qur’an akan dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Tuhan di akhirat.
3.    Manusia diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan
Al-Imam ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan ayat di atas :”Allah Ta’ala menyeru hamba-hamba-Nya untuk bertafakkur (berfikir) dan mengambil i’tibar (pela jaran): “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin”, yang meliputi bumi itu sendiri dan apa-apa yang ada padanya, mirip pegunungan, lautan, sungai, pepohonan dan tetumbuhan, untuk memperlihatkan orang yang memikirkannya dan merenungkan maknanya, akan keagungan pencipta-Nya, kekuasannya -Nya yang maha luas, kebaikan-Nya yang umum meliputi semuanya dan ilmu-Nya yang meliputi zhahir dan bathin. Demikian pula, bahwa di dalam diri seorang hamba itu ada pelajaran, pesan yang tersirat dan rahmat yang memperlihatkan bahwa Alloh itu Maha Tunggal Al-Ahad…” [Taysir Karimir Rahman, tafsir surat adz-Dzariyat, juz 29, hal. 809).
Rasulullah SAW telah menjelaskan perkembangan embrio ini secara mendetail 14 masa yang lalu, dimana pada zaman itu mikroskop, USG dan semisalnya belum ditemukan. Alloh Ta’ala berfirman:
 “Dia membuat kau dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kau delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kau dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu ialah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kau sanggup dipalingkan?”. (Qs.Az-Zumar: 6)
[1306]  tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.
Syaikh Ibnu Sa’di rahimahullahu menjelaskan penafsiran ayat ini, yaitu ‘Alloh membuat insan thur ba’da thur (tahap demi tahap bentuknya), dan dalam keadaan dimana tidak ada satu tangan makhlukpun memegang (membantu) dan mata yang melihat (mengawasi), dan Dia-lah Alloh yang memelihara janin di dalam daerah yg sempit tersebut (kandungan ibu, uterus), “dalam tiga kegelapan” yaitu kegelapan perut [zhulmatul Bathni], kegelapan rahim [zhulmatur rahmi] kemudian kegelapan tembuni/ari-ari [zhulmatu masyimah].[9]
Sains modern menjelaskan bahwa tahapan perkembangan embrio di dalam uterus memang terjadi secara bertahap, bentuk demi bentuk. Dan sains modern menjelaskan bahwa janin insan berada pada tiga lapisan, yaitu :
1. Dinding Anterior Abdomen
2. Dinding Uterus
3. Membran Amniochorionic
Tiga kepingan inilah yang dimaksud dengan tiga kegelapan. Dan penafsiran ayat di atas tidak menyelisihi klarifikasi sains modern, dimana “tiga kegelapan” tersebut yang dijelaskan oleh Syaikh as-Sa’di ialah sama dengan yang di sebutkan di dalam sains modern. Zhulmatul Bathni (kegelapan perut) bisa diinterpretasikan sama dengan dinding anterior abdomen. Karena bathnun sama dengan abdomen. Zhulmatur rahmi (kegelapan rahim) sama dengan dinding uterus, lantaran rahim yang dimaksud ialah uterus. Zhulmatul Masyimah (kegelapan tembuni) identik dengan membran amnichorionic.

