Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seruan Uang (Deman For Money) Di Sulawesi Selatan Masa 2001-2010 (Ke-66)



Uang merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, lantaran uang merupakan salah satu sendi dalam kehidupan manusia. Mulai dari bawah umur hingga orang bau tanah mereka membutuhkan uang dalam acara mereka baik itu bersifat konsumtif mislanya membeli keperluan sehari-hari maupun untuk kebutuhan spekulasi yang bertujuan untuk mendapat laba dengan membeli surat-surat berharga atau obligasi dengan impian harga jual dari surat berharga dan obligasi yang dimiliki lebih tinggi dari harga beli.
Dalam perekonomian suatu negara atau wilayah uang sangat mempunyai peranan yang sangat penting khususnya dalam bidang perekonomian. Bagi perekonomian uang ibarat darah yang mengalir dalam badan insan ketika terhambat maka fungsi organ badan tidak akan berjalan sebagai mana mestinya dan insan akan menjadi sakit karenanya. Sama halnya dengan uang, posisinya harus selalu berputar dalam suatu roda perekonomian apabila terhambat maka perekonomian akan menjadi sakit. Oleh lantaran itu untuk menjalankan fungsi uang sebagaimana mestinya diharapkan suatu kebijakan oleh Bank Indonesia dengan otoritas moneternya.
Dalam perputaran uang di suatu wilayah selain variabel makro, forum juga mempunyai peranan yang kuat untuk masyarakat dalam melaksanakan acara ekonomi. Lembaga yang dimaksud dalam hal ini ibarat Bank Indonesia (BI) yang mempunyai otoritas moneter untuk memilih kebijakan dalam kondisi ekonomi suatu wilayah, ada juga bank umum yang menjalankan kiprahnya dalam tingkat suku bunga untuk ditawarkan kepada masyarakat dimana masyarkat yang tergolong dalam forum masyarakat nantinya yang juga akan ikut memilih kondisi perputaran uang dengan ekspektasi dan konsumsi yang mereka lakukan.
Salah seorang pemikir besar yang menyumbangkan pemikirannya dalam teori moneter ialah Keynes yang berpandangan wacana uang sebagai alat penyimpan nilai. Pandangan ini menyebabkan perlunya analisis wacana pasar uang dengan penawaran uang. Pasar uang, memperlihatkan citra wacana perkembangan kelangkaan uang. Perkembangan tingkat kelangkaan uang ditunjukkan dari perkembangan tingkat harga yang terbentuk melalui prosedur pasar, sedangkan harga dari uang ialah tingkat bunga. Jika tingkat bunga semakin tinggi, maka uang semakin mahal, berarti uang semakin langka, begitu juga sebaliknya.
Dari teori ini sanggup dilihat suatu relasi antara sektor moneter dengan sektor riil. Tingkat bunga yang terbentuk disektor moneter (pasar uang) akan menghipnotis sikap disektor riil, khususnya investasi. Sebagai contoh, kalau tingkat bunga makin tinggi, ajakan investasi akan menurun, yang juga akan menurunkan tingkat output keseimbangan. Kaprikornus keseimbangan di pasar uang berkaitan dengan pasar barang dan jasa.

