Makalah Faktor-Faktor Yang Mensugesti Perkembangan (Contoh Makalah Psikologi Perkembangan )


Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliyah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu : Farida Ulyani, M.Pd
  





Disusun Oleh:
1...............................................................
2...............................................................
3...............................................................

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 20xxxx


Factor-Factor yang Mempengaruhi Perkembangan
A.    Pendahuluan
Salah satu faktor yang mensugesti terhadap perkembangan individu yaitu faktor ketururan yang merupakan pembawaan semenjak lahir atau berdasarkan keturunan, ibarat : konstitusi dan struktur fisik, kecakapan potensial (bakat dan kecerdasan). Berbeda dengan faktor lingkungan, faktor keturunan pada umumnya cenderung bersifat kodrati yang sulit untuk dimodifikasi.
Konsep alamiah muncul dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam Stumpf, 1999).Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mensugesti perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang bekerjasama dengan aspek bio-fisiologis terutama keturunan, genetis dan herediter.Perkembangan insan sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Sifat-sifat, maupun kepribadian yang dimiliki oleh orang renta akan diturunkan melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang bersifat fisiologis seperti: berat badan, tinggi badan, warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan tetapi juga karakteristik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana efek factor nature terhadap perkembangan?
2.      Bagaimana efek factor nurture terhadap perkembangan?
3.      Bagaiamna determinasi factor nature dan nurture dalam perkembangan serta implikasinya dalam pendidikan?
C.      Pembahasan
1.      Pengaruh Faktor Nature dalam Perkembangan
Faktor nature yaitu faktor bawaan yang diwariskan orang renta kepada anaknya yang disebut juga dengan aliran ‘Nativisme’ yaitu perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar atau pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang populer yaitu Schopenhauer.
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orangtuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan, dan bakat).[2]
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki  untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan (environment) merupakan factor penting disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan itu mencakup fisik, psikis, social, dan religious.
Pengaruh gen terhadap kepribadian bergotong-royong tidak secara langsung, lantaran yang dipengaruhi gen secara eksklusif adalah: (a) kualitas sistem syaraf, (b) keseimbangan biokimia tubuh, dan (c) struktur tubuh. Lebih lanjut sanggup dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah: (a) sebagai sumber materi mentah kepribadian ibarat fisik, intelegensi dan tempramen, (b) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungan sangat kondusif), dan (c) mensugesti keunikan kepribadian.[3]
faktor nature ini termasuk aliran nativisme yaitu aliran yang menyatakan bahwa perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan. Adapun tokoh utama aliran ini berjulukan Arthur Schopenhauer, menyampaikan bahwa insan yang gres dilahirkan telah memilki talenta dan pembawaan yang berasal dari keturunan orang tuanya.
Menurut aliran ini pendidikan tidak sanggup diubah yang senantiasa berkembang dengan sendirinya. Pendidikan, pengalaman dan segala efek dari luar tidak sanggup mensugesti atau merubah kekuatan-kekuatan individu yang dibawa semenjak lahir.[4] Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa pembawaan (nativus) akan menentukan wujud kepribadian seorang anak. Pengaruh lain dari luar tidak akan bisa merubah pembawaan anak. Istilah lain dari aliran ini disebut dengan:
·      Teori Possimisme (paedagogik-pessimistis), menolak atau pessimis terhadap efek luar.
·      Teori Biologisme, disebabkan atau menitikberatkan pada factor biologis, factor keturunan (genetik) dan konstitusi atau keadaan psikolofisik yang dibawa sajak lahir.[5]
2.      Pengaruh factor nurture terhadap perkembangan
Konsep nurture merupakan faktor-faktor yang bekerjasama dengan lingkungan eksternal, seperti: pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang individu akan menjelma orang sampaumur yang baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang jelek akan menjadikan individu menjelma seorang pribadi yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya.
Lingkungan mempunyai tugas yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa efek positif  bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk perkembangan individu.
Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter (Sigelman & Shaffer, 1995 : 86) mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “ banyak sekali peristiwa, situasi atau kondisi diluar organisme yang diduga mensugesti oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas :
a.        Fisik, yaitu mencakup segala sesuatu dari  molekul yang ada disekitar janin sebelum lahir hingga rancangan arsitektur rumah.
b.        Sosial, yaitu mencakup seluruh insan yang seengaruhi secara potensial mensugesti dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.
Konsep usang perihal lingkungan perkembangan, memahaminya sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, lantaran insan dipandang sebagai seonggok tanah liat yang sanggup dicetak atau dibentuk. Sekarang dipahami bahwa insan di smping dipengaruhi, juga mensugesti lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, sanggup dikemukakan bahwa korelasi antara insan dengan lingkungan itu bersifat saling mensugesti (recipcoal influencies).[6]