Fase-fase Perkembangan
1.      Fase Pranatal
Fase prenatal (sebelum lahir) mulai masa konsepsi hingga proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan hingga 280 hari. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an wacana penciptaan insan dalam surat al-Mukminun 23:12-14 yaitu: Artinya: "Dan Sesungguhnya Kami telah membuat insan dari suatu saripati (berasal) dari tanah.13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam daerah yang kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik".
2.      Fase Lahir
Fase lahir merupakan fase permulaan eksistensi sebagai individu dan bukan benalu dalam tubuh ibu. Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada ketika bayi menjelang dua minggu. Walaupun singkat masa bayi ini pada umumnya diibagi menjadi dua periode, yaitu periode portunate dan periode neonate. Periode partunate (mulai saaat kelahiran hingga lima belas dan tiga puluh menit sehabis kelahiran). Periode ini dimulai dari keluarnya janin dan berakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Sampai hal ini selesai dilakukan, bayi masih merupakan pascamatur yaitu lingkungan diluar tubuh ibu. Dan periode neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar hingga hingga tamat ahad kedua dari kehidupan pascamatur) setelah itu bayi ialah individu yang terpisah.[10] Penyesuaian bayi neonatal bersifat radikal sebelum melanjutkan kemajuan perkembangan mereka. Empat pembiasaan yang harus dilakukan bayi neonatal sebelum sanggup melanjutkan perkembangan mereka yaitu 1) perubahan suhu (didalam rahim suhunya tetap 100  F sedangkan dirumah atau dirumah sakit berkisar 60-70 F), 2) bernafas (kalau tali pusar diputus, bayi mulai bernafas sendiri), 3) menghisap dan menelan. Refleks ini belum berkembang pada waktu lahir dan bayi seringkali tidak cukup memperoleh masakan yang diharapkan sehingga berat badannya menurun, dan 4) pembuangan (alat pembuangan mulai berfungsi setelah dilahirkan sebelumnya dilakukan melalui tali pusar) ,Tindakan pada bayi neonatal ialah bersegera mengadzaninya di indera pendengaran kanan dan mengiqomati pada telingan kiri sebagai bukti kasih sayang dan  menjaga kesucian biar terpelihara, dihawatirkan dewasanya nanti jikalau tidak diadzani dan diiqomati petumbuhan jiwanya akan terganggu dan cenderung mengikuti hawa nafsu. Dalam hadits Rasul Abu Rafi' berkata: " Saya melihat Rasulullah SAW beradzan di indera pendengaran Hasan bin Ali da waktu dia dilahirkan oleh Fatimah R.A". (H.R Abu dawud, At-Tarmidzi, hadits sahih). Setelah itu dianjurkan untuk diberi manisan dan mendo'akannya sebagai stimulir sebelum bayi menyusu pada ibunya. Dari Abu Musa berkata, " Saya mempunyai anak kemudian saya mendatangi Nabi Saw dengan membawanya. Beliau memberinya nama dengan Ibrahim, selanjutnya dia menggosok langit-langit lisan anakku dengan kurma (yang telah di mamahnya, mendoakan berkah untuknya, kemudian menyerahkannya kepadaku,"  (HR Al-Bukhari, Muslim)
Hal lain yang perlu dilakukan ialah memberinya nama yang  baik yang bertujuan biar si anak kelak jadi terpelajar balig cukup akal akan memahami kasih sayang orang tuanya. Sehingga menumbuhkan sikap percaya diri namun jikalau namanya buruk akan mensugesti jiwanya, dia menjadi minder atau bahkan menjadi orang yang pendendam bagi orang bau tanah yang memberinya nama yang buruk. Rasulullah bersabda" Hai anak (yang wajib dipenuhi) oleh orang tuanya ialah memberinya nama yang  baik dan memperbaiki adabnya (perilakunya)," (Al-Jami' Ash-Shaghir, hal 137).
Pada hari ketujuh diwajibkan bagi yang bisa untuk mengadakan akikah untuk si anak biar tertanam pada diri anak sikap kedermawanan kelak jikalau dia sudah dewasa, Rasul bersabda: "Setiap anak ialah tergadai dengan akikahnya(terhalang menerima syafa'at anaknya)yang disembelih di hari ketujuh, diberi nama dan dicukur rambut kepalanya." (HR Abu Dawud, Al-Nasa'I dan Al-Tirmidzi).

3.      Fase 2 Tahun Pertama
             Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode yang gres lahir dua minggu. Masa bayi ialah dasar kehidupan yang sesungguhnya lantaran pada ketika ini banyak pola sikap dan ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi ialah masa perubahan berjalan cepat dan masa berkurangnya ketergantungan pada orang lain mirip bayi duduk, dan mengerakkan barang. Ciri khas masa ini ialah anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak fisik dan berguru berbicara. Penanaman tauhid semenjak bayi mulai berguru bicara sangat penting untuk training ahlaknya kelak jikalau dia dewasa. Pada fase ini bayi diusahakan tetap disusui ibunya lantaran merupakan masakan penting, menjaga dari penyakit, dan berkembangnya kesehatan bayi. Kasih sayang ibu melalui penyusuan mempunyai imbas besar dalam pembentukan pribadi anak, dimana dia merasa tentram dan kondusif tidak gelisah. Rasulullah digenapkan dua tahun dalam penyusuannya kepada Halimah Sa'diyah. Mengenai pentingnya menyusui telah disebutkan dalam al-Qur'an (QS.    Al-Baqarah 2:233)
E.     TEORI ATAU ALIRAN TENTANG MANUSIA (Psikology Behaviorisme dan Psikoanalisa)

a)      Sejarah Psikology Behaviorisme

Aliran Psikology Behaviorisme pertama kali ditemukan di rusia dan dikembangkan oleh John B. Watson ialah seorang Psikolog Amerika dengan makalahnya berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” dan dipublikasikan pada tahun 1913.
Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung sikap tampak yang sanggup diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk nalar bagi ilmu pengetahuan psikologi.
Behaviorisme adalah aliran dalam Psikology yang hanya mempelajari tingkah laris yang nyata, yang terbuka, yang sanggup di ukur secara objektif, aliran ini mempelajari perbuatan insan bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laris yang berdasarkan kenyataan.
Psikology Behaviorisme lebih menekankan pada kekuatan-kekuatan luar yang berasal dari lingkungan, mereka beropini bahwa insan ialah korban yang fleksibel, sanggup dibuat dari lingkungan yang menentukan tingkah lakunya.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, intinya insan tidak membawa talenta apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan insan buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan insan baik.
Menurut John B. Watson
Behaviorisme ialah aliran dalam psikology yang hanya mempelajari tingkah laris yang nyata, yang terbuka, yang sanggup di ukur secara objektif.
John B. Watson beropini bahwa Behaviorisme ialah sebuah aliran dalam psikologi yang perilakunya harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta mempunyai akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa insan berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara wacana alam bawah sadar yang tidak tampak).John mengadakan eksprimen mengenai kondisi yoning pada anak, sebagai akhir imbas pavlov salah satu ekperimennya iyalah dengan memakai bayi sebagai objek coba yang diberikan minuman dari botol. Sebelum minuman botol diberikan terlebih dahulu dibunyikan bel, dan hal tersebut dilakukan ber ulang kali[11]. Langkah jhon tersebut hingga pada kesimpulan bahwa pada bayi terbentuk respon berkondisi sekalipun tidak diberikan minuman dari botol, bayi akan tetap menandakan gerakan lisan mirip mengeyut dot dari botol
b)     Pandangan Islam Tentang Psikology Behaviorisme
Mengenai perubahan sikap manusia, dalam pandangan Islam kita mengenal adanya adanya akhlaqul karimah, dan akhlaq ini kita bagi dua macam yaitu akhlaqul mahmudah (akhlaq yang terpuji) dan akhlaqul majmumah (akhlaq yang tercela), akhlaq sanggup menjadi uswah bila meminjam istilah bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara”Tut Wuri Handayani; menyampaikan teladan dan mendorong dari belakang”, artinya berdasarkan Imam Syafi’i “Ibda bi Nafsi” atau instropeksi diri, dengan demikian antara stimulus (guru) dan respon (siswa/murid) harus sepadan, alasannya ialah Pomeo menyampaikan “guru kencing berdiri murid kencing berlari”[12]Sebagai sebuah teladan dalam proses pembelajaran, ketika guru menugaskan untuk memahami, menghafal dan mempelajari terjemah serta tafsir surat al-Ikhlas kemudian melarang siswa nya untuk pergi ke Dukun biar meraih prestasi, maka guru pun tentu jangan pergi ke Dukun untuk meraih kekayaan.

Firman Allah SWT dalam al-Qur’an :
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ  

dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi pesan tersirat kepadanya:" Wahai anak kesayanganku, janganlah Engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu Yang lain), Sesungguhnya perbuatan syirik itu ialah satu kezaliman Yang besar".( Luqman, 31 : 13).
2.      Aliran Psikoanalis
Psikoanalisis adalah aliran Psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, yang memandang manusia ialah makhluk yang hidup atas bekerjanya dorongan–dorongan (id) dan memandang insan sangat ditentukan oleh masa lalunya.
Freud mengungkapkan satu–satunya hal yang mendorong kehidupan insan ialah dorongan id (libido seksualitas) dan mendapat tantangan keras. Teori ini dipandang menyederhanakan kompleksitas dorongan hidup manusia. Teori ini kesulitan untuk menjelaskan korelasi seseorang akan aktualisasi diri atau juga kebutuhan untuk beragama. Teori ini tak bisa menjelaskan wacana dorongan yang dimiliki Muslim untuk menerima ridha dari Allah SWT. Teori ini tidak akan bisa menjelaskan kebutuhan insan dalam fatwa Islam diyakini bahwa insan punya kecenderungan untuk beragama (fithrah)[13]
 Konsep Psikoanalisis menekankan imbas masa lalu sehingga dikritik banyak kalangan, lantaran terkandung pesimisme pada setiap upaya pengembangan diri manusia.

Jika dibandingkan dengan kebanyakan aliran psikologi lainnya, aliran psikoanalis memang mendapatkan paling banyak kritik. Barakatu (2007) dalam telaah kritisnya terhadap Freud; Agama dan Implikasinya dalam Pendidikan, diantaranya[14].
o   Cacat metodologis menjadi keberatan paling utama terhadap teori Freud mengenai agama.
o   Seks bukan satu-satunya penentu kepribadian manusia.
o   Penganut agama yang taat ialah insan yang mempunyai kesehatan mental yang jauh lebih baik dari orang yang terkena delusi dan mengidap neurosis.
o   Konflik ayah, ibu dan anak dalam rumah tangga tidak akn pernah menguntungkan perkembangan kehidupan beragama seorang anak..
o   Pendidikan agama merupakan wadah untuk membuatkan fitrah insan yang selaras dengan eksistensi ruh yang suci.

F.     Teori Psikologi Aliran Humanistik

Aliran Psikologi Humanistik Abraham H. Maslow dan Carl Ransom Rogers ini sangat menghargai keunikan pribadi , penghayatan subjektif, kebebasan, tanggung jawab, dan terutama kemampuan mengaktualisasi diri pada setiap individu.
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan ialah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laris manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah hebat psikologi humanistik ia ialah alternatif, sedangkan bagi sejumlah hebat psikologi humanistik yang lainnya merupakan suplemen bagi pemfokusan tradisional behaviorisme dan psikoanalis[15].
Psikologi humanistik sanggup dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, psikologi humanistik menyampaikan satu nilai yang gres sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menyampaikan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laris manusia. Ketiga, ia menyampaikan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi. Pokok masalah dari psikologi humanistik ialah pengalaman subjektif manusia, keunikannya yang membedakan dari hewan-hewan, sedangkan area-area minat dan penelitian yang utama dari psikologi humanistik ialah kepribadian yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinan-kemungkinan insan untuk tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta nilai-nilai insan Dalam metode-metode studinya, psikologi humanistik memakai banyak sekali metode meliputi wawancara, sejarah hidup, sastra, dan produk-produk kreatif lainnya.
Ciri-ciri dan Tujuan Psikologi Humanistik
1.      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena dalam mempelajari manusia
2.      Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, mirip memilih, kreativitas, menilai, dan realisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran wacana insan yang mekanistik dan reduksionistik
3.      Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam menentukan masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan dipakai serta menentang pemfokusan yang hiperbola pada objektivitas yang mengorbankan signifikansi.
4.      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia[16].

Pada dasarnya insan itu baik dan bahwa potensi insan tidak terbatas tetapi ditemukan bahwa pandangan ini sangat optimistik dan bahkan terlampau optimistic terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga insan dipandang penentu tunggal yang bisa melakukan play-God ( kiprah Tuhan ). Hal ini bertentangan dengan fatwa Islam yang menyatakan bahwa Tuhanlah yang Maha menentukan, meski insan mempunyai kuasa usaha.
Humanistik beranggapan over optimistik dalam memandang manusia, sedang Islam,memandang insan dengan optimist proportional, artinya selain mempunyai kemampuan luhur insan juga mempunyai keterbatasan sehingga selalu ada daerah kembali dalam hidupnya.


G.    Psikologi Cognitive Theory

Psikologi kognitif merupakan psikologi yang mengkaji mengenai proses kerja mental yang menunjang insan dalam memperoleh dan memakai pengetahuan.
Para psikolog kognitif beropini bahwa Psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh informasi mengenai dunia, cara informasi itu disimpan dan diproses oleh otak, cara kita menuntaskan masalah, berpikir dan menyusun bahasa dan bagaimana proses-proses ini ditampilkan dalam prilaku yang sanggup dinikmat[17]i.


         Menurut para psikolog kognitif, otak insan menjadi daerah atau mengandung sebuah “pikiran” yang memungkinkan proses-proses mental untuk mengingat, mengambil keputusan, merencanakan, menentukan tujuan dan kreatif. Sebagai contoh, para psikolog kognitif ingin mengetahui bagaimana kita memecahkan masalah persamaan aljabar, mengapa kita mengingat beberapa hal dalam jangka pendek, tetapi mengingat hal lain seumur hidup, dan bagaimana kita memakai pencitraan (imagery) untuk merencanakan masa depan. dengan demikian para psikolog kognitf memandang pikiran sebagai sebuah sistem pemecahan masalah yang aktif dan sadar. (Plessner, Betsch, & Betsch, 2007)[18].
Pandangan islam wacana psikologi cognitive theory
        Beruntunglah Manusia yang diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan, diberi pancaindra, Hati. Untuk bersyukur, dan nalar untuk berfikir, mencari diam-diam alam, mengolahnya. Allah membuat insan dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu, dengan belajar, otak berkembang dengan berjalannya waktu. Dengan otak insan berfikir, mempergunakan seluruh pancaindranya dalam menangkap kebesaran dan ilmu Allah. Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 78
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s?
78. dan Allah mengeluarkan kau dari perut ibu kau Dengan keadaan tidak mengetahui sesuatupun; dan Dia mengurniakan kepada kau pendengaran dan penglihatan serta hati nalar fikiran); supaya kau bersyukur.
                                                                                                                                                           
Akal yang diciptakan Allah untuk berfikir dan mencari diam-diam alam semesta yang indah dan penuh dengan ilmu pengetahuan yang harus dipelajari , digali dan dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia. Tampa berfikir dan mempergunakan akalnya dan hatinya insan tidak akan berkembang sesuai dengan fitrahnya[19].

H.    Jiwa Perpustakaan

1.      Pustakawan
Pustakawan atau librarian ialah seorang tenaga kerja bidang perpustakaan yang telah mempunyai pendidikan ilmu perpustakaan, baik melalui pelatian, kursus, seminar, maupun dengan kegiatan sekolah formal. Pustakawan ini yang bertanggung jawab terhadap gerak maju roda perpustakaan. Di segi lain, pustakawan pun di tuntut untuk ulet membaca demi kepentingan profesi, ilmu, maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan ialah pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan dan kepustakawanan[20].
Menurut cram (1997) ada beberapa pokok masalah yang perlu di perhatikan yaitu :
a. Stereotip                                                      
b. Masalah citra
c. Keterbatasan Pustakawan
d. Prinsip Promotheus
e. Transpormasi Nilai
f. Ketertinggalan akumulasi keahlian
g. Etos Komersial
h. Fungsi pustakawan


Lalu Lintas Informasi
Penyebarluasan informasi di percepat dengan berkembangannya teknologi telekomunikasi. Dapat dikatakan apa yang terjadi di satu belahan dunia, sanggup diikuti oleh belahan dunia lain dalam waktu yang bersamaan. Dengan adanya internet ledakan informasi yang dahsyat, menyebar dengan kecepatan yang sangat besar. Hanya saja ledakan atau banjir informasi tidak mengenai seluruh masyarakat secara langsung, tetapi dampaknya sanggup menyebar lebih luas.