Pada dikala output nasional bertambah banyak, maka ajakan akan uang untuk kebutuhan transaksi juga akan meningkat. Masyarakat cenderung untuk menjaga nilai beli dari uang yang dipegangnya, biar uang yang dipegang cukup memadai untuk menuntaskan transaksi-transaksi yang dilakukannya.
Jumlah uang beredar di Sulawesi Selatan selama 2001-2010 memperlihatkan fenomena yang terus berkembang baik itu uang beredar dalam arti sempit (M1) yang terdiri dari uang kartal dan uang giral, maupun uang beredar dalam arti luas (M2) yang merupakan penjumlahan M1 dengan uang kuasi. Hal ini sanggup dilihat pada Grafik 1.1.
Grafik 1.1
Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Sulawesi Selatan Tahun 2001-2020
(Dalam Milyar Rupiah)
Sumber : Data diolah
Terlihat terang dari grafik 1.1. bahwa ajakan uang di Sulawesi Selatan terus meningkat terutama di tahun 2006, untuk uang kuasi sendiri peningkatannya cukup pesat sekitar 20,83% yaitu dari Rp. 16,63 trilyun menjadi Rp. 19,65 trilyun. Kenaikan angka tersebut sanggup dikatakan bahwa  tingkat  likuiditas  cukup untuk memenuhi kebutuhan perekonomian di wilayah Sulawesi Selatan. Berdasarkan data yang di tampilkan oleh Bank Indonesia kenaikan ajakan uang tersebut diakibatkan oleh meningkatnya jumlah jaringan kantor bank yang melayani kebutuhan masyarakat yaitu dari 579 kantor bank menjadi 590 kantor bank.
Di tahun berikutnya hanya terjadi sedikit saja perbedaan, dimana ajakan uang cenderung meningkat yang disebabkan oleh ekspektasi dari masyarakat terhadap inflasi yang tinggi terutama untuk bahan-bahan pokok   baru. Demikian pula di tahun-tahun berikutnya yang terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan teori yang ada, JUB sangat menghipnotis pertumbuhan ekonomi. Dimana peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi sanggup menghipnotis JUB lantaran peningkatan pendapatan akan mendorong peningkatan ajakan uang.
Grafik 1.2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2010
Sumber : Data diolah
Pada Grafik 1.2 sanggup dilihat pertumbuhan ekonomi Sulawesi-Selatan pada Tahun 2001-2010 mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun hal ini disebabkan lantaran tingkat konsumsi masyarakat juga tiap tahunnya mengalami peningkatan. Bukan hanya itu penggunaan akan uang yang dimiliki masyarakat juga sudah mulai bervariasi bukan hanya untuk bertransaksi, tapi juga untuk investasi, tabungan dan belanja modal lainnya. Perilaku ini secara eksklusif besar lengan berkuasa pada tingkat pendapatan Provinsi Selawesi Selatan. Sehingga, menurut sumber data yang didapat Jumlah Uang Beredar dan Pendapatan sanggup di katakan signifikan lantaran pertumbuhannya saling beriringan ke atas.
Selain tingkat pendapatan, tingkat suku bunga juga sangat besar lengan berkuasa terhadap ajakan uang. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam perekonomian suatu wilayah lantaran sangat besar lengan berkuasa terhadap kesehatan perekonomian. Hal ini tidak hanya menghipnotis keinginan konsumen untuk membelanjakan ataupun menabungkan uangnya tetapi juga menghipnotis dunia perjuangan dalam mengambil keputusan. Oleh kerena itu tingkat suku bunga mempunyai imbas yang sangat luas, baik pada sektor moneter maupun juga pada sektor riil.
Suku bunga sangat bersahabat kaitannya dengan tingkat laju inflasi, lantaran tingkat inflasi ditentukan oleh kekuatan ajakan dan penawaran terhadap barang dan jasa yang mencerminkan para pelaku pasar dan masyarakat. Salah satu faktor yang menghipnotis sikap masyarakat tersebut ialah ekspektasi terhadap laju inflasi dimasa yang akan datang. Ekspektasi laju infasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi aset riil seperti, tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya ekspektasi laju inflasi yang rendah akan memperlihatkan insentif terhadap masyarakat  untuk menabung serta melaksanakan investasi pada sektor-sektor produktif.
Berdasarkan fakta-fakta yang telah diuraikan di atas, maka sanggup diketahui bahwa pendapatan regional (PDRB), tingkat suku bunga, dan laju  inflasi mempunyai imbas yang sangat besar bagi sikap ajakan uang masyarakat. Dengan demikian, penulis mencoba melihat besarnya imbas keempat variabel tersebut terhadap ajakan uang, dengan mengemukakan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang (Deman For Money) di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010”.



Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang (Deman For Money) Di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010 (KE-66)



0 Response to "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seruan Uang (Deman For Money) Di Sulawesi Selatan Masa 2001-2010 (Ke-66)"