Adapun macam-macam lingkungan yang mmpengaruhi perkembangan yaitu:
a.          Lingkungan keluarga
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya menyebarkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan perihal nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang aman untuk mempersiapakan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.           
Keluarga juga dipandang sebagai intuisi (lembaga) yang sanggup memenuhi kebutuhan insani (manusiawi) terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari Maslow, maka keluarga merupakan forum pertama yang sanggup memenuhi kebutuhan tersebut melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnyma. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial da harga dirinya, maka anak sanggup memenuhi kebutuhan tertingginya, yakni perwujdan diri (self actualization).    
Keluarga yang senang merupakan suat hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagian ini diperoleh apabila keluarga sanggup memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga yaitu menunjukkan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan menyebarkan korelasi yang baik diantara keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan harapan untuk menumbuhkembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang korelasi antaranggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication sanggup menyebarkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.[7]
Menurut Hammer dan Turner (Adiasri T.A., 2008:8) peranan orang renta yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah:
a)      Pada masa bayi berperan sebagi perawat (caregiver)
b)      Pada masa kanak-kanak sebagai pelindung (protector)
c)      Pada usia pra-sekolah sebagai pengasuh (nurturer)
d)     Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)
e)      Pada masa pra-remaja dan remaja berperan sebagai konselor (counselor)

b.         Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan forum formal yang secara sistematis melaksanakan kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa biar bisa menyebarkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam menyebarkan kepribadian anak, Hurlock (1986 :322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa) baik dalam  cara berfikir , bersikap maupun berprilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru substitasi orangtua.[8]

c.          Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat juga menjadi factor yang sanggup kuat terhadap proses perkembangan individu. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral, daan sikap masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan kuat terhadap proses perkembangan individu.[9]
Lingkungan masyarakat juga sanggup membentuk abjad anak . Misalnya lingkungan kawasan tinggal di asrama polisi atau tentara, bawah umur yang tinggal disana cenderung lebih berani lantaran mereka mencicipi adanya label dari orangtuanya. Mereka juga besikap lebih semena-mena kepada teman-temannya yang lain. Lingkungan yang ibarat ini akan membentuk abjad anak menjadi keras, pribadi yang galak, apa yang ia inginkan harus segera terlaksana.
Lingkungan masyarakat juga sanggup kuat sebaliknya yaitu kuat baik bagi anak. Misalnya dengan menentukan tinggal di sebuah perkampungan di pinggiran kota. Yang di lingkungan tersebut terdapat masjid, para remajanya pun aktif dan antusias dalam kegiatan-kegiatan syiar agama untuk masyarakat sekitar, baik orangtua, remaja bahkan bawah umur kecil. Suasana lingkungan menjadi hidup, dinamis, agamis, serasi serta menyenangkan hati masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut. Anak-anakpun terbentuk abjad yang sopan santun, beradaptasi, berempati, serta sanggup menjadi insan yang berjiwa sosial. 
d.         Lingkungan sobat sebaya
Kelompok sobat sebaya bagi lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempuyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting, terutama pada ketika terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yakni :
a)          Perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil
b)         Kesenjangan antara generasi renta dan generasi muda
c)          Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.

e.          Media massa
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ibarat media massa, menjadikan terjadi perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa bertahap membawa masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang gres dan mulai menentukan pola pikir serta budaya sikap masyarakat. Tanpa disadari media massa telah ikut mengatur kegiatan hidup kita serta membuat sejumlah kebutuhan.
Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa efek pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai sanggup memberi efek yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya bekerjasama dengan dunia sehari-hari.[10]

3.      Determinasi factor nature dan nurture dalam perkembangan serta implikasinya dalam pendidikan
Pendidikan keluarga sebagai forum pendidikan pertama yaitu modal utama bagi perkembangan anak ke depannya. Selanjutnya sekolah sebagai forum pendidikan kedua yang formal berfungsi sebagai sentra pendidikan untuk pembentukan pribadi anak dan menyebarkan potensi yang ada pada anak. Serta masyarakat sebagai forum pendidikan ketiga setelah keluarga dan sekolah mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak terperinci dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya yang tidak sanggup dilepaskan dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.
Dalam perkembangan individu, faktor nature dan nurture yaitu penentu perkembangan aspek-aspek psikofisik individu. Aspek-aspek perkembangan individu mencakup fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral, dan agama. Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk mengikuti keadaan secara berhasil dengan situasi gres atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan insan lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau sikap individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk mendapatkan dan melaksanakan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Perkembangan seseorang yaitu hasil dari faktor bawaan dan lingkungan (nature vs nurture). Dalam hal ini sanggup dipengaruhi oleh banyak sekali faktor lingkungan keluarga terhadap perkembangan awal anak sangat penting lantaran disinilah awal mula dari pendidikan anak, yang mana orang renta sebagai guru, anak akan mencontoh apa yang dilakukan
Menurut Santlock ada 3 cara nature dan nurture
·         interaksi genotipe dengan lingkungan secara aktif. Seperti orang renta yang mempunyai genetic rajin berpetualang maka anaknya juga sering diajak berpetualang ke kawasan wisata. Sehingga tidak dipungkiri anak tersebut akan ikut senang berpetualangan.
·         interaksi genotipe dengan lingkungan secara evokatif. Seperti anak yang mempunyai sikap ramah akan mendapatkan banyak teman, berbeda dengan anak pendiam akan mendapatkan sobat yang sedikit lantaran tidak mengalami interaksi yang banyak.
·         interaksi genotipe dan lingkungan secara pasif. Seperti anak yang mempunyai kesukaan berolahga maka anak tersebut akan berada pada lingkungan yang suka berolahraga. Sehingga anak tersebut sanggup menampilkan keterampilannya.[11]
Menurut Anastasi menyatakan bahwa dasar-dasar yang mensugesti factor nature dan factor nurture mencakup :
·         Nature dan nurture keduanya menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku.
·         Nature dan nurture tidak bisa berfungsi secara terpisah satu sama lain, tetapi harus selalu saling berinteraksi dalam menunjukkan konstribusinya dalam perkembangan.
·         Interaksi dapat dikonseptualisasi sebagai suatu bentuk dari interelasi yang majemuk, yaitu suatu korelasi yang terjadi mensugesti hubungan-hubungan lain yang akan terjadi.
Anastasi juga mengemukakan bahwa efek keturunan terhadap tingkah laris selalu terjadi secara tidak langsung. Tidak ada satupun fungsi-fungsi psikis yang secara eksklusif diturunkan oleh orang renta terhadap anak. Dengan demikian, efek keturunan selalu memutuhkan mediator atau perangsang yang terdapat dalam lingkungan. Dalam hal ini Hebb menyakini bahwa nature dan nurture merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dispisahkan dan terlibat dalam setiap proses perkembangan.[12]

D.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, sanggup disimpulkan bahwa:
1.      Nature merupakan sifat yang mensugesti perkembangan oleh lantaran pembawaan. Dan sering disebut dengan faktor nativisme berdasarkan Arthur Schopenhauer, menyampaikan bahwa insan yang gres dilahirkan telah memilki talenta dan pembawaan yang berasal dari keturunan orang tuanya
2.      Sedangkan nuture merupakan sikap dan sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, di antaranya keluarga, sekolah, masyarakat, sobat sebaya, dan media massa.
3.      Dalam membatasi antara nature dan nuture yang berkenaan dengan proses kependidikan tidak hanya bertumpu pada sakralitas ‘pembawaan’ tetapi juga harus bisa mensintesa lingkungan biar sanggup menyebarkan pembawaan tersebut menjadi lebih sempurna
Demikian makalah ini yang sanggup kami susun, semoga bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara : Jakarta, 2004
Desmita, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya: Bandung, 2013
Ghufron, M. Nur, Psikologi, Nora Media Enterprise : Kudus, 2011
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,  Remaja Rosdakarya  : Bandung,  2009
Zein, Asmar Yetty dan Eko suryani, Psikologi Ibu dan Anak, Fitramaya : Yogyakarta, 2005
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=494569890631017&id=324129997675008, rabu 19 maret 2014 10:15 PM
http//www.faktoryangmempengaruhiperkembanganpersepektifislam.com




[1] http//www.faktoryangmempengaruhiperkembanganpersepektifislam.com
[2] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,  Remaja Rosdakarya  : Bandung,  2009, Hal. 31
[4]M. Nur ghufron, Psikologi, Nora Media Enterprise : Kudus, 2011, Hal. 52
[5] Asmar Yetty Zein dan Eko suryani, Psikologi Ibu dan Anak, Fitramaya : Yogyakarta, 2005, Hal. 64
[6] Op. Cit. Syamsu Yusuf. Hlm. 35
[7] Ibid. Hlm. 37-38
[8] Ibid. Hlm. 54
[9] Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi Aksara : Jakarta, 2004, Hal. 189
[10] https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=494569890631017&id=324129997675008, rabu 19 maret 2014 10:15 PM
[12] Desmita, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya: Bandung, 2013, Hal. 33

0 Response to "Makalah Faktor-Faktor Yang Mensugesti Perkembangan (Contoh Makalah Psikologi Perkembangan )"