Sikap Pustakawan.
Pustakawan perlu menentukan sikapnya terhadap membanjirnya informasi serta pustakawan sanggup menyaring informasi mana saja yang benar-benar di perlukan pemustaka. Informasi yang tidak berkhasiat perlu di bendung. Pustakawan sebaiknya mencermati salah satu fungsi dasar perpustakaan, yakni seleksi materi pustaka.[21]

Perkembangan Fungsi Pustakawan

 Pekerjaan pustakawan ialah memproses buku dan koleksi di awali dengan seleksi dan pengolahan teknis. Proses teknis utamanya ialah suatu pangakalan data bibliografi baik manual maupun otomatis.Pustakawan juga hebat dalam bidang  informasi dengan melayani dan menyampaikan informasi yang di perlukan oleh pemustaka.


2.      USER

            User ialah pengguna  (pemustaka) akomodasi yang disediakan perpustakaan baik koleksi cetak maupun non cetak. Jika di perpustakaan perguruan tinggi tinggi User diantaranya ialah mahasiswa, dosen, karyawan, maupun masyarakat civitas academic tergantung jenis perpustakaan yang ada.
Perpustakaan yang baik, akan memperhatikan pula tingkat perkembangan pengunjungnya, terutama dari segi perkembangan daya intelektualnya. Perpustakaan perguruan tinggi tinggi tentu akan berbeda konsepnya dengan perpustakaan anak-anak, maupun perpustakaan sekolah sekalipun. Hal ini terkait dengan user yang di hadapinya.

3.      Bahan Pustaka

Bahan pustaka ialah semua hal yang mengandung informasi yang di simpan sajikan oleh perpustakaan.
Patut disadari bahwa buku mempunyai arti penting bagi seorang individu selain untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan, dengan membaca seseorang bisa membuatkan daya imajinasi dan daya pikir dari informasi yang di peroleh. Di samping itu, perlu juga di tekankan bahwa koleksi materi pustaka hendaknya diatur dalam susunan rapi. Pustakawan juga membagi koleksi menjadi koleksi berdasarkan subjeknya termasuk pertimbangan pembentukan koleksi khusus untuk referensi, kanak-kanak, orang dewasa, dan fiksi[22].
           
            Pada ketika membaca membutuhkan kesiapan jiwa, tidak hanya saja membuang waktu tetapi energi pun akan tercurahkan ketika membaca tidak di sertai kesiapan jiwa. Kegiatan membaca yang akan menghasilkan wawasan gres akan lebih efektif jikalau di sharingkan dengan orang lain. Hal demikian tentu tidak semata-mata terjadi tanpa sebab. Biasanya alasannya ialah yang timbul ialah lantaran koleksi atau materi bacaan yang tidak sesuai dengan kata hati atau kehendak jiwa[23].

4.      GEDUNG ( TEMPAT ) ATAU RUANGAN

            Gedung perpustakaan merupakan sarana yang amat penting dalam penyelenggaraan perpustakaan. Dalam gedung itulah segala acara dan jadwal perpustakan di rancang dan diselenggarakan. Pembangunan gedung perpustakaan perlu memperhatikan faktor-faktor fungsional dan tujuan serta fungsi dari kegiatan perpustakaan. Setiap perpustakaan memerlukan ruangan  yang dilengkapi dengan meja dan dingklik formal dan informal ( artinya dingklik untuk santai ). Pembaca sanggup duduk dan menentukan materi pustaka yang diinginkannya. Di perpustakaan khusus dan perguruan tinggi tinggi, ruang studi menduduki daerah penting lantaran pemakai umumnya menghabiskan waktunya berguru di perpustakaan.
Ruangan perpustakaan bukan sekedar sekat yang memisahkan ruang satu dengan ruang yang lainnya. Penataan runag perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangakan banyak sekali aspeknya. Untuk sanggup memikat perhatian penggunjung biar mau tiba ke perpustakan, salah satu cara yang bisa di lakukan ialah melalui penataan ruang yang menarik dan fungsional[24].

I.       TEORI MOTIVASI “TIPS MENGGALAKKAN MEMBACA”

1.      Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melaksanakan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai planning atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi ialah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi sanggup berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik ialah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut menerima kepuasan dengan melaksanakan pekerjaan tersebut bukan lantaran rangsangan lain mirip status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melaksanakan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang menempel di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi mirip status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para hebat yang dimaksudkan untuk menyampaikan uraian yang menuju pada apa gotong royong insan dan insan akan sanggup menjadi mirip apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.
A. TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa intinya semua insan mempunyai kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar hingga motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa kondusif (merasa kondusif dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa mempunyai (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila masakan dan rasa kondusif sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jikalau kebutuhan dasarnya sudah sanggup dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
2.      Teori-teori motivasi
a)      Teori Insentif: Yaitu teori yang menyampaikan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil tindakan lantaran ada insentif yang akan dia dapatkan.
b)      Dorongan Bilogis: Dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk di dalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan, tubuh kita akan bereaksi.
c)      Teori Hirarki Kebutuhan: Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan bertingkat. Mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan akreditasi sosial, kebutuhan penghargaan, hingga kebutuhan akan aktualisasi diri.

Ada beberapa ciri motivasi belajar yang terdapat pada diri seseorang, yaitu :

1)      Menunjukkan niat untuk belajar
2)      Lebih senang menuntaskan pelajaran dengan mandiri
3)      Tidak jenuh dengan tugas-tugas yag rutin
4)      Dapat mempertahankan pendapatnya sendiri
5)      Tidak gampang berputus asa terhadap hal yang di yakini
6)      Sering berlatih dalam memecahkan soal-soal dalam pembelajaran
7)      Rajin dan tekun dalam menghadapi banyak tugas
8)      Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
Adapun fungsi motivasi ada tiga yaitu?
1.      Motivasi berfungsi mendorong untuk berbuat sesuatu/ motivasi sebagai pendorong perbuatan.
2.      Motivasi berfungsi menyampaikan aba-aba dalam perbuatan/ motivasi sebagai pengarah
3.      Motivasi berfungsi menggerakkan dalam perbuatan/motivasi sebagai penggerak

3.       Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :


1. Faktor Ekstern
· Lingkungan kerja
· Pemimpin dan kepemimpinannya
· Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas
· Dorongan atau bimbingan atasan.
2. Faktor Intern
· Pembawaan individu
· Tingkat pendidikan
· Pengalaman masa lampau
· Keinginan atau harapan masa depan[25].

Sumber lain mengungkapkan, bahwa didalam motivasi itu terdapat suatu rangkaian interaksi antar banyak sekali faktor. Berbagai faktor yang dimaksud meliputi :
a)      Individu dengan segala unsur-unsurnya : kemampuan dan ketrampilan, kebiasaan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman traumatis, latar belakang kehidupan sosial budaya, tingkat kedewasaan, dsb.
b)      Situasi dimana individu bekerja akan menimbulkan banyak sekali rangsangan: persepsi individu terhadap kerja, harapan dan harapan dalam keja itu sendiri, persepsi bagaimana kecakapannya terhadap kerja, kemungkinan timbulnya perasaan cemas, perasaan senang yang disebabkan oleh pekerjaan.
c)      Proses pembiasaan yang harus dilakukan oleh masing-masing individu terhadap pelaksanaan pekerjaannya.
d)     Pengaruh yang tiba dari banyak sekali pihak : imbas dari sesama rekan, kehidupan kelompok maupun tuntutan atau keinginan kepentingan keluarga, imbas dari banyak sekali korelasi di luar pekerjaan
e)      Reaksi yang timbul terhadap imbas individu
f)       Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu
g)      Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan baru, harapan dan tujuan


4.      Tips menggalakkan membaca

a)      membaca sambil bermain jangan paksa anak untuk belajar.
b)      Sediakan lingkungan yang menarik untuk anak berguru mirip ada meja belajar, alat tulis dan sebagainya yang berkaitan dengan proses pembelajaran anak
c)      Kurangkan segala gangguan persekitaran  mirip tutup segala acara yang sanggup mengganggu anak dalam proses berguru mirip menyalakan tv di waktu anak sedang belajar
d)     Sediakan buku dongeng yag desainnya bergambar yang sanggup menarik keinginan anak untuk membaca
e)      Mood anak yang baik, jikalau dia tidak mau berguru jagan paksa anak untuk belajar
f)       Hargai perjuangan anak setiap kali dia berjaya baca dengan sendirinya, berikan dia kebanggaan atau hadiah supaya dia semangat dalam  membaca
g)      Mengalokasikan waktu khusus untuk membaca
h)      Memanfaatkan waktu menunggu
i)        Membiasakan untuk membaca di waktu istirahat atau sebelum tidur
j)        Membuat sasaran membaca


Motivasi menerut perspektif Islam
            Allah berfirman dalam Al-Quran:
3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3

 “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d: 11)
Dari ayat di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ternyata motivasi yang paling kuat ialah dari diri seseorang. Motivasi sangat kuat dalam gerak-gerik seseorang dalam setiap tindak-tanduknya.Dalam kaitannya dengan tingkah laris keagamaan motivasi tersebut penting untuk dibicarakan dalam rangka mengetahui apa gotong royong latar belakang suatu tingkah laris keagaman yang dikerjakan seseorang. Disini peranan  motivasi itu sangat besar artinya dalam bimbingan dan mengarahkan seseorang terhadap tingkah laris keagamaan. Namun demikian ada motivasi  tertentu yang gotong royong timbul dalam diri insan lantaran terbukanya hati insan terhadap hidayah Allah. Sehingga orang tersebut menjadi orang yang beriman dan kemudian dengan akidah itulah ia lahirkan tingkah laris keagaman.

Teori-Teori Psikologi Dalam Perspektif Islam
A.             Psikoanalisis dalam perspektif Islam
Dalam teori yang disebutkan oleh freud, teori tersebut bekerja dengan menjelaskan tingkah laku, memprediksi dan terkadang mengendalikan tingkah laris insan yang bersifat horizontal saja. sedangkan dalam Islam yang diwakili oleh ilmu akhlaq dan tasawuf berbicara bagaimana mengubah tingkah laris menjadi baik dan bagaimana jiwa akrab dengan tuhannya, jadi proses yang terjadi dalam islam berkaitan dengan interaksi antar insan dan interaksi individu dengan tuhannya sehingga terciptalah sinergi antara 2 korelasi tersebut menjadi insan muslim yang mempunyai akhlaqul karimah yang didalamnya juga terkandung kepribadian yang karimah pula.
Perbedaan lain diantara keduanya ialah terletak pada metodologi, freud mencetuskan renungannya dari hasil renungannya dan hasil uji laboratorium, bahkan ketika ia menemukan teori psikoanalisis tersebut diceritakan dia sedang mengalami gangguan mental. Dalam kondisi itulah yang mengakibatkan banyak tokoh psikologi lainnya mengkritik keabsahan dan eksistensi teorinya. sedangkan dalam islam sumber informasi utamanya ialah Al Qur’an, hadits, filsafat dan tasawuf untuk kemudian dijadikan barometer penghayatan dan pengalaman kejiwaan, serta eksperimentasi laboratorium sebagai upaya verifikasi dan perbandingan mirip yang telah biasa dilakukan oleh psikolog barat, termasuk freud.  
Kemudian kalau kita telusuri teori conscious dan struktur kepribadian freud, maka kita akan mendapati teori-teori itu sudah disinggung oleh Al Qur’an, yang membedakan hanyalah pada perbedaan simantik saja.
 Seperti yang terdapat dalam QS An Nazi’at:37-41 :

$¨Br'sù `tB 4ÓxösÛ ÇÌÐÈ   trO#uäur no4quŠptø:$# $u÷R9$# ÇÌÑÈ   ¨bÎ*sù tLìÅspgø:$# }Ïd 3urù'yJø9$# ÇÌÒÈ

   $¨Br&ur ô`tB t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u ygtRur }§øÿ¨Z9$# Ç`tã 3uqolù;$# ÇÍÉÈ   ¨bÎ*sù sp¨Ypgø:$# }Ïd 3urù'yJø9$# ÇÍÊÈ  


Dalam ayat tersebut lafadz  ÓxösÛ dan rO#uä merupakan istilah yang biasa dipakai freud untuk    mendefinisikan sebagai tingkah id, sedangkan lafadz  t$%s{dan  ygtR  adalah superego yang mengevaluasi segala keinginan id.

Dalam QS Al Baqarah 36 terlihat terperinci keterkaitan antara id dan ego, yaitu:

$yJßg©9yr'sù ß`»sÜø¤±9$# $pk÷]tã $yJßgy_t÷zr'sù $£JÏB $tR%x. ÏmŠÏù ( $uZù=è%ur (#qäÜÎ7÷d$# ö/ä3àÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 Arßtã (

 ö/ä3s9ur Îû ÇÚöF{$# @s)tGó¡ãB ìì»tFtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇÌÏÈ  

Adam dan hawa dengan tipu muslihat syaitan memakan buah pohon yang dihentikan itu, yang menimbulkan keduanya keluar dari surga, itulah yang dimaksud oleh freud mengenai korelasi id yang mendorong ego untuk memenuhi segala keinginannya
Dalam QS. Yusuf 53 Allah Menceritakan wacana kisah nabi Yusuf as :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيم


Nabi Yusuf, dalam surat Yusuf ayat 53, menggambarkan id (nafsu) sebagai sesuatu yang bersifat la-ammãratun bi-sû’i (لأمّارة بسوء), amat sangat mendesak ego untuk bertindak buruk. Sang ego gres bisa lepas dari imbas id bila dibimbing (oleh super ego) untuk mendapatkan rahmat (ajaran) Allah.
Kesimpulan
Psikologi  berasal dari bahasa Yunani psyche “ jiwa” dan Logos “ilmu”. Kaprikornus secara harfiah Psikologi yaitu ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari wacana gejala-gejala kejiwaan.Psikologi muncul pada zaman Yunani kuno masa sebelum Masehi, para filsuf mencoba mempelajari jiwa.  Ada yang beropini bahwa jiwa ialah wangsit (Plato),karakter (Hipocrates) fungsi mengingat (Aristoteles).
Psikologi perpustakaan ialah suatu ilmu yang mempelajari wacana jiwa insan (pustakawan dan pemustaka) baik sifat ataupun prilakunya dan abjad materi pustaka sebagai objek pendukung.Aliran humanistik ialah aliran yang  memandang setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih baik dan mempunyai pandangan optimis dan bisa maju(berkembang).Psikologi kognitif merupakan psikologi yang mengkaji mengenai proses kerja mental yang menunjang insan dalam memperoleh dan memakai pengetahuan,
Motivasi merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul adanya tanda-tanda perasaan, kejiwaaan dan emosi sehingga mendorong individu untuk melaksanakan atau bertindak sesuatu yang di sebabkan lantaran kebutuhan, keinginan dan tujuan.
Pandangan Islam dan psikologi berjumpa pada diri insan sebagai salah satu fenomena Tuhan dengan segala abjad kemanusiaanya tetapi sebuah perjumpaan tidak selalu berarti pertemuan. Tinjauan islam dan psikologi yang sama-sama menyoroti insan ternyata hasilnya tidak selalu sejalan.




Daftar Pustaka
WINDYANINGRUM, SERTIANA DWI. “Makalah psikologi humanistik.” januari 2014. http://sertiana-dwi-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-91882-Sejarah %20dan %20 Aliran%20Psikologi-Makalah%20Psikologi%20Humanistik.html
Wiji suwarno, Fisikologi Perpustakaan, Jakarta :Sagung Seto, 2009
Wiji suwarno, 2011, perpustakaan & buku : wacana penulisan & penerbitan, Jogjakarta : Ar-Ruzz media
Suryabrata,Sumadi.2002.PSIKOLOGI PENDIDIKAN.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Sulistyo basuki.,pengantar ilmu perpustakaan,jakarta: Gramedia pustaka umum,1993.
Stephen K. Red, 2011. Kognisi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Shaleh  Abdul Rahman & Wahab Muhbib Abdul, 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
Schultz, DP & Sydney E. Schultz. (2001). History of Modern Psychology Seventh Edition. Belmont: Thomson Learnin.
Robert L. Solso, dkk, 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Regina,anna.Teoriperkembangan Manusia.google.com/we bhp?sourceid =chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8.
Purwanto,Heri.1991.Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.
malik. PSYCHOLOGY. januari 2012. http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=brief-historical-background-of (diakses mei 2015).
Mahmud, Abbas. Haqaiqul Islam Qa Abathilu Khusumihi. jakarta.
Lerik,M.Dinah.CN.2008.BUKU AJAR DASAR PSIKOLOGI.Kupang:Undana Press.
Laura A. King, 2013. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Iwin. History of psychology. agustus 2009. http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_psychology (diakses mei 2015).
Ferilian, Prasetya. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi.” 28 November 2011. http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=brief-historical-background-of
Bimo Walgito, pengantar psikologi umum, Yogyakarta:Andi, 2004.
fauzan, fajar riski.dkk. “TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (TEORI PSIKOANALISIS DAN KOGNITIF).” https://www.academia .edu/9633463/TEORI-TEORI_PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN _TEORI_PSIKO ANALISIS_ DAN_KOGNITIF_
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Cet.III. (Jakarta; Rineka Cipta, 2005).


IDENTITAS PENULIS
NAMA                              : TEUKU HERMILAN
NIM                                  : 531202887
UNIVERSITAS                : UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
JURUSAN                        : ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
EMAIL                             : teukuhermi@gmail.com
Facebook                          : www.facebook.com/hermi.teuku
Twitter                              : @hermi_46
Istagram                           : teuku_hermi (Teuku Hermilan)













[1] Iwin. History of psychology. agustus 2009. http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_psychology (diakses mei 2015).

[2] malik. PSYCHOLOGY. januari 2012. http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=brief-historical-background-of (diakses mei 2015).

[3] Sulistyo basuki.,pengantar ilmu perpustakaan,jakarta: Gramedia pustaka umum,1993

[4] Suwarno (2011: 19)
[5] Regina,anna.Teori perkembangan Manusia.google.com/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8 (diakses mei 2015)
[6] Lerik,M.Dinah.CN.2008.BUKU AJAR DASAR PSIKOLOGI.Kupang:Undana Press

[7] Purwanto,Heri.1991.Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC

[8] Suryabrata,Sumadi.2002.PSIKOLOGI PENDIDIKAN.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada
[9] Mahmud, Abbas. Haqaiqul Islam Qa Abathilu Khusumihi. jakarta.

[10] auzan, fajar riski.dkk. “TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (TEORI PSIKOANALISIS DAN KOGNITIF).” https://www.academia .edu/9633463/TEORI-TEORI_PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN _TEORI_PSIKO ANALISIS_ DAN_KOGNITIF_ (diakses mei 2015).

[11] Bimo Walgito, pengantar psikologi umum, Yogyakarta:Andi, 2004
[12] Stephen K. Red, 2011. Kognisi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

[13] Wiji suwarno, Fisikologi Perpustakaan, Jakarta :Sagung Seto, 2009
[14] Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Cet.III. (Jakarta; Rineka Cipta, 2005)
[15]Schultz, DP & Sydney E. Schultz. (2001). History of Modern Psychology Seventh Edition. Belmont: Thomson Learnin
[16] WINDYANINGRUM, SERTIANA DWI. “Makalah psikologi humanistik.” januari 2014. http://sertiana-dwi-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-91882-Sejarah %20dan %20 Aliran%20Psikologi-Makalah%20Psikologi%20Humanistik.html (diakses mei 2015).

[17]Robert L. Solso, dkk, 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.

[18] Laura A. King, 2013. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.


[19] Shaleh  Abdul Rahman & Wahab Muhbib Abdul, 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.

[20] Sulistyo basuki, 1993, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: gramedia pustaka utama

[21] Wiji  suwarno,2009, Psikologi perpustakaan,jakarta: sagung seto


[23] Sulistyo Basuki. 1992. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Gramedia Pustaka Utama
[24] Wiji suwarno, 2011, perpustakaan & buku : wacana penulisan & penerbitan, Jogjakarta : Ar-Ruzz media

[25] Ferilian, Prasetya. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi.” 28 November 2011. http://kumpulanskripsif.blogspot.com//search?q=brief-historical-background-of (diakses mei 2, 2015).

0 Response to "Jurnal Psikologi Perpustakaan Psikologi Berdasarkan Perspektif Barat & Islam"