Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Pt Ultrajaya Milk Industry, Tbk (Ke-58)



            Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya sanggup dinilai dari keadaan fisiknya saja, contohnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi. Faktor terpenting untuk sanggup melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam unsur keuangannya, alasannya yaitu dari unsur tersebut juga sanggup mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah sempurna atau belum, mengingat sudah begitu kompleksnya permasalahan yang sanggup menjadikan kebangkrutan dikarenakan banyaknya perusahaan yang jadinya gulung tikar alasannya yaitu faktor keuangan yang tidak sehat.
Dengan keadaan kini ini, dimana persaingan ketat dibidang perekonomian sudah mulai masuk ke negara Indonesia, maka bila seorang manajer perusahaan tidak memperhatikan faktor kesehatan keuangan dalam perusahaannya, mungkin saja akan terjadi kebangkrutan ibarat yang telah dikemukakan sebelumnya. Analisis keuangan intinya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan. Prospek sanggup dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko sanggup dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau mengalami kebangkrutan. (Hanafi, 2005:21).
Untuk menghindari kebangkrutan tersebut maka seorang manajer perusahaan sangat penting untuk selalu berusaha biar perusahaannya dapat terus berjalan atau dengan kata lain manajer tersebut sanggup menjaga kelangsungan hidup perusahaannya yang ditempuh dengan cara selalu memperhatikan dan mengadakan penilaian terhadap perkembangan perusahaannya dari waktu ke waktu. Seorang manajer harus sanggup memahami kondisi keuangan perusahaannya, alasannya yaitu intinya kondisi keuangan tersebut akan menghipnotis kelangsungan hidup perusahaannya secara keseluruhan. Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan, dalam hal ini tingkat kesehatan suatu perusahaan yaitu berwujud laporan keuangan yang disusun pada setiap selesai periode yang berisi pertanggungjawaban dalam bidang keuangan atas berjalannya suatu usaha. Laporan finansial merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data finansial atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data atau kegiatan tersebut. (Munawir, 2007 : 2).

            Data finansial yang dimaksud yaitu data yang tercermin dalam suatu laporan finansial, yang memperlihatkan citra perihal keuangan suatu perusahaan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Rugi Laba serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan sanggup diketahui atau akan diperoleh citra perihal posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan rugi labanya akan memperlihatkan citra perihal hasil atau perkembangan perjuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2007 : 1).
            Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan sanggup digunakan alat analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk melaksanakan analisis rasio keuangan, diharapkan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung menurut atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi-laba saja, atau pada neraca dan laporan rugi-laba. Setiap analisis keuangan sanggup saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 2004 : 69).
            Rasio keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative maupun absolute yang menjelaskan relasi tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lainnya dalam laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Analisis laporan keuangan akan memperlihatkan hasil yang terbaik bila digunakan dalam suatu kombinasi untuk membuktikan suatu perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional selama periode tertentu, lebih lanjut sanggup memperlihatkan citra suatu musim dan teladan perubahan, yang pada jadinya sanggup memperlihatkan indikasi adanya risiko dan peluang bisnis (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:557).
            Analisis rasio sanggup memperlihatkan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud yaitu PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk guna memilih rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas yang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai dasar dalam penilaian kinerja.
            Mabruroh (2004) melaksanakan penelitian perihal manfaat dan efek rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio kegiatan dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan mempunyai efek terhadap kinerja keuangan secara parsial dan besar lengan berkuasa secara bahu-membahu terhadap kinerja keuangan perbankan.
            Indah Kurniawati (2001) meneliti perihal perbandingan rasio-rasio keuangan pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan, menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia mempunyai tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura memperlihatkan perusahaan besar mempunyai tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya kurang manis dari perusahaan kecil. Di Taiwan memperlihatkan bahwa perusahaan besar mempunyai tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari pada perusahaan kecil.
Dalam relasi dengan uraian tersebut diatas, akan sanggup disajikan data profil keuangan perusahaan (total aktiva, keuntungan higienis dan penjualan) untuk 5 tahun terakhir yang sanggup disajikan pada tabel 1.1 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1
Total Aktiva, Laba Bersih dan Penjualan
PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Tahun 2006 – 2010
Tahun
Total Aktiva
(Rp)
Penjualan
(Rp)
Laba Bersih Setelah Pajak (Rp)
2006
1.249.080.371.258
835.229.966.049
14.731.717.216
2007
1.362.829.538.011
1.126.799.918.436
30.316.644.576
2008
1.718.997.392.078
1.362.606.580.492
303.711.501.204
2009
1.732.701.994.634
1.613.927.991.404
61.152.852.190
2010
2.006.595.762.260
1.404.945.733.980
95.713.080.440
Sumber : PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk
Dari tabel diatas sanggup dilihat dari tahun 2006 hingga 2010 total aktiva mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 total aktiva sebesar Rp.1.249.080.370.258, tahun 2007 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.362.829.538.011, tahun 2008 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.718.997.392.078, tahun 2009 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.732.701.994.634 dam tahun 2010 total aktiva meningkat sebesar 2.006.595.762.260.
Untuk penjualan sanggup dilihat pada tahun 2006 hingga dengan 2010 cenderung meningkat. Pada tahun 2006 penjualan sebesar Rp.835.229.966.049, tahun 2007 penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.126.799.918.436, tahun 2008 penjualan meningkat sebesar Rp.1.362.606.580.492, tahun 2009 penjualan meningkat sebesar 1.613.927.991.404, dan tahun 2010 penjualan mengalami penurunan sebesar Rp.1.404.945.733.980.
Sedangkan untuk keuntungan higienis sesudah pajak dilihat pada tahun 2006 hingga 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 keuntungan higienis sesudah pajak sebesar Rp.14.731.717.216 dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp.30.316.644.576, tahun 2008 keuntungan higienis sesudah pajak meningkat sebesar Rp.303.711.501.204, tahun 2009 keuntungan higienis sesudah pajak meningkat sebesar Rp.61.152.812.190, dan pada tahun 2010 keuntungan higienis sesudah pajak mengalami peningkatan sebesar Rp.95.713.080.440.
            Dengan memperhatikan penelitian Mabruroh (2004) dan Indah Kurniawati (2001), penulis tertarik melaksanakan penelitian perihal kinerja keuangan perusahaan dan untuk melaksanakan suatu penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk”.

0 Response to "Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Pt Ultrajaya Milk Industry, Tbk (Ke-58